Seperti yang telah diketahui, musim pancaroba adalah waktu yang rentan terjadi penyakit, tidak terkecuali pada bayi dan anak.
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Seperti yang telah diketahui, musim pancaroba adalah waktu yang rentan terjadi penyakit, tidak terkecuali pada bayi dan anak.
Terlebih, sistem kekebalan tubuh anak umumnya lebih lemah dibandingkan orang dewasa, sehingga rentan terserang penyakit.
Berikut ini beberapa penyakit yang rentan dialami oleh anak dan balita saat musim pancaroba.
Musim pancaroba merupakan masa pergantian dari musim kemarau ke penghujan atau sebaliknya.
Peralihan musim biasanya ditandai dengan angin kencang dan tidak tentu arah, curah hujan tidak menentu, serta suhu udara yang tiba-tiba terasa panas dan terik.
Kenaikan dan penurunan suhu udara bisa menyebabkan pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur secara cepat. Akibatnya, penyebaran penyakit saat musim pancaroba lebih rentan terjadi.
Jika kondisi daya tahan tubuh saat musim pancaroba menurun, risiko terserang penyakit tentu bisa bertambah besar, tidak terkecuali bagi bayi dan anak-anak.
Bahkan, mereka sering kali lebih rentan mengalami penyakit akibat pergantian cuaca.
Dilansir dari Piedmont Healthcare, perubahan cuaca bisa menjadi tantangan tersendiri bagi sistem imun dan sistem muskuloskeletal di dalam tubuh.
Ada beberapa jenis penyakit yang bisa dialami oleh bayi dan anak saat musim pancaroba, di antaranya sebagai berikut.
Saat memasuki musim hujan, sistem imun yang bertugas untuk mendeteksi dan melawan virus dapat menjadi kurang sensitif. Ini bisa terjadi akibat penurunan suhu lingkungan.
Selain itu, virus influenza juga lebih cepat berkembang pada suhu yang dingin.
Virus ini menyerang sistem pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan, hingga paru-paru. Akibatnya, berbagai gejala, seperti batuk, pilek, dan hidung tersumbat, bisa timbul.
Meski umum terjadi saat musim hujan dan dapat dialami oleh siapa saja, beberapa orang lebih rentan terhadap infeksi virus influenza, salah satunya balita dan anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Walau influenza pada anak biasanya tidak serius, kondisi ini bisa memicu terjadinya komplikasi pada bayi.
Pada bayi dan balita, sistem imun yang belum sempurna bisa menyebabkan penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yang lebih mudah terjadi saat musim pancaroba.
ISPA pada anak umumnya menimbulkan beberapa gejala, seperti meriang, demam, batuk, pilek, sakit saat menelan, dan nyeri otot.
Penyakit ini biasanya dialami oleh anak akibat tertular virus yang bisa terjadi melalui kontak dengan percikan ludah secara langsung (berada di dekat orang yang batuk atau bersin) atau tidak langsung (menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi virus).
Bukan hanya influenza dan ISPA, asma dan bronkitis pada anak juga merupakan beberapa jenis penyakit pernapasan yang bisa terjadi saat pancaroba.
Kedua penyakit tersebut bisa dipicu oleh udara dingin yang masuk ke saluran pernapasan, sehingga terjadi peradangan.
Angin kencang yang sering terjadi saat pergantian musim bisa menerbangkan serbuk sari dari tanah sehingga terhirup oleh hidung. Hal ini bisa memicu serangan asma pada anak.
Meski begitu, asma juga bisa terjadi saat cuaca mulai menjadi lebih panas. Suhu udara yang lebih hangat bisa memicu pembentukan ozon di permukaan tanah yang kemudian bisa menjadi pemicu serangan asma pada sebagian anak.
Selain asma, serbuk sari juga bisa memicu timbulnya alergi pada anak.
Saat cuaca mulai menjadi hangat, tumbuh-tumbuhan akan lebih mudah tumbuh, termasuk bunga-bunganya.
Semakin banyak bunga yang tumbuh, berarti akan semakin banyak juga serbuk sari yang mungkin terbawa oleh angin.
Saat terhirup masuk ke dalam hidung, serbuk sari bisa memicu timbulnya reaksi alergi, seperti bersin-bersin, pada beberapa anak.
Saat terjadi pergantian musim, anak juga rentan mengalami diare.
Penyakit ini bisa terjadi saat anak memakan makanan yang terpapar virus dan bakteri penyebab diare yang mungkin tidak sengaja terbawa angin.
Sama seperti influenza, diare juga termasuk penyakit infeksi pada anak yang umum terjadi. Penyakit ini ditandai dengan feses yang menjadi encer dan biasanya akan sembuh setelah 5 – 7 hari untuk anak-anak.
Namun, diare pada anak juga bisa terjadi cukup parah atau berkepanjangan hingga berisiko memicu dehidrasi.
Penyebaran virus dan bakteri lebih mudah terjadi saat pergantian musim, termasuk bakteri pemicu penyakit tipes, yaitu Salmonella typhi.
Tipes bisa terjadi pada anak apabila ia mengonsumsi air atau makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri penyebab tipes.
Gejala-gejala tipes pada anak bisa meliputi demam tinggi pada sore dan malam hari, sakit perut hingga diare, serta nyeri di kepala.
Sebaiknya, segera tangani tipes saat gejala mulai muncul untuk menghindari terjadinya komplikasi pada anak.
Musim pancaroba sering kali menjadi waktu terjadinya kenaikan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Selama masa peralihan menuju musim penghujan, biasanya mulai banyak air yang tergenang, termasuk di sekitar rumah atau tempat bermain anak.
Genangan air ini bisa membuat nyamuk Aedes aegypti lebih cepat berkembang biak. DBD terjadi saat anak digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue.
Ada beberapa gejala yang bisa menandakan DBD pada anak, antara lain demam tinggi secara tiba-tiba selama 2 – 7 hari, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, badan lemas, mual dan muntah, serta bintik-bintik pada kulit.
Apabila tidak cepat ditangani, anak berisiko mengalami komplikasi, seperti perdarahan berat, syok, bahkan hingga kematian.
Selain DBD, penyakit pancaroba lainnya yang juga disebabkan oleh nyamuk adalah chikungunya.
Anak yang menderita penyakit ini sekilas menunjukkan gejala yang mirip DBD, yaitu demam tinggi, nyeri sendi, ruam pada kulit, mual, dan sakit kepala.
Namun, pada kondisi tertentu, infeksi virus chikungunya juga bisa memicu kelumpuhan sementara pada tubuh. Gejala penyakit musim pancaroba ini umumnya lebih parah jika dialami oleh balita.
Selain nyamuk, infeksi saat musim pancaroba juga bisa disebabkan oleh kutu. Kondisi ini disebut dengan penyakit Lyme.
Penyakit Lyme terjadi saat anak digigit oleh kutu dan kemudian akan dihisap darahnya. Saat hal ini terjadi, bakteri dari kutu bisa masuk ke dalam tubuh anak melalui aliran darah.
Namun, bakteri penyebab penyakit Lyme juga bisa masuk ke dalam tubuh akibat mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi bakteri ini.
Anak lebih rentan mengalami penyakit ini dibandingkan orang dewasa karena mereka umumnya lebih sering menghabiskan waktu di luar saat bermain.
Mereka juga cenderung belum bisa melindungi diri mereka sendiri.
Sebagai orangtua, tentu Anda tidak ingin anak Anda sakit, termasuk saat musim pancaroba. Terlebih, beberapa penyakit yang rentan terjadi pada musim itu berisiko memicu komplikasi serius pada anak.
Untuk membantu mencegah terjadinya penyakit-penyakit di atas pada anak Anda, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan, di antaranya sebagai berikut.
Dengan menerapkan tips tersebut, anak bisa memiliki sistem imun tubuh yang lebih baik dan terjaga.
Dengan begitu, anak tidak akan mudah terserang penyakit meski harus terpapar penyebabnya selama musim pancaroba.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar