BAB berdarah tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga pada anak. Darah dapat disebabkan mulai dari hal sepele seperti luka di kulit hingga karena sesuatu terjadi dalam tubuh. Apa yang menyebabkan feses anak berdarah ketika BAB (buang air besar)? Bagaimana cara mengatasi gangguan pencernaan anak yang satu ini?
Mengenal penyebab BAB berdarah pada anak
Penyebab munculnya darah pada feses ketika BAB pada setiap anak tidak bisa disamakan, karena terdapat beberapa faktor berbeda. Kepekatan warna dan tekstur darah dapat membantu memudahkan dokter untuk mendiagnosis dari mana darah berasal.
Darah yang berwarna merah menyala biasanya disebabkan karena terjadi masalah di saluran pencernaan bagian bawah (mendekati anus).
Lalu, apabila ibu menemukan feses sudah mengental atau berwarna kehitaman, biasanya diakibatkan masalah pada perut atau bagian atas saluran pencernaan.
Berikut beberapa penyebab BAB berdarah pada si Kecil yang perlu ibu ketahui.
1. Sembelit
Penyebab BAB berdarah pada anak sebagian besar karena mengalami sembelit. Ketika sembelit, feses anak menjadi lebih keras sehingga dapat melukai anus. Kondisi terlukanya anus ini disebut fisura ani.
Fisura ani didefinisikan sebagai sobekan kecil di dalam anus. Hampir 90 persen penyebab BAB berdarah pada anak disebabkan oleh hal ini.
Dengan kata lain, luka pada anus ini merupakan penyebab paling umum feses anak berdarah.
Untuk menghindari terjadinya sembelit dan tak terulang kembali, ibu harus memastikan kebutuhan serat anak tercukupi dengan baik.
2. Diare
Diare pada anak dapat terjadi akibat infeksi dalam saluran cerna yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit.
Selain membuat konsistensi feses jadi lebih cair, infeksi juga merupakan salah satu penyebab feses anak berdarah saat BAB. Biasanya diare disertakan dengan gejala seperti nyeri perut.
Berdasarkan jurnal berjudul Management of Bloody Diarrhoea in Children in Primary Care, diare berdarah pada anak sering menandakan penyakit saluran pencernaan yang serius.
Selain karena bakteri, virus, dan parasit, diare berdarah juga dapat disebabkan oleh kolitis ulseratif (peradangan usus besar).
3. Abses anus
Anak yang memiliki riwayat sering sembelit dan diare memiliki risiko tinggi mengalami abses pada anus.
Abses muncul ketika terjadi infeksi pada luka di sekitar anus disebabkan oleh bakteri yang dapat menyebabkan keluar nanah disertai dengan rasa nyeri
Jika si kecil mengalami hal ini, gejala yang timbul biasanya adalah sering merasa terganggu dan terdapat benjolan di sekitar anus yang disertai keluarnya cairan.
Segera konsultasikan pada dokter untuk mengetahui pengobatan atau perawatan terbaik yang efektif.
Tanda dan gejala BAB berdarah pada anak
Mengutip dari Patient, darah yang keluar bercampur dengan feses anak menandakan ada perdarahan di bagian usus bawah atau usus besar.
Bila anak memiliki gejala:
- Sakit perut
- Sembelit
- Diare
Dokter akan menentukan penyebab BAB berdarah pada si kecil yang tepat dengan kondisinya.
Cara mengatasi BAB berdarah pada anak
Melihat kondisi feses anak yang bercampur darah memang membuat orangtua kaget, tapi ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi BAB berdarah pada anak,sebagai berikut.
1. Beri makanan tinggi serat bila BAB berdarah pada anak
Mengatasi BAB berdarah pada si kecil akan lebih efektif bila mengetahui penyebabnya terlebih dahulu.
Namun kebanyakan buang air besar berdarah penyebabnya tidak berbahaya dan bisa berhenti dengan perawatan di rumah, tanpa perlu tindakan operasi.
BAB berdarah pada anak yang disebabkan sembelit bisa mulai mengubah atau mengatur pola makan anak. Sebagai contoh, memberikan makanan tinggi serat, seperti buah naga, pepaya, sayur bayam.
Usahakan menu makan si kecil tetap seimbang yaitu terdiri dari protein, lemak sehat, dan serat. Tidak lupa pastikan cairan dalam tubuh juga tetap terjaga.
2. Jaga kebersihan anus
Setelah itu, jaga kebersihan tubuh anak, terutama di area anus. Hal ini untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi ketika terjadi luka di area tersebut.
Gangguan pencernaan pada si kecil tak hanya ditandai dengan BAB berdarah saja, tapi juga hal lainnya seperti perut keras, jarang BAB, dan bentuk feses yang tidak normal.
Orangtua perlu selalu peka terhadap setiap kondisi kesehatan anak agar proses pemulihan dapat lebih cepat dan menghindari terjadinya komplikasi.
Kapan harus ke dokter?
Bila terdapat darah pada feses anak saat buang air besar (BAB) dan sudah melakukan perubahan pola makan, orangtua bisa berkonsultasi ke dokter.
Nantinya, dokter akan melakukan analisis di bawah ini terhadap kondisi si kecil, dikutip dari Children Hospital.
1. Apakah yang keluar benar darah?
Dokter akan memeriksa dan bertanya terlebih dahulu seputar makanan yang anak konsumsi.
Bila si kecil mengonsumsi jenis makanan yang bisa memengaruhi warna feses, seperti buah naga atau jus buah lain, dipastikan yang keluar bukan darah.
2. Berapa usia pasien?
Pada bayi usia 0-3 bulan, BAB berdarah disebabkan oleh fisura anus atau alergi. Namun pada anak balita, BAB berdarah sering disebabkan oleh sembelit, infeksi, dan radang usus (usus buntu).
Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisi si kecil.
3. Apakah BAB berdarah pada anak membuatnya sakit?
Bila feses anak berdarah tidak disertai rasa sakit, biasanya tidak terjadi peradangan di anus, seperti divertikulum meckel.
Sebaliknya, bila BAB berdarah pada anak membuatnya sakit, maka terjadi peradangan, seperti usus buntu, atau infeksi.
4. Seperti apa warna fesesnya?
Warna feses bisa menunjukan kondisi yang terjadi di dalam tubuh. Sebagai contoh, bila feses anak berwarna hitam (melena), menandakan perdarahan terjadi di kerongkongan dan lambung.
Sementara itu bila feses berwarna merah tua, menunjukkan perdarahan di usus kecil. Untuk warna feses merah cerah, tandanya ada infeksi di rektal atau anus.
[embed-health-tool-vaccination-tool]