backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Perkembangan Kognitif Bayi Baru Lahir Sampai 11 Bulan

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Perkembangan Kognitif Bayi Baru Lahir Sampai 11 Bulan

    Mengukur perkembangan otak atau kemampuan kognitif bayi, mungkin tidak semudah mengukur pertumbuhan fisik. Namun, perkembangan kognitif tidak boleh dikesampingkan, karena turut terlibat dalam mengendalikan fungsi seluruh anggota tubuh bayi. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

    Apa itu kemampuan kognitif bayi?

    perkembangan kognitif bayi

    Kemampuan kognitif bayi adalah cara bayi dalam belajar berpikir, mengingat, membayangkan, mengumpulkan informasi, mengatur informasi, hingga memecahkan masalah.

    Dikutip dari Urban Child Institute, dengan kata lain kemampuan kognitif ini turut andil untuk membantu bayi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

    Meski kelihatannya ada banyak aspek yang terlibat dalam perkembangan kemampuan kognitif bayi, tapi berbagai hal tersebut dipelajari si kecil secara bertahap.

    Seiring dengan tahapan perkembangan bayi termasuk bertambahnya usia, fungsi otak si kecil akan membantunya untuk mengembangkan satu per satu kemampuan kognitif ini.

    Tahap perkembangan kemampuan kognitif bayi

    Pada fase bayi baru lahir, otak bayi belum dapat sepenuhnya mengembangkan kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, berbahasa, mengingat sesuatu, koordinasi fisik, dan lainnya.

    Semakin dewasa usianya, tidak hanya perkembangan motorik bayi, fungsi kognitif bayi juga akan semakin berkembang.

    Berikut tahap perkembangan kemampuan kognitif bayi sesuai usianya:

    Usia 0-6 bulan

    Sejak baru lahir sampai sekitar usia perkembangan bayi 3 bulan, buah hati Anda sedang belajar mengenai rasa, suara, penglihatan, serta penciuman. Biasanya, ia mampu melihat benda lebih jelas dengan jarak kurang lebih 13 inci, dan melihat warna dalam spektrum visual manusia.

    Bayi juga dapat fokus melihat pada objek yang bergerak, termasuk wajah orang-orang yang sering berada bersamanya, seperti Anda dan pengasuhnya. Ia juga akan merespons kondisi lingkungan sekitarnya dengan menunjukkan ekspresi wajah tertentu.

    Sesekali, Anda akan melihat ia membuka mulutnya saat Anda menyentuh pipinya atau disebut refleks rooting (rooting relflex). Gerakan berulang pada tangan dan kaki secara bersamaan juga dilakukannya guna membantu melatih fungsi otak dan memori.

    Setelah sekitar usia 3 bulan hingga usia perkembangan bayi 4 bulan, si kecil akan mulai mengembangkan kemampuan kognitif lainnya.

    Hal ini meliputi mengenali wajah orang yang sudah biasa berada di dekatnya, menanggapi ekspresi wajah orang lain yang dilihatnya, hingga mengenali dan merespons saat mendengar suara yang sudah familiar baginya.

    Menginjak usia perkembangan bayi 5 bulan, si kecil tampak penasaran pada suatu objek, sehingga membuatnya meletakkan objek tersebut di mulut. Ia juga berusaha merespons percakapan dengan mengoceh kata-kata tertentu.

    Bahkan, buah hati Anda pelan-pelan mampu mengenali dan merespons saat namanya dipanggil. Semua hal tersebut terus berlanjut sampai usia perkembangan bayi 6 bulan.

    Usia 6-12 bulan

    perkembangan bayi 15 bulan perkembangan bayi 1 tahun 3 bulan

    Di usia yang telah genap 6 bulan ini, buah hati Anda mulai mampu mengoordinasikan kemampuan otot dan anggota gerak tubuhnya dengan baik.

    Si kecil sudah dapat duduk sendiri, dan belajar berdiri, dari yang awalnya masih membutuhkan pegangan sampai akhirnya bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

    Perkembangan kemampuan kognitif pada masa ini, termasuk mulai memahami perbedaan antara benda hidup dan benda mati.

