backup og meta

Apa yang Terjadi Jika Anak Dibesarkan Tanpa Ayah?

Apa yang Terjadi Jika Anak Dibesarkan Tanpa Ayah?

Membesarkan anak tanpa ayah tentunya bukan hal yang mudah. Hidup tanpa sosok ayah ini bisa disebabkan oleh perceraian orangtua ataupun kematian sang ayah. Apapun alasannya, ketidakhadiran ayah dalam keluarga tentunya memberikan dampak tersendiri bagi si kecil. Simak artikel berikut untuk tahu bagaimana kondisi psikologis anak tanpa ayah dan cara mengatasinya.

Hal yang mungkin terjadi pada anak yang dibesarkan tanpa ayah

cara merawat anak depresi

Idealnya, anak perlu dibesarkan oleh dua orangtua sebab terdapat perbedaan fungsi peran ibu dan ayah dalam tumbuh kembang dan pembentukan karakternya. 

Berikut beberapa dampak psikologis anak yang dibesarkan tanpa figur ayah.

1. Merasa tidak aman

Dilansir dari situs Children’s Bureau, seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah berpotensi merasa ditinggal, tidak diharapkan, merasa khawatir dengan dirinya, dan perasaan-perasan sejenis lainnya. 

Tak jarang, si kecil merasa bahwa dirinyalah alasan mengapa sang ayah meninggalkannya. Anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali menyalahkan diri sendiri dari kondisi yang dialaminya.

2. Sulit menyesuaikan diri

Selain itu, anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali memiliki masalah dalam sikap dan perilaku. Ia kerap sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Bahkan, ia mungkin akan melakukan bullying kepada teman.

Biasanya, bullying atau perilaku intimidatif ia gunakan untuk menyembunyikan perasaan takut, gugup, dan tidak bahagia karena dibesarkan tanpa sosok ayah.

Selain itu, ia lebih berisiko melakukan tindak kriminalitas saat usianya beranjak dewasa, seperti penyalahgunaan narkoba, penyalahgunaan alkohol, dan tindak kriminal lainnya.

3. Gangguan kemampuan akademis

Rupanya, dampak psikologis dari seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah juga bisa memengaruhi kemampuan akademisnya. Ia cenderung putus sekolah saat usia 16 tahun.

Sementara itu, ia juga lebih berisiko mengalami gangguan belajar.

Ambil contohnya, anak mungkin kesulitan berhitung dan membaca saat masih duduk di bangku SD atau tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah.

cara menghilangkan trauma pada anak

4. Masalah kesehatan seksual

Seorang remaja, khususnya perempuan, yang dibesarkan tanpa sosok ayah memiliki potensi untuk mengalami masalah kesehatan seksual.

Bahkan, anak perempuan berisiko melakukan hubungan seksual sebelum berusia 16 tahun.

Lebih parah lagi, psikologi anak perempuan tanpa sosok ayah mungkin cenderung lebih berani untuk melakukan hubungan seks bebas.

Akibatnya, ia berpotensi lebih besar untuk tertular penyakit kelamin 

Tidak hanya itu, anak perempuan yang dibesarkan tanpa sosok ayah berpotensi hamil saat masih remaja.

5. Rentan eksploitasi dan pelecehan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anak yang dibesarkan tanpa ayah memang memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pelecehan. 

Tidak hanya pelecehan fisik, anak mungkin mengalami pelecehan emosional maupun seksual.

Dibandingkan anak yang dibesarkan oleh kedua orangtua, masalah kesehatan psikologis anak berisiko 4 kali lebih besar terjadi pada anak yang hidup tanpa ayah. 

6. Kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental

Bukan hanya memengaruhi psikologi, tanpa sosok seorang ayah dalam tumbuh kembangnya, anak juga berpotensi terkena penyakit.

Melansir CDC, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak lengkap seperti single-parent atau yatim piatu lebih berpeluang terkena penyakit asma, sakit kepala, hingga sakit pada bagian perut. 

Bahkan, ada kemungkinan ia mengalami rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan.

Kondisi ini berhubungan dengan gangguan psikosomatik, di mana beberapa penyakit muncul karena kondisi fisik dan mental.

Sementara itu, gangguan psikologis anak tanpa ayah juga meliputi gangguan kecemasan, depresi, dan kecenderungan untuk bunuh diri.

