Selain itu, anak berbohong karena ingin menghindari hukuman akibat melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua.
4. Mudah cemas atau ansietas
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kiri Clarke dari University of Reading di Inggris, menunjukan bahwa kecemasan orangtua berefek signifikan pada kecemasan bahkan meningkatkan gejala ansietas pada anaknya.
Penelitian ini dilakukan terhadap 90 anak yang berada pada usia 7 sampai 12 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa 60 anak mengalami gangguan kecemasan yang terpengaruh dari kecemasan berlebih dari orangtua mereka.

5. Mudah stres karena takut salah
Survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masalah kejiwaan sangat umum terjadi di kalangan mahasiswa.
Sekitar 55 persen mahasiswa menginginkan konseling tentang gejala kecemasan, 45% soal depresi, dan 43% soal stres.
Ternyata, salah satu faktor penyebabnya adalah pengawasan orangtua yang berlebihan terhadap kegiatan akademis dan non-akademis anak.
Pengawasan tanpa henti berisiko mengakibatkan anak mudah stres karena takut melakukan kesalahan.
6. Berisiko menjadi korban bully
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi dari University of Warwick, anak-anak yang diasuh dengan pola asuh yang keliru cenderung menjadi korban bully di sekolah.
Pola asuh yang keliru meliputi pengasuhan yang acuh tak acuh atau malah overprotektif.
Selain memperbaiki pola asuh, para psikolog juga menyarankan orangtua menjalin komunikasi yang baik dengan anak agar terhindar dari perundungan di lingkungan sekolah.
7. Meningkatkan risiko skizofrenia
Junpei Ishii, seorang psikiatri dari University Katsushika Medical Center menjelaskan adanya hubungan antara skizofrenia dengan pola asuh yang keliru, terutama pola asuh overprotektif.
Penelitian yang dilakukan pada pasien skizofrenia menunjukkan bahwa 35% pasien yang diasuh dengan cara yang overprotektif sulit sembuh dari penyakit tersebut.
8. Berpotensi menyebabkan depresi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Tennessee terhadap sejumlah mahasiswa di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka yang diasuh secara overprotektif di masa kecil berisiko mengalami depresi.
Gangguan depresi pada mahasiswa ini tidak dapat dianggap remeh. Hal ini karena depresi dapat memicu keinginan untuk mengonsumsi obat-obat penenang yang berisiko membahayakan kesehatan.
Bagaimana cara mengubah pola asuh overprotektif?

Pada dasarnya, melindungi anak adalah hal yang baik. Namun, terlalu berlebihan terbukti mengakibatkan banyak dampak buruk.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki pola asuh terhadap anak. Anda bisa menetapkan batasan-batasan sekaligus memberikan kebebasan dalam porsi yang seimbang.
Michael Ungar, ahli psikolog dari Dalhousie University Kanada, menyarankan agar orangtua memberikan tugas dan tanggung jawab sederhana kepada anak seiring pertambahan usia.
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat menerapkan tips-tips berikut ini.
- Mengajarkan tanggung jawab pada anak, seperti meminta mereka belanja di warung sambil mengawasinya diam-diam.
- Melatih kemandirian pada anak, misalnya dengan membiarkan mereka berangkat ke sekolah sendirian.
- Membantu menenangkan anak saat menghadapi situasi buruk.
- Memberikan kesempatan kepada anak untuk menghadapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
- Mendukung anak melakukan hal-hal positif yang disukainya.
- Memberikan pengertian bahwa kegagalan merupakan hal yang harus dihadapi dan dijadikan pelajaran.
- Membangun komunikasi yang baik, salah satunya dengan cara mendengarkan cerita anak.
- Bersikap tegas ketika anak melewati batas-batas yang sudah ditetapkan, misalnya pulang larut malam tanpa mengabari terlebih dulu.
- Tidak mudah khawatir dan percaya pada kedewasaan anak supaya ia bisa berkembang dengan baik.