Adanya masalah pada sistem pencernaan anak kadang tidak bisa dideteksi secara kasat mata. Dibutuhkan berbagai pemeriksaan untuk memastikan kondisi kesehatan tubuh anak, salah satunya melalui pemeriksaan feses.
Sama seperti jenis pemeriksaan kesehatan lainnya, tes feses juga dianjurkan untuk dilakukan pada waktu tertentu ketika memang dibutuhkan. Lantas, sebaiknya kapan si Kecil perlu menjalani tes feses?
Apa itu pemeriksaan feses?
Pemeriksaan feses adalah sebuah tes yang menjadikan feses atau pup sebagai sampel utama guna memudahkan diagnosis jika ada masalah pada pencernaan.
Meski sering dianggap sebagai kotoran yang perlu dibuang, feses sebenarnya bisa memberikan informasi penting mengenai kondisi kesehatan tubuh.
Ini termasuk yang menyerang usus, lambung, dubur, maupun bagian lainnya dari sistem pencernaan.
Feses anak yang normal umumnya berwarna cokelat atau kuning dan tidak mengandung darah.
Namun, jika feses berwarna merah atau mengandung darah, tandanya ada yang salah dengan sistem pencernaan anak.
Itulah mengapa pemeriksaan atau tes feses dibutuhkan, khususnya untuk mendiagnosis gangguan pada sistem pencernaan anak.
Pasalnya, serangan virus, bakteri, serta parasit yang masuk ke dalam tubuh bisa berkembang sehingga membahayakan kesehatan anak.
Bukan tidak mungkin, anak bisa sampai mengalami diare yang disertai dengan munculnya darah pada feses.
Kapan waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan feses pada anak?
Dokter biasanya baru akan menganjurkan pemeriksaan atau tes feses jika anak mengalami gejala yang terkait dengan sistem pencernaan, seperti di bawah ini.
- BAB berdarah pada anak.
- Sakit atau kram pada perut yang parah.
- Diare yang parah.
- Mual.
- Diare pada anak yang telah berlangsung cukup lama.
Pada kondisi di atas, pemeriksaan atau tes pup anak dapat membantu mendiagnosis apa penyebab dari gejala yang dialami.
Adapun berbagai masalah kesehatan yang bisa dideteksi melalui pemeriksaan feses, yaitu sebagai berikut.
- Alergi atau peradangan di dalam tubuh, misalnya ketika anak mengalami alergi susu sapi.
- Infeksi saluran pencernaan akibat serangan bakteri, virus, maupun parasit.
- Gangguan pencernaan karena kesulitan dalam mencerna gula, lemak, atau zat gizi tertentu lainnya.
- Muncul darah pada saluran pencernaan akibat ulkus atau masalah lainnya.
Dari semua gangguan di atas, dokter paling sering melakukan tes pup untuk mengetahui jenis bakteri, virus, atau parasit yang menginfeksi saluran pencernaan.
Selain pemeriksaan di atas, melansir Kids Health, tes feses juga terkadang dilakukan untuk memeriksa kandungan di dalamnya, contohnya kandungan lemak.
Seharusnya, lemak dicerna sepenuhnya di dalam usus sehingga feses yang keluar dari tubuh tidak akan mengandung lemak.
Namun, pada kondisi tertentu, lemak sulit diserap secara sempurna sehingga bisa tertinggal di feses anak Anda. Tes feses dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari kondisi tersebut.
Pada beberapa kasus, tes feses ini juga bisa disertai dengan tes kesehatan lainnya guna memastikan kondisi kesehatan anak.
Tanyakan kepada dokter mengenai waktu dan jenis tes yang dibutuhkan sesuai kondisi anak Anda.
Perlu Anda Ketahui
Akan tetapi, lain lagi ceritanya jika usus ternyata terinfeksi bakteri, virus, atau parasit berbahaya.
Kondisi tersebut tentu bisa mengakibatkan munculnya masalah kesehatan yang tidak sepele, sehingga tes feses perlu dilakukan.
Bagaimana cara melakukan pemeriksaan feses anak?
Hal pertama yang perlu dilakukan saat melakukan tes feses anak yaitu mengumpulkan sampel pup buah hati Anda.
Cara ini biasanya dilakukan oleh orangtua atau yang mengurus si Kecil di rumah. Proses pengumpulan sampel perlu dilakukan secara hati-hati agar feses tidak terkontaminasi zat lain, termasuk urine.
Agar mudah, pengumpulan sampel feses anak dapat dilakukan dengan memasang bungkus plastik longgar di bagian tepi kloset atau tepatnya di bawah.
Jadi, saat anak buang air besar, feses bisa langsung tertampung di dalam plastik tersebut. Gunakan sarung tangan untuk mengambil plastik, kemudian segel sampai rapat.
Petugas kesehatan akan meneliti sampel feses tersebut di laboratorium, dan hasilnya akan keluar selama kurang lebih 3—4 hari atau lebih tergantung pada jenis pemeriksaannya.
Umumnya, beberapa hal yang dinilai dalam pemeriksaan feses anak seperti berikut ini.
1. Memeriksa darah pada feses
Munculnya darah pada feses biasanya disebabkan oleh diare akibat infeksi atau perdarahan pada saluran pencernaan.
Namun, darah juga bisa dikarenakan tekanan kuat saat mengejan sehingga membuat anus terluka. Umumnya, ini terjadi pada anak yang mengalami sembelit.
Tes untuk menguji darah pada feses ini disebut fecal occult blood test (FOBT).