backup og meta

5 Penyebab Nyeri Sendi pada Anak dan Cara Mengatasinya

5 Penyebab Nyeri Sendi pada Anak dan Cara Mengatasinya

Nyeri sendi bukan hanya keluhan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Terutama anak yang aktif bergerak, ia kerap terjatuh dan mengalami cedera pada sendi atau ototnya. Namun, nyeri pada sendi dan otot bisa juga jadi tanda masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut penjelasan lengkap seputar penyebab nyeri sendi pada anak.

Berbagai penyebab nyeri sendi pada anak

osteoporosis pada anak

Biasanya, rasa nyeri pada sendi muncul karena masalah umum yang tidak parah. Namun, pada sebagian kasus, kondisi ini bisa menjadi tanda penyakit tertentu.

Nyeri sendi pun bisa terjadi di berbagai jenis sendi, tetapi yang umum terasa di bagian lutut. Rasa nyerinya pun bisa disertai dengan gejala lain, seperti sakit kepala atau sakit perut.

Berikut penyebab nyeri sendi atau lutut pada anak dari yang ringan sampai tanda masalah tertentu. 

1. Growing pain

Nyeri sendi atau otot akibat kelelahan beraktivitas umumnya akan pulih dengan cepat. Kondisi ini tidak berbahaya dan sangat umum terjadi pada anak. 

Berdasarkan penelitian dari Clinical and Experimental Rheumatology, lebih dari 30% anak sekolah mengalami nyeri sendi kronis. 

Penyebab yang paling umum adalah growing pain atau rasa nyeri yang timbul di bagian tungkai kaki. 

Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus growing pain paling sering terjadi pada anak usia prasekolah sekitar 3—4 tahun dan usia sekolah (8—12 tahun).

Anak yang mengalami growing pain akan merasakan gejala seperti berikut.

  • Nyeri pada paha bagian depan, betis, dan belakang lutut pada anak.
  • Rasa nyeri sering muncul saat malam hari dan bisa membangunkan tidur.
  • Rasa nyeri bisa hilang timbul dan menghilang sendiri saat pagi.
  • Sakit perut dan kepala.

Biasanya, dokter tidak melakukan pemeriksaan khusus untuk membuat diagnosis growing pain.

Bila memiliki riwayat penyakit sendi dari keluarga, kemungkinan dokter akan melakukan pemeriksaan darah dan rontgen tulang untuk mendeteksi penyakit peradangan sendi.

2. Juvenile idiopathic arthritis

Tahukah Anda kalau penyakit rematik juga bisa menyerang anak-anak di bawah usia 17 tahun?

Mengutip dari Kids Health, nyeri sendi pada anak bisa menjadi tanda penyakit juvenile idiopathic arthritis.

Anak dengan kondisi ini sering mengeluhkan nyeri pada tubuhnya sehingga membuat si Kecil lemah dan tidak bergerak dengan bebas.

Jenis radang sendi pada anak ini bisa menimbulkan gejala yang beragam. Jadi, tidak semua anak mengalami gejala yang sama.

Namun, secara umum, gejala anak mengalami juvenile idiopathic arthritis yaitu:

  • sendi yang meradang akan memerah,
  • bengkak, dan
  • terasa sakit jika tersentuh.

Bila mengalami gejala tersebut, segera periksakan kesehatan anak secepat mungkin kepada dokter. 

Selain untuk meringankan gejala, pengobatan lebih awal juga bisa mencegah kerusakan lebih parah pada sendi dan tulang anak yang sedang tumbuh.

3. Lupus

Lupus atau systemic lupus erythematosus adalah gangguan autoimun yang memengaruhi hampir seluruh organ tubuh. 

Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan infeksi malah menyerang se-sel sehat di dalam tubuh.

Mengutip dari Kids Health, anak dengan kondisi ini biasanya akan mengalami gejala berikut.

  • Tangan atau kaki yang nyeri, kaku, bahkan membengkak di pagi hari.
  • Tubuh terasa lelah walau sudah beristirahat dengan cukup.
  • Demam dan ruam sekitar hidung.
  • Ruam semakin parah saat terpapar sinar matahari.

Lupus pada anak sering terjadi karena faktor genetik dari keluarga. Bila anak mengalami nyeri sendi bersamaan dengan gejala lupus, segera konsultasikan kepada dokter.

