backup og meta

8 Ciri Anak Stunting dan Langkah untuk Mencegahnya

Stunting masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Untuk itu, mengenali ciri-cirinya sejak dini dan memahami cara mencegahnya sangat penting untuk memastikan tumbuh kembang anak optimal. Simak selengkapnya terkait ciri anak stunting dan cara mencegahnya di bawah ini. 

Berbagai ciri anak stunting

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis sejak 1.000 hari pertama kehidupan (masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun).

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 24,4%, artinya hampir seperempat anak Indonesia mengalami stunting.

Angka ini memang menurun dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih tergolong tinggi menurut standar WHO. 

Pada anak-anak yang mengalami stunting, postur tubuh pendek bukanlah satu-satunya masalah, melainkan bagian dari sindrom stunting yang mencakup berbagai perubahan patologis yang menghambat pertumbuhan linear, perkembangan kognitif, dan kapasitas fisik anak.

Oleh karena itu, mengenali tanda anak stunting sedini mungkin sangat penting untuk pencegahan yang tepat. Berikut gejala anak stunting yang bisa diketahui. 

1. Tinggi badan rendah untuk usia

Stunting dan tubuh pendek pada anak sering kali dikaitkan. Padahal, anak bertubuh pendek tidak selalu mengalami stunting. 

Ciri anak stunting umumnya didefinisikan sebagai tinggi badan anak yang berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dari median standar pertumbuhan anak WHO untuk usia dan jenis kelamin yang sama.

Anak-anak dianggap mengalami stunting yang parah jika tinggi badannya berada di bawah -3 standar deviasi.

2. Lingkar kepala kecil

Lingkar kepala kecil (microcephaly) merupakan salah satu ciri fisik anak stunting yang sering ditemukan.

Ukuran lingkar kepala mencerminkan pertumbuhan otak, dan pengukuran ini dapat digunakan sebagai penilaian penting dalam memeriksa risiko gangguan perkembangan neurologis pada anak.

3. Perkembangan gigi tertunda

Anak-anak dengan kondisi tubuh stunting juga sering mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan gigi.

Ciri anak stunting ini bahkan dapat menjadi pertanda gangguan pertumbuhan pada anak secara keseluruhan.

4. Wajah tampak lebih muda dari usia sebenarnya

Anak-anak yang mengalami stunting mungkin memiliki penampilan wajah yang lebih muda dibandingkan dengan usia mereka.

Meski sering dianggap awet muda, tanda anak stunting ini justru bisa mencerminkan keterlambatan dalam perkembangan fisik.

5. Berat badan tidak bertambah atau menurun

Pada usia 5 tahun, anak-anak yang mengalami stunting mungkin menunjukkan berat badan yang tidak meningkat sesuai dengan pertumbuhan normal atau bahkan cenderung menurun.

Ciri anak stunting ini dapat terjadi karena kekurangan asupan gizi dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.

6. Gangguan perkembangan kognitif

Stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif. Beberapa gejala anak stunting yang perlu diwaspadai meliputi berikut ini.

  • Keterlambatan dalam kemampuan berbicara.
  • Kesulitan berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas sederhana.
  • Perkembangan motorik yang lambat (terlambat duduk, merangkak, atau berjalan).
  • Kurangnya keaktifan dan rasa ingin tahu.
  • Kesulitan dalam memecahkan masalah sesuai usia. 

Dalam jurnal Nutrition reviews, studi di Indonesia menunjukkan bahwa anak stunting mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, dengan rata-rata 10 poin IQ lebih rendah dibandingkan anak dengan pertumbuhan normal.

7. Masalah psikologis

Anak-anak yang mengalami stunting menunjukkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi serta harga diri yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami stunting.

Mereka juga lebih rentan terhadap masalah perilaku, termasuk kesulitan dalam interaksi sosial dan peningkatan risiko gangguan perilaku.

8. Mudah sakit

Stunting sering kali disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Pada akhirnya, kondisi ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh anak dan meningkatkan risiko penyakit.

Akibatnya, anak-anak yang stunting memiliki risiko lebih tinggi terhadap berbagai infeksi, termasuk diare dan pneumonia. Inilah mengapa mudah sakit merupakan ciri anak stunting.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Cara mencegah stunting pada anak

beda stunting dan pendek

Langkah penting dalam mencegah stunting pada anak, yaitu dengan memantau kesehatan dan memastikan status gizi anak baik sebagai tolak ukur penilaian tercukupinya kebutuhan asupan gizi.

Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan agar terhindar dari ciri anak stunting di atas.

1. Memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping yang tepat

Memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.

Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai menerima makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi dan aman, sambil tetap disusui hingga usia 2 tahun atau lebih.

