Anda pernah menemukan darah pada feses bayi saat mengganti popoknya? BAB berdarah pada bayi bisa karena makanan yang dikonsumsi atau masalah kesehatan. Untuk itu, orangtua perlu mengetahui penyebab agar bisa mengatasinya dengan tepat.
BAB berdarah pada bayi bisa disebabkan makanan
Sebagai orangtua, tentu Anda memerhatikan segala perkembangan dan perubahan yang terjadi pada si kecil. Mulai dari tingkah laku sampai bentuk dan warna feses bayi.
Hal tersebut bertujuan agar orangtua lebih mudah mengatasi masalah kesehatan bila terjadi perubahan pada si kecil, termasuk BAB berdarah.
Jika menemukan darah pada BAB bayi, jangan dulu panik dan buru-buru membawanya ke dokter. Ada baiknya, cobalah ingat kembali apa yang mereka makan terakhir kali.
Biasanya, sistem pencernaan bayi yang belum sempurna membuat warna dan bentuk fesesnya tidak berubah banyak dari makanan yang dimakan.
Sebagai contoh, saat mengonsumsi buah naga atau tomat, warna feses bayi cenderung berwarna ungu atau merah.
Kondisi ini masih terbilang wajar sehingga Anda tak perlu cemas. Untuk mengujinya, Anda mungkin bisa mengubah menu makannya.
Namun, jika warna merah pada BAB bayi sering muncul dan mencurigai itu adalah darah, segeralah konsultasikan ke dokter