4. Penyakit Lyme 

Lyme disease adalah infeksi bakteri Borrelia burgdorferi akibat gigitan kutu. Serangga ini bisa menyebabkan infeksi bakteri sehingga menimbulkan penyakit Lyme.  

Kutu biasanya hidup di area berumput atau hutan daerah tertentu dan mengisap darah tikus dan rusa.

Bila terinfeksi gigitan kutu ini, anak umumnya akan mengalami gejala:

  • ruam melingkar yang memerah,
  • kelelahan,
  • demam atau justru kedinginan,
  • nyeri otot dan sendi, dan
  • kelumpuhan pada wajah.

Ruam pada kulit biasanya akan muncul dalam waktu tiga minggu setelah tergigit oleh kutu.

Meski gejalanya beragam, kadang nyeri sendi atau lutut anak tiba-tiba sakit bisa menjadi gejala yang paling awal yang anak rasakan.

5. Leukemia

Adanya sel kanker pada sumsum tulang belakang juga bisa menjadi penyebab sendi, mungkin termasuk lutut, anak sering sakit. 

Sel kanker yang berkembang di sumsum bisa menyerang dan merusak produksi sel darah. Kondisi ini umum menyerang anak-anak di antara penyakit kanker lainnya.

Selain nyeri pada tubuh, penyakit leukemia pada anak bisa menimbulkan gejala lain, seperti:

  • tubuh mudah memar dan berdarah,
  • mudah terinfeksi dan mengalami demam terus-menerus,
  • tubuh kelelahan, 
  • kesulitan bernapas, 
  • pembengkakan kelenjar getah bening, dan 
  • sakit perut.

Perawatan nyeri sendi pada anak tergantung pada gejala dan diagnosis dokter.

Bila mengalami nyeri sendi bersamaan dengan gejala leukemia, sebaiknya segera konsultasi ke dokter.

Hal yang perlu orangtua lakukan saat anak nyeri sendi

adenoidektomi

Keluhan nyeri pada sendi anak sebaiknya tidak boleh orangtua sepelekan. Segera konsultasi ke dokter bila sendi atau dengkul anak yang sakit timbul bersamaan dengan kondisi:

  • sendi kemerahan dan membengkak,
  • nyeri tidak kunjung hilang,
  • demam pada anak
  • penurunan berat badan, serta 
  • kelemahan otot.

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter sehingga petugas medis bisa membantu Anda untuk menentukan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Kesimpulan

Nyeri sendi pada anak bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari masalah umum seperti growing pain hingga masalah kesehatan serius seperti juvenile idiopathic arthritis, lupus, Lyme disease, dan leukemia. Penting bagi orangtua untuk memperhatikan gejala anak, seperti nyeri yang tidak kunjung hilang, bengkak pada sendi, demam, dan gejala lain yang tidak lazim. Konsultasi kepada dokter penting untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat guna mencegah komplikasi lebih lanjut pada kesehatan anak.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Joint Pain in Children. (2020). Retrieved 16 July 2024, from https://www.columbiadoctors.org/childrens-health/pediatric-specialties/rheumatology/treatments-conditions/joint-pain-children

Joint pain or muscle pain in children. (2022). Retrieved 16 July 2024, from https://www.mayoclinic.org/symptom-checker/joint-pain-or-muscle-pain-in-children-child/related-factors/itt-20009075

Juvenile Idiopathic Arthritis (for Parents) – Nemours KidsHealth. (2022). Retrieved 16 July 2024, from https://kidshealth.org/en/parents/jra.html

Lupus (for Teens) – Nemours KidsHealth. (2022). Retrieved 16 July 2024, from https://kidshealth.org/en/teens/lupus.html

Sperotto, F., Balzarin, M., Parolin, M., Monteforte, N., Vittadello, F., & Zulian, F. (2014). Joint hypermobility, growing pain and obesity are mutually exclusive as causes of musculoskeletal pain in schoolchildren. Clinical And Experimental Rheumatology, 32(1). Retrieved 16 July 2024, from https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24093536/

Versi Terbaru

24/07/2024

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

7 Penyebab Sakit Perut pada Anak, Kapan Perlu Waspada?

12 Penyakit yang Sering Terjadi pada Anak, Ortu Wajib Tahu


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 24/07/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan