PCOS merupakan suatu kondisi akibat gangguan hormon yang bisa terjadi pada wanita di usia subur. Namun, bukan hanya wanita dewasa, PCOS juga bisa terjadi sejak usia remaja. Penting untuk mengenali gejala PCOS pada remaja agar bisa segera dilakukan pengobatan yang tepat.
Apa itu PCOS pada remaja?
Polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah kondisi yang terjadi pada wanita akibat gangguan keseimbangan hormon sehingga pematangan sel telur (ovulasi) di ovarium tidak dapat terjadi.
PCOS atau sindrom ovarium polikistik umumnya dialami oleh wanita dalam usia reproduktif atau subur, termasuk usia remaja.
PCOS biasanya mulai terjadi di usia remaja, tetapi gejala PCOS pada remaja masih belum bisa ditentukan. Oleh karena itu, PCOS pada remaja cenderung lebih sulit dideteksi.
Meski gejala pada remaja biasanya berupa ciri-ciri yang mudah terlihat, seperti jerawat.
Sementara bila tidak ditangani, PCOS bisa meningkatkan risiko kondisi kesehatan lainnya, seperti:
- diabetes,
- sindrom metabolik,
- tekanan darah tinggi,
- gangguan jantung,
- kanker endometrial, hingga
- ketidaksuburan.
Padahal, penanganan yang tepat sedini mungkin bisa membantu mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan pada remaja penderita PCOS.
Perlu Anda ketahui
Sekitar 1 dari 10 remaja perempuan dan wanita dewasa muda mengalami polycystic ovarian syndrome (PCOS). Ini membuat PCOS termasuk jenis penyakit yang sangat sering terjadi pada wanita di usia reproduktif atau subur.
Gejala PCOS pada remaja
Gejala PCOS biasanya mulai muncul sejak terjadi menstruasi pertama kali, yaitu di usia remaja.
Namun, gejala PCOS pada remaja perempuan lebih sulit dikenali dibandingkan dengan gejala pada wanita dewasa.
Ini karena gejala PCOS sering kali terjadi secara bersamaan dengan perubahan yang umum dialami oleh remaja di masa pubertas.
Gejala tersebut juga biasanya jarang terjadi di kasus PCOS pada orang dewasa.
Namun secara umum, PCOS, termasuk pada remaja, dapat dikenali dari gejala atau ciri-ciri berikut ini.
1. Gangguan menstruasi
Gejala utama PCOS yaitu menstruasi yang tidak teratur (oligomenorea) atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
Menstruasi dapat terjadi lebih lama dari haid pada umumnya atau hanya beberapa bulan sekali.
Ini karena kadar hormon yang tidak seimbang bisa menyebabkan perempuan berhenti mengalami ovulasi atau pematangan sel telur sehingga menstruasi tidak dapat terjadi.
Namun, gangguan menstruasi pada remaja baru bisa dideteksi setelah 2—3 tahun sejak menstruasi pertama (menarche).
Menstruasi pada remaja umumnya perlu waktu sekitar 2 tahun untuk bisa terjadi secara teratur.
2. Kadar hormon androgen terlalu tinggi
Peningkatan hormon androgen, seperti testosteron, bisa menyebabkan pertumbuhan bulu di wajah dan tubuh, atau yang disebut dengan hirsutisme.
Terkadang, jerawat yang parah dan kebotakan juga bisa terjadi.
3. Kista ovarium
Ovarium bisa berukuran lebih besar dari normal karena adanya pertumbuhan kista yang mengandung sel telur yang belum matang di sekitar ovarium.
Akibatnya, ovarium tidak bisa berfungsi dengan baik.
4. Gejala lainnya
Ada juga gejala lainnya yang bisa menandakan PCOS pada remaja, yang meliputi berikut ini.
- Bercak hitam dan tebal pada kuli leher, ketiak, atau di antara payudara, atau disebut juga akantosis nigrikans.
- Gangguan berat badan, seperti obesitas, terutama yang ditandai dengan penumpukan lemak di sekitar pinggul.
Penyebab PCOS pada remaja
Polycystic ovary syndrome (PCOS) terjadi ketika keseimbangan hormon pada tubuh wanita terganggu akibat ovarium menghasilkan terlalu banyak hormon pria, seperti testosteron.
Normalnya, ovarium wanita juga memproduksi hormon pria, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Sementara pada kondisi ini, produksi hormon pria di dalam ovarium terjadi secara berlebihan.
Sama seperti pada wanita dewasa, PCOS pada remaja perempuan belum dapat dipastikan penyebabnya.
Namun, ada beberapa kondisi yang diduga bisa memicu terjadinya PCOS, yaitu sebagai berikut.
1. Resistensi insulin
Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi untuk membantu sel mengubah zat gula di dalam tubuh menjadi sumber energi.
Saat terjadi resistensi insulin, zat gula tidak dapat diubah menjadi energi dan menumpuk di dalam tubuh. Ini bisa membuat tubuh menghasilkan lebih banyak insulin.
Jika jumlah insulin terlalu banyak, tubuh juga akan menghasilkan lebih banyak hormon pria. Akibatnya, proses ovulasi di dalam ovarium bisa terganggu.
2. Peradangan ringan
Infeksi atau cedera pada tubuh bisa memicu sel darah putih menghasilkan zat-zat yang bisa menimbulkan peradanagan.
Peradangan ringan yang terjadi secara terus-menerus (kronis) bisa menyebabkan terjadinya kista ovarium yang menghasilkan hormon androgen berlebih.
3. Keturunan
Dilansir dari Mayo Clinic, penelitian menunjukan bahwa gen tertentu lebih berisiko memicu PCOS pada wanita.
Oleh karena itu, PCOS juga bisa terjadi sebagai kondisi keturunan.
Bagaimana cara mengetahui PCOS pada remaja?
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi PCOS pada remaja.
Pemeriksaan biasanya akan diawali dengan menanyakan tentang gejala yang dialami, riwayat kesehatan, serta obat-obatan yang sedang digunakan.
Dokter juga akan menanyakan tentang siklus menstruasi dan perubahan berat badan yang mungkin saja terjadi.
Untuk memastikan gejala PCOS pada remaja, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat adanya gejala pada tubuh, seperti pertumbuhan bulu berlebih, jerawat, dan penggelapan kulit.
Apabila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti berikut ini.
- Pemeriksaan panggul, untuk melihat kondisi organ reproduksi dan mendeteksi adanya pertumbuhan atau perubahan lainnya.
- Tes darah, untuk mengukur jumlah hormon, tingkat kolesterol dan trigliserida, serta kadar gula di dalam tubuh
- Pemindaian USG, untuk memeriksa kondisi ovarium dan ketebalan dinding rahim. Namun, pemeriksaan ini lebih sering dilakukan pada wanita di atas usia 21 tahun dan jarang dilakukan pada remaja.
Pengobatan PCOS pada remaja
Pengobatan PCOS bertujuan untuk membantu meredakan gejala PCOS yang menganggu pada remaja. Berikut beberapa pengobatan yang bisa dilakukan.
1. Perubahan gaya hidup
Jika PCOS diduga dipicu oleh obesitas, dokter akan menyarankan diet rendah kalori dengan olahraga teratur untuk membantu menurunkan berat badan.
Penurunan berat badan, meski hanya sekitar 5% dari berat sebelumnya, bisa membantu meredakan gejala PCOS, meningkatkan keberhasilan obat-obatan, dan meningkatan kesuburan.
2. Obat-obatan
Untuk membuat menstruasi lebih lancar, dokter mungkin akan menyarankan obat-obatan berikut ini.
- Pil KB kombinasi, yang mengndung estrogen dan progestin untuk mengurangi jumlah androgen.
- Terapi progestin, dengan mengonsumsi obat yang mengandung progestin selama 10—14 hari setiap 1—2 bulan.
Sementara itu, untuk membantu proses ovulasi di dalam tubuh dan meningkatkan kesuburan, berikut beberapa obat yang mungkin diresepkan oleh dokter.
- Clomiphene, yang dikonsumsi saat sedang menstruasi.
- Metformin, untuk meredakan resistensi insulin dan menurunkan kadar insulin tubuh.
- Letrozole, untuk merangsang ovarium.
- Gonafotropin, hanya bisa diberikan melalui suntikan.
Bila diperlukan, obat-obatan juga bisa digunakan untuk membantu meredakan gejala PCOS. Berikut di antaranya.
- Pil KB atau spironolactone, untuk mengurangi hormon androgen, serta mengatasi jerawat dan pertumbuhan bulu berlebih.
- Eflornothine, untuk memperlambat pertumbuhan bulu di wajah.
- Obat jerawat berupa pil, krim atau gel oles untuk mengatasi jerawat.
Untuk hasil yang permanen, prosedur elektrolisis atau terapi laser juga bisa dilakukan untuk menghilangkan bulu berlebih pada wajah dan tubuh.
Kesimpulan
Dengan mendeteksi gejala PCOS pada remaja sedini mungkin, pengobatan yang tepat bisa segera dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi akibat PCOS di kemudian hari. Namun memang, ciri-ciri PCOS pada remaja lebih sulit dikenali dibandingkan dengan gejala PCOS pada wanita dewasa.
[embed-health-tool-vaccination-tool]