7. Bermasalah dengan tanggung jawab

Saat dewasa, mereka yang dibesarkan tanpa ayah cenderung menjadi pengangguran, memiliki pendapatan rendah, bahkan tidak memiliki tempat tinggal atau homeless.

Bahkan, 90% anak yang lari dari rumah dan tinggal di jalan atau penampungan biasanya tidak memiliki ayah. 

Selain itu, hubungan dengan lawan jenis terganggu, cenderung lebih besar kemungkinan untuk bercerai, atau hamil di luar pernikahan.

Cara membesarkan anak dengan baik meski tanpa sosok ayah

susu untuk anak alergi susu sapi

Membesarkan anak seorang diri memang menimbulkan sejumlah dampak buruk.

Namun, jika kondisi ini harus Anda jalani, bukan berarti Anda tidak bisa membesarkan anak hingga sukses. Tips-tips berikut semoga bisa membantu dalam menghadapi kondisi ini.

1. Mencari pengganti sosok ayah

Seorang anak, khususnya perempuan, membutuhkan sosok laki-laki yang dilihatnya sebagai seorang ayah di dalam hidupnya. 

Bukan berarti figur ayah harus berupa ayah tiri. Pasalnya, tidak semua anak bisa menerima kehadiran orangtua tiri sebagai sosok baru dalam hidupnya.

Anda bisa menempatkan kakek atau pamannya sebagai pengganti sosok ayah. Hal yang terpenting adalah sosok ini bisa menjadi teladan bagi anak perempuan Anda.

2. Tempatkan anak di lingkungan yang baik

Untuk mencegah risiko terkena pergaulan yang buruk, sebaiknya tempatkanlah anak di lingkungan yang baik.

Anak perlu kehadiran orang-orang yang baik di sekitarnya. Bila Anda merasa lingkungan tempat tinggal saat ini kurang baik, jangan ragu untuk mengajaknya pindah.

3. Kenali teman-teman anak

Untuk menjaga pergaulan, Anda juga perlu mengetahui siapa saja teman-teman anak. Apalagi, saat berada di sekolah atau di luar pengawasan orangtua.

Kehadiran teman-teman memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang dan perilakunya. Teman yang baik tentu bisa memberikan contoh yang baik dan tahu batasan dalam bergaul. 

4. Bantu anak meningkatkan rasa percaya diri

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung memiliki masalah psikologis. Salah satunya adalah merasa tidak berarti dan tidak percaya diri..

Bantulah anak untuk meningkatkan rasa percaya dirinya agar bisa lebih tegar menjalani kehidupan.

Carikan aktivitas yang ia sukai seperti bergabung di klub di sekolah, berolahraga bersama teman, atau aktivitas yang sesuai dengan bakat anak.

5. Dengarkan anak setiap kali ia marah

Anda tentunya merasa kesal saat anak marah dan tidak bersikap baik. Namun, sebagai single-parent, sebaiknya bersabarlah mendengarkan semua amarah itu. 

Saat itu, mungkin saja ia sedang berusaha mengungkapkan kegelisahan hatinya. Siapkanlah ruang bagi si kecil agar nyaman meluapkan emosinya sehingga ia merasa diterima.

Pastikan pula Anda menjalin komunikasi yang baik dengan anak agar ia bisa lebih terbuka.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Families, P., Services, P., Services, M., Family Foster Care, A., Resources, P., & FAF Software, F. et al. A Father’s Impact on Child Development | Child Abuse Prevention, Treatment & Welfare Services | Children’s Bureau. Retrieved 27 October 2021, from https://www.all4kids.org/news/blog/a-fathers-impact-on-child-development/

Families: Single Parenting and Today’s Family. (2019). Retrieved 27 October 2021, from https://www.apa.org/topics/parenting/single-parent

Family Structure and Children’s Health in the United States: Findings From the National Health Interview Survey, 2001–2007 Retrieved 27 October 2021, from https://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_10/sr10_246.pdf

Versi Terbaru

13/12/2022

Ditulis oleh Indah Fitrah Yani

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Mengenal Fakta dan Sifat Anak Tunggal yang Perlu Diketahui

8 Dampak Buruk Pola Asuh Orangtua yang Overprotektif


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Indah Fitrah Yani · Tanggal diperbarui 13/12/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan