Mata minus, atau dalam istilah medis disebut miopia, sering ditemukan pada anak-anak usia sekolah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Minus yang tinggi pada anak bisa meningkatkan risiko degenerasi makula, glaukoma, dan bahkan bisa berujung pada kebutaan. Ketahui selengkapnya tentang mata minus pada anak di bawah ini.
Gejala mata minus pada anak
Mata minus atau miopia pada anak adalah gangguan penglihatan ketika pandangan jauh menjadi kabur. Kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala berikut.
- Penglihatan buram pada jarak jauh. Anak dengan miopia cenderung kesulitan melihat objek yang jauh, seperti papan tulis di sekolah. Hal ini terkadang dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik atau keluhan penglihatan buram.
- Menyipitkan mata. Anak mungkin sering menyipitkan mata untuk mencoba memperjelas penglihatan mereka. Ini adalah salah satu respons alami untuk meningkatkan fokus pada objek jauh.
- Sering mengeluh sakit kepala atau ketegangan mata. Miopia pada anak dapat menyebabkan sakit kepala atau mata lelah, terutama setelah membaca atau menggunakan perangkat digital dalam waktu lama.
- Duduk terlalu dekat saat menonton atau membaca. Anak mungkin lebih nyaman duduk dekat TV atau menunduk terlalu dekat saat membaca karena penglihatan jarak jauh yang kabur.
- Kesulitan melihat dalam kondisi cahaya rendah. Beberapa anak mungkin merasa lebih sulit melihat dalam kondisi cahaya rendah, yang merupakan tanda awal adanya masalah pada penglihatan.
Pentingnya pemeriksaan mata secara rutin pada anak-anak menjadi kunci dalam mendeteksi dan menangani miopia sejak dini.
Penyebab mata minus pada anak
Penyebab mata minus pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
1. Genetik
Anak dengan orangtua yang menderita miopia lebih berisiko untuk mengembangkan kondisi serupa.
Faktor genetik memainkan peran penting, meskipun banyak gen dan faktor keturunan yang terlibat secara kompleks dalam peningkatan risiko tersebut.
2. Aktivitas jarak dekat
Membaca, menggunakan perangkat digital, atau menonton TV terlalu dekat dapat meningkatkan risiko miopia.
Ketika anak lebih sering berfokus pada objek dekat, hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bola mata yang tidak normal, sehingga cahaya fokus di depan retina dan menyebabkan pandangan jauh yang kabur.
3. Paparan cahaya alami yang kurang
Penelitian menunjukkan bahwa paparan cahaya alami atau waktu yang dihabiskan di luar ruangan dapat mengurangi risiko miopia.
Anak yang lebih sering berada di luar ruangan cenderung memiliki risiko lebih rendah untuk mengembangkan miopia, meskipun mekanismenya masih dalam penelitian.
Cara mengatasi mata minus pada anak
Mata minus pada anak tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi ada cara untuk memperlambat perkembangannya.
Beberapa metode efektif untuk mengatasi mata minus pada anak meliputi berikut ini.
1. Lensa kontak multifokal
Studi dalam jurnal Ophthalmology and Therapy menunjukkan bahwa penggunaan kacamata pada anak yang dilengkapi lensa kontak multifokal bisa menjadi terapi mata minus pada anak.
Lensa kontak multifokal memiliki beberapa fungsi dalam satu lensa, yang dapat membantu mengurangi perkembangan miopia pada anak, terutama pada anak-anak yang memakainya secara teratur.
Lensa multifokal berfokus untuk memfokuskan cahaya lebih dekat ke retina.
Ini mengurangi dorongan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang, yaitu salah satu penyebab utama mata minus pada anak.
2. Obat tetes mata atropin dosis rendah
Atropin telah lama digunakan dalam konsentrasi yang lebih tinggi untuk memperlambat miopia, tetapi sering menyebabkan sensitivitas cahaya dan penglihatan kabur.
Berdasarkan studi dari NIH, di beberapa negara Asia, atropin dosis rendah telah berhasil membantu mencegah keparahan miopia.
Namun, dalam penelitian yang sama, atropin dosis sangat rendah (0,01%) tidak memiliki hasil yang signifikan dalam memperlambat miopia di Amerika Serikat.
Untuk itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitasnya di populasi yang berbeda.
3. Melakukan aktivitas di luar ruangan
Menurut National Eye Institute, anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan memiliki risiko lebih rendah mengalami miopia dibandingkan anak-anak yang lebih sering dan lama berada di dalam ruangan.
Cahaya alami dari matahari diyakini membantu mengatur pertumbuhan dan kesehatan mata anak dengan mendorong pengeluaran dopamin dalam retina.
Ini membantu memperlambat laju pemanjangan bola mata, salah satu penyebab utama miopia.
American Academy of Ophthalmology merekomendasikan sekitar 2 jam aktivitas luar ruangan per hari sebagai langkah pencegahan efektif terhadap miopia pada anak.
4. Membatasi penggunaan gadget
Penggunaan layar yang berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko miopia pada anak-anak.
Pasalnya, hal ini cenderung menurunkan waktu anak terpapar cahaya alami di luar ruangan dan meningkatkan stres visual saat menatap layar dalam jarak dekat.
Maka dari itu, disarankan agar anak-anak menghabiskan tidak lebih dari dua jam per hari untuk waktu layar.
Pastikan juga anak menonton layar dengan jarak yang aman dan sering mengistirahatkan mata mereka dengan aturan “20-20-20” (lihat 20 kaki selama 20 detik setiap 20 menit).
Untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang lebih tepat terkait masalah mata pada anak Anda, sebaiknya konsultasikan kepada dokter.
Kesimpulan
- Mata minus atau miopia pada anak merupakan gangguan penglihatan jauh atau menjadi kabur, yang sering kali disebabkan oleh faktor genetik, kebiasaan berfokus pada objek dekat, dan kurangnya paparan cahaya alami.
- Anak-anak yang lebih sering menggunakan gadget atau membaca dalam jarak dekat memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini.
- Penanganan efektif meliputi penggunaan lensa multifokal atau tetes atropin dosis rendah, pembatasan waktu layar, menjaga jarak pandang yang aman, dan meningkatkan waktu aktivitas di luar ruangan untuk mendapatkan manfaat dari cahaya alami yang dapat membantu memperlambat perkembangan miopia pada anak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]