TikTok merupakan aplikasi media sosial yang saat ini digandrungi oleh banyak kalangan, termasuk remaja. Namun, maraknya penggunaan aplikasi ini ternyata menuai pro dan kontra. Apalagi setelah beredarnya video tentang sejumlah remaja yang mengalami TikTok syndrome.
Apa yang dimaksud dengan TikTok syndrome atau sindrom TikTok? Apakah fenomena ini benar adanya? Bagaimana menyikapi hal ini? Simak penjelasan berikut.
Video tentang remaja yang mengalami TikTok syndrome
Pada pertengahan tahun 2020, beredar sejumlah video tentang kesaksian para remaja yang mengaku mengalami kondisi yang disebut dengan TikTok syndrome.
Disebutkan bahwa sindrom Tiktok adalah semacam gangguan koordinasi yang menyebabkan penderitanya tidak mampu mengontrol gerakan tubuhnya sendiri.
Menurut mereka, ini terjadi akibat terlalu sering bermain TikTok. Tubuh mereka akhirnya sering bergerak tanpa sadar seperti sedang berdansa. Hal ini bahkan terjadi meskipun mereka sedang tidur.
Namun, jika Anda memperhatikan lebih jeli, dalam video-video tersebut telah dituliskan penjelasan bahwa kondisi TikTok syndrome yang mereka alami hanyalah rekayasa belaka.
Mereka yang ada di video tersebut tidak benar-benar mengalami sindrom tersebut. Adapun video itu dibuat hanya untuk bersenang-senang.
Benarkah TikTok syndrome itu ada?
Memang benar ada penyakit tertentu yang menyebabkan penderitanya menggerak-gerakkan tubuhnya sendiri tanpa sadar seperti sindrom Tourette.
Namun, penyakit tersebut merupakan masalah pada sistem saraf yang kemungkinan disebabkan oleh faktor keturunan, bukan karena terlalu sering bermain TikTok.
Sementara itu, sampai saat ini sebenarnya tidak ada satupun studi ilmiah yang menyebutkan mengenai TikTok syndrome.
Oleh karena itu, kabar tentang kejadian sindrom tersebut di kalangan remaja adalah berita palsu dan mengada-ada.
Adakah bahaya yang mungkin terjadi jika terlalu sering bermain TikTok?
Meskipun TikTok syndrome adalah penyakit palsu yang dibuat-buat, tetapi bukan berarti aplikasi ini tidak membawa efek negatif jika anak terlalu sering menggunakannya.
Berikut beberapa dampak buruk yang mungkin anak Anda alami jika terlalu sering memainkan aplikasi yang satu ini.
1. Kecanduan dansa
Ingin selalu eksis merupakan bagian dari tahap perkembangan remaja yang wajar. Banyak kawula muda yang berlomba-lomba mengunggah video dance mereka di TikTok atas alasan ini.
Ini terutama sejak masa pandemi COVID-19, bermain TikTok dianggap sebagai cara agar anak tidak penat dan bosan karena harus berdiam diri di rumah.
Berdansa sebenarnya bermanfaat agar anak tetap aktif bergerak dengan cara yang menyenangkan. Namun sebaiknya, Anda tidak membiarkan anak terlalu lama melakukan kebiasaan ini.
Pasalnya, terlalu sering berdansa atau berjoget dapat berisiko menyebabkan kecanduan. Berbeda dengan TikTok syndrome, kecanduan dansa sudah dikaji melalui berbagai studi.
Salah satunya yaitu studi yang dipimpin oleh Aniko Maraz dari Eötvös Loránd University yang dilakukan terhadap para 450 orang penari dansa di Hungaria.
Studi tersebut menunjukkan bahwa mereka yang rutin berlatih dansa setiap minggu berisiko mengalami berbagai gangguan psikologis.
Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan gangguan makan. Turunnya nafsu makan umum terjadi di kalangan penari karena mereka terobsesi untuk menjaga penampilan tubuh agar tetap menarik.
Studi tersebut juga menyatakan bahwa mereka yang aktif berdansa biasanya ingin lari dari masalah hidup. Ini karena merasa kesulitan saat harus memecahkan masalah.
Meski begitu, hubungan antara TikTok dengan kondisi kecanduan dansa masih perlu diteliti lebih lanjut.