2. Memenuhi suplementasi gizi

Suplementasi gizi diberikan untuk mengatasi kekurangan zat mikro penting selama masa kehamilan dan masa awal kehidupan anak.

Ibu hamil dan menyusui memerlukan suplemen seperti zat besi, asam folat, dan kalsium untuk mendukung pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.

Pada anak-anak, suplemen seperti vitamin A, zat besi, dan zinc sering diberikan untuk mencegah kekurangan mikronutrien yang dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan daya tahan tubuh rendah.

3. Melakukan perbaikan sanitasi dan higiene (WASH)

Sanitasi yang buruk dan kebersihan yang tidak memadai menyebabkan tingginya paparan infeksi, terutama diare kronis, yang memperparah malabsorpsi nutrisi dan meningkatkan risiko stunting.

Untuk itu, akses terhadap air bersih, fasilitas sanitasi yang layak, dan praktik mencuci tangan dengan sabun terbukti mampu mengurangi kasus infeksi saluran pencernaan pada anak dan mencegah ciri stunting di atas.

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan terpadu

Akses terhadap layanan kesehatan dasar seperti imunisasi anak, perawatan penyakit menular, dan pemantauan pertumbuhan anak secara rutin membantu mendeteksi dan menangani gangguan gizi sejak dini.

Anak-anak yang mendapat layanan kesehatan secara menyeluruh cenderung memiliki status gizi dan kesehatan yang lebih baik.

5. Meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan ibu

Edukasi gizi kepada ibu, terutama dalam hal pemberian makan bayi dan balita, kebersihan, serta penanganan penyakit ringan, terbukti efektif dalam mengurangi kasus stunting.

Selain itu, wanita yang memiliki akses lebih besar terhadap pendidikan dan pendapatan cenderung memiliki anak yang lebih sehat dan bergizi.

Jika gejala anak stunting terdeteksi, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter anak guna mengatasi kondisi kurang gizi yang anak Anda alami.

Kesimpulan

  • Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang bisa dikenali dari ciri seperti tinggi badan rendah, wajah tampak lebih muda, hingga gangguan perkembangan kognitif.
  • Anak yang mengalami stunting juga cenderung lebih mudah sakit dan mengalami masalah psikologis.
  • Pencegahannya meliputi pemberian ASI eksklusif, MPASI bergizi, suplementasi gizi, sanitasi yang baik, layanan kesehatan rutin, serta edukasi ibu.
  • Deteksi dini dan tindakan cepat sangat penting untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Stunting in a nutshell. (n.d.). Retrieved 29 April 2025, from https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell

Fact sheets – Malnutrition. (n.d.). Retrieved 29 April 2025, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition

Danaei, G., Andrews, K. G., Sudfeld, C. R., Fink, G., McCoy, D. C., Peet, E., Sania, A., Smith Fawzi, M. C., Ezzati, M., & Fawzi, W. W. (2016). Risk Factors for Childhood Stunting in 137 Developing Countries: A Comparative Risk Assessment Analysis at Global, Regional, and Country Levels. PLOS Medicine13(11), e1002164. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1002164

‌Prado, E. L., & Dewey, K. G. (2014). Nutrition and brain development in early life. Nutrition reviews72(4), 267–284. https://doi.org/10.1111/nure.12102

Paudpedia Kemendikbudristek, K. (n.d.). Prevalensi Stunting Tahun 2022 di Angka 21,6%, Protein Hewani Terbukti Cegah Stunting. Retrieved 29 April 2025, from https://paudpedia.kemdikbud.go.id/kabar-paud/berita/prevalensi-stunting-tahun-2022-di-angka-216-protein-hewani-terbukti-cegah-stunting?do=MTQyMy1iNmNmMmYzZA&ix=MTEtYmJkNjQ3YzA

Ijaiya, M. A., Seun Anjorin, & Uthman, O. A. (2024). Quantifying the increased risk of illness in malnourished children: a global meta-analysis and propensity score matching approach. Global Health Research and Policy9(1). https://doi.org/10.1186/s41256-024-00371-0

Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A., Stefopulos, M., & Bhutta, Z. A. (2020). Stunting in childhood: an overview of global burden, trends, determinants, and drivers of decline. The American Journal of Clinical Nutrition112(Supplement_2), 777S791S. https://doi.org/10.1093/ajcn/nqaa159

Child mortality rate. (n.d.). Retrieved 29 April 2025, from https://ourworldindata.org/grapher/child-mortality-igme

‌Madewell, Z. J., et al. (2024). Contribution of malnutrition to infant and child deaths in Sub-Saharan Africa and South Asia. BMJ Global Health9(12), e017262. https://doi.org/10.1136/bmjgh-2024-017262

Devi Azriani, et al. (2024). Risk factors associated with stunting incidence in under five children in Southeast Asia: a scoping review. Journal of Health Population and Nutrition43(1). https://doi.org/10.1186/s41043-024-00656-7