    Melihat lebih lama pada objek yang tampak “aneh” di matanya, seperti ketika menyaksikan balon yang terbang sendiri di udara. Hal ini karena rasa penasaran yang juga semakin meningkat.

    Pembelajaran dan rasa ingin tahu ini kemungkinan akan semakin meningkat di perkembangan bayi usia 9 bulan. Walaupun sudah bisa mengonsumsi makanan padat sejak usia 6 bulan, di usia ini kemampuannya bertambah dengan berusaha makan sendiri.

    Si kecil juga tertarik untuk mengetahui sebab dan akibat setelah ia melakukan sesuatu, contohnya apa yang akan terjadi nantinya usai ia menggoyang-goyangkan mainannya.

    Hampir tepat di perkembangan bayi 11 bulan, perkembangan kognitif bayi sudah bisa membuatnya mudah menirukan gerakan dasar yang dilakukan orang lain.

    Bahkan, ia dapat merespons komunikasi yang disampaikan orang lain dengan gerakan dan suara, serta menempatkan suatu objek pada objek lainnya.

    Cara melatih kemampuan kognitif bayi

    perkembangan bayi 16 bulan perkembangan bayi 1 tahun 4 bulan

    Meski berkembang seiring dengan pertambahan usianya, Anda dapat mengasah perkembangan kemampuan kognitif bayi dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

    Usia 0-6 bulan

    Begini tips melatih perkembangan kemampuan kognitif bayi usia 0-6 bulan:

    1. Banyak berbicara dengan bayi

    Sejak awal kelahirannya, bayi senang mendengarkan suara Anda. Melalui cara ini, ia belajar untuk mendengar sekaligus mengenali suara orangtuanya. Meskipun sekilas tampak sederhana, hal ini sangat berguna melatih kemampuan kognitif bayi.

    2. Sering memeluk bayi

    Pada dasarnya, bayi senang dipeluk oleh siapa pun. Dengan begitu, ia akan belajar dan mengenali aroma khas Anda, sehingga bisa mengetahui saat Anda sedang tidak berada di dekatnya.

    3. Berikan aneka jenis mainan yang aman

    Bayi senang belajar meraih, mengambil, dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Ia juga senang saling membenturkan dua mainan bersamaan, hanya untuk tahu apa akibatnya. Hal ini akan membantu melatih perkembangan kemampuan kognitif bayi.

    Ketika menyentuh suatu objek, ia belajar mengenali bentuk dan tekstur objek tersebut. Dari sinilah si kecil mulai memahami perbedaan suatu objek dengan objek lainnya.

    Usia 6-11 bulan

    Begini tips melatih kemampuan kognitif bayi usia 6-11 bulan:

    1. Lebih sering memanggil nama bayi

    Setiap kali Anda memanggil bayi dengan sebutan khasnya, entah dengan nama atau panggilan, seperti “Dik”, “Kak”, “Sayang”, ia belajar mengenali dirinya sendiri.

    Semakin lama, si kecil semakin familiar dengan panggilan-panggilan tersebut. Itulah yang membuatnya refleks akan mencari asal suara saat mendengar ada yang memanggil namanya.

    2. Beri contoh tindakan yang baik

    Melatih perkembangan kemampuan kognitif bayi termasuk memberi contoh. Anda mungkin saja melihat si kecil melakukan hal yang Anda lakukan kemarin, misalnya saat Anda sedang menelepon orang lain.

    Esok harinya, ia menggunakan mainan di sekitarnya untuk meniru kegiatan Anda seolah-olah sedang bercengkrama ria di telepon.

    Tertawa juga menjadi bagian perkembangan kognitif

    cara membuat bayi tertawa

    Apabila Anda memerhatikan dengan baik, sebagian besar bayi mulai bisa tersenyum pada usia 6 minggu hingga 3 bulan. Perlu diketahui pada awalnya senyum tersebut merupakan gerakan refleks.

    Sampai akhirnya hal ini merupakan suatu tahap perkembangan otak serta sistem saraf lainnya. Ia mulai menyadari apa saja yang bisa membuatnya tersenyum juga tertawa. Bayi mulai bisa tertawa dengan jelas pada saat uasianya menginjak 3 hingga 4 bulan.

    Salah satu alasan mengapa bayi senang tertawa adalah karena ia juga menyukai suara tawanya sendiri. Selain itu, ia juga menyukai respons orang-orang di sekitarnya saat ia tertawa.

    Begitu buah hati Anda memahami asyiknya tertawa pada perkembangan kognitif bayi, ia akan lebih sering melakukannya, bahkan tanpa alasan tertentu.

    Tertawa terasa membahagiakan dan suara-suara aneh yang keluar saat tertawa membuat bayi merasa lebih senang lagi. Lama-kelamaan, ia pun akan belajar menggerakkan mulut dan lidahnya untuk mengeluarkan suara tawa yang berbeda.

    Sudah banyak penelitian ilmiah yang menggali penyebab bayi tertawa. Salah satunya menurut Jean Piaget, psikologis ternama asal Swiss. Piaget berpendapat bahwa tawa bayi merupakan cara bayi untuk mendapatkan wawasan mengenai dunia sekelilingnya.

    Caspar Addyman, seorang peneliti dari University of London mencari tahu hal ini lebih dalam melalui survei besar-besaran. Lebih dari 1000 orangtua dari seluruh dunia mengikuti survei ini dengan menjawab kapan, di mana, dan mengapa bayi mereka tertawa.

    Hasilnya menunjukkan bahwa bayi tertawa bukan karena hal yang lucu. Padahal Anda sudah berusaha keras untuk memancingnya untuk tertawa.

    Sebagian besar bayi menurut penelitian akan menunjukkan tawanya dibanding ekspresi kaget atau sedih ketika ia melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, seperti menjatuhkan mainan, terjatuh saat bermain atau berjalan.

    Mengasah` perkembangan kognitif serta otak anak

    bermain bersama bayi

    Di masa awal kehidupan manusia, perkembangan fungsi otak terjadi dengan sangat cepat. Perkembangan otak anak sudah mulai pada saat anak masih dalam kandungan dan berlanjut sampai anak lahir.

    Walaupun pembentukan sel otak hampir selesai sebelum lahir, namun pematangan otak, jalur saraf penting, dan koneksi secara progresif dikembangkan setelah anak lahir pada usia dini.

    Bayi yang baru lahir memiliki sekitar 100 miliar sel otak. Otak mencapai setengah dari berat matangnya sekitar usia 6 bulan dan mencapai 90% dari berat akhirnya pada usia 8 tahun. Jadi, otak anak ternyata masih berkembang sampai anak berusia 8 tahun.

    Bermain baik untuk perkembangan kognitif bayi

    Sekelompok peneliti dari Princeton University, Amerika Serikat, mempelajari fenomena orangtua yang bermain dengan anak. Caranya adalah melihat rekaman aktivitas otak beberapa bayi dan orang dewasa.

    Mereka menemukan bahwa otak bayi dan orang dewasa mengalami beragam aktivitas saraf yang mirip ketika bermain bersama. Aktivitas saraf tersebut naik dan turun dalam waktu yang sama setiap kali keduanya berbagi mainan dan menjalin kontak mata.

    Hasilnya, bayi dan orang dewasa yang berinteraksi secara langsung memiliki aktivitas saraf yang mirip pada beberapa bagian otak. Kemiripan ini tidak ditemukan pada bayi dan orang dewasa yang saling berjauhan dan tidak bertatap wajah secara langsung.

    Saat berkomunikasi, bayi dan orang dewasa mengalami kondisi yang disebut feedback loop. Otak orang dewasa mampu memperkirakan kapan bayi akan tertawa, sementara otak bayi balik memprediksi kapan orang dewasa akan mengajaknya berbicara.

    Tanpa disadari, otak bayi ternyata ‘mengarahkan’ otak orang dewasa ketika keduanya bermain bersama. Interaksi tersebut terjadi secara terus-menerus dan bertambah kuat dengan adanya kontak mata serta penggunaan mainan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan