Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 30% pasien asma bergejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang terkena asma mengalami gejala pertamanya sebelum usia 4-5 tahun. Ini artinya, asma bisa mulai terjadi sejak anak masih balita. Namun, apa sebenarnya penyebab asma pada balita? Ketahui jawabannya di bawah ini.
Apa penyebab asma pada balita?
Penyakit asma pada anak dan balita sebenarnya tidak berbeda dengan yang terjadi pada orang dewasa. Ini adalah salah satu penyakit pernapasan kronis yang memengaruhi saluran pernapasan.
Asma sendiri dapat terjadi pada segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tetapi paling sering menyerang anak-anak dan balita.
Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab asma pada balita, tetapi beberapa faktor berikut diketahui dapat meningkatkan risiko asma pada anak usia 1-5 tahun.
1. Faktor genetik
Anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan asma dan/atau alergi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan asma pada usia dini.
Faktor genetik ini mencakup pola pewarisan gen yang dapat menyebabkan anak mewarisi kecenderungan untuk memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih sensitif atau reaktif terhadap alergen atau iritan tertentu.
2. Lahir prematur
Lahir prematur, atau lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37 minggu, juga dapat menjadi faktor risiko untuk perkembangan asma pada balita.
Anak yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pernapasan, termasuk asma, karena paru-paru mereka mungkin belum sepenuhnya berkembang saat lahir.
Proses perkembangan paru-paru yang tidak lengkap ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap iritasi dan infeksi, yang dapat memicu terjadinya asma pada balita.
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga memainkan peran penting dalam menjadi faktor penyebab terjadinya asma pada balita.
Melansir jurnal Frontiers in Pediatrics, anak laki-laki memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengembangkan asma daripada anak perempuan.
Namun, saat mencapai usia remaja, kecenderungan ini dapat berbalik, di mana perempuan lebih mungkin mengalami asma daripada laki-laki.
4. Infeksi saluran pernapasan atas
Infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu, pilek, atau sinusitis, juga dapat menjadi faktor pemicu perkembangan asma pada balita.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saluran pernapasan, yang pada gilirannya dapat memicu reaksi asma pada anak yang rentan.
Selain itu, infeksi saluran pernapasan atas dapat meningkatkan iritabilitas saluran pernapasan, membuatnya lebih rentan terhadap alergen dan iritan lain yang dapat memicu serangan asma.
5. Alergi
Alergi pada balita merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab asma saat usia dini.
Balita yang memiliki riwayat alergi dapat mengalami reaksi alergi terhadap berbagai zat atau alergen, seperti debu rumah, tungau debu, bulu hewan peliharaan, serbuk sari, jamur, dan makanan tertentu.
Ketika terpapar alergen, sistem kekebalan tubuh balita dapat merespons dengan cara yang berlebihan, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran pernapasan.
6. Asap rokok
Paparan asap rokok juga merupakan faktor risiko yang menjadi penyebab asma pada anak usia 1-3 tahun atau batita dan balita.
Paparan rokok selama kehamilan atau bahkan setelah kelahiran dapat meningkatkan risiko balita yang dilahirkannya mengalami gangguan pernapasan, termasuk asma.
Hal ini karena zat-zat berbahaya dalam asap rokok dapat merusak saluran pernapasan balita yang masih berkembang, meningkatkan sensitivitasnya terhadap iritan dan alergen, serta menyebabkan peradangan pada paru-paru.
7. Polusi udara
Polusi udara juga bisa menjadi penyebab asma pada batita dan balita.
Paparan polusi udara yang tinggi, seperti partikel halus, ozon, dan nitrogen dioksida, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan balita.
Selain itu, polusi udara dapat memicu peradangan pada paru-paru dan meningkatkan sensitivitas terhadap alergen dan iritan lainnya.
Bagaimana cara mendiagnosis asma pada balita?
Bagaimana cara mengatasi asma pada balita?
Pada dasarnya, mengatasi asma pada balita perlu disesuaikan dengan gejala yang dialami anak hingga tingkat keparahannya.
Untuk anak di bawah usia 3 tahun yang memiliki gejala asma ringan, dokter mungkin masih akan melakukan pemantauan sebelum memberikan obat. Pasalnya, efek jangka panjang obat asma pada anak dan bayi masih belum diketahui jelas.
Namun, bila balita mengalami gejala mengi yang sering atau cukup parah, dokter mungkin akan meresepkan obat yang perlu dikonsumsi secara teratur untuk mengendalikan gejala dan mencegah terjadinya serangan asma.
Dokter mungkin meresepkan obat-obatan inhalasi seperti bronkodilator untuk meredakan gejala asma akut serta steroid inhalasi untuk mengurangi peradangan kronis dan mencegah serangan asma.
Selain melakukan perawatan dokter, Anda sebagai orangtua perlu mengetahui pertolongan pertama asma pada anak serta strategi untuk menghindari penyebab terjadinya asma balita.
Misalnya, jika asap tembakau merupakan pemicu asma pada anak Anda, Anda tidak boleh mengizinkan siapa pun merokok di rumah atau mobil Anda.
Selain itu, jaga lingkungan tempat tinggal balita tetap bersih dan bebas dari alergen, debu, dan polusi udara. Gunakan penyaring udara jika diperlukan dan pastikan ventilasi di dalam rumah sudah baik.
Pastikan juga balita mendapatkan vaksinasi lengkap, termasuk vaksin flu, untuk mengurangi risiko infeksi virus yang dapat memperburuk gejala asma.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar penyebab asma pada balita, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter.
[embed-health-tool-vaccination-tool]