Ijaiya, M. A., Seun Anjorin, & Uthman, O. A. (2024). Quantifying the increased risk of illness in malnourished children: a global meta-analysis and propensity score matching approach. Global Health Research and Policy9(1). https://doi.org/10.1186/s41256-024-00371-0

Schwinger, C., et al. (2024). Cohort profile: The WHO Child Mortality Risk Stratification Multi-Country Pooled Cohort (WHO-CMRS) to identify predictors of mortality through early childhood. MedRxiv (Cold Spring Harbor Laboratory). https://doi.org/10.1101/2024.03.06.24303859

Nomura, K., Bhandari, A. K., Matsumoto-Takahashi, E. L., & Takahashi, O. (2023). Annals of Global Health89(1). https://doi.org/10.5334/aogh.4199

Mertens, A., et al. (2023). Child wasting and concurrent stunting in low- and middle-income countries. Nature621(7979), 558–567. https://doi.org/10.1038/s41586-023-06480-z

Mahmud, I., Guesdon, B., Kerac, M., & Grijalva-Eternod, C. S. (2023). Mortality risk in infants receiving therapeutic care for malnutrition: A secondary analysis. https://doi.org/10.1101/2023.08.23.23294473

Montenegro, C. R., Gomez, G., Hincapie, O., Dvoretskiy, S., DeWitt, T., Gracia, D., & Misas, J. D. (2022). The pediatric global burden of stunting: Focus on Latin America. Lifestyle Medicine3(3). https://doi.org/10.1002/lim2.67

‌Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics and international child health34(4), 250–265. https://doi.org/10.1179/2046905514Y.0000000158

McDonald, C. M., et al. (2013). The effect of multiple anthropometric deficits on child mortality: meta-analysis of individual data in 10 prospective studies from developing countries. The American Journal of Clinical Nutrition97(4), 896–901. https://doi.org/10.3945/ajcn.112.047639

Soekatri, M. Y. E., Sandjaja, S., & Syauqy, A. (2020). Stunting Was Associated with Reported Morbidity, Parental Education and Socioeconomic Status in 0.5–12-Year-Old Indonesian Children. International Journal of Environmental Research and Public Health17(17), 6204. https://doi.org/10.3390/ijerph17176204

‌de Onis, M., & Branca, F. (2016). Childhood stunting: a global perspective. Maternal & child nutrition12 Suppl 1(Suppl 1), 12–26. https://doi.org/10.1111/mcn.12231

De Sanctis, V., Soliman, A., Alaaraj, N., Ahmed, S., Alyafei, F., & Hamed, N. (2021). Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood. Acta bio-medica : Atenei Parmensis92(1), e2021168. https://doi.org/10.23750/abm.v92i1.11346

Ponum, M., Khan, S., Hasan, O., Mahmood, M. T., Abbas, A., Iftikhar, M., & Arshad, R. (2020). BMC Pediatrics20(1). https://doi.org/10.1186/s12887-020-02139-0

Koshy, B., et al. (2022). Are early childhood stunting and catch-up growth associated with school age cognition?—Evidence from an Indian birth cohort. PLOS ONE17(3), e0264010. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0264010

emhj. (2020). Prevalence and factors associated with stunting among school children in Egypt. World Health Organization – Regional Office for the Eastern Mediterranean. https://www.emro.who.int/emhj-volume-26-2020/volume-26-issue-7/prevalence-and-factors-associated-with-stunting-among-school-children-in-egypt.html

Rueda-Guevara, P., Botero Tovar, N., Trujillo, K. M., & Ramírez, A. (2021). Worldwide evidence about infant stunting from a public health perspective: A systematic review. Evidencia mundial sobre el retraso del crecimiento infantil desde una perspectiva de salud pública: revisión sistemática. Biomedica : revista del Instituto Nacional de Salud41(3), 541–554. https://doi.org/10.7705/biomedica.6017

Verma, P., & Prasad, J. B. (2021). Stunting, wasting and underweight as indicators of under-nutrition in under five children from developing Countries: A systematic review. Diabetes & metabolic syndrome15(5), 102243. https://doi.org/10.1016/j.dsx.2021.102243

Li, Z., Kim, R., Vollmer, S., & Subramanian, S. V. (2020). Factors Associated With Child Stunting, Wasting, and Underweight in 35 Low- and Middle-Income Countries. JAMA Network Open3(4), e203386. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2020.3386

Versi Terbaru

15/05/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Sama-Sama Bikin Tubuh Pendek, Apa Bedanya Dwarfisme dan Kretinisme?

Benarkah Cacingan Bisa Menyebabkan Stunting pada Anak?


Ditinjau oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 15/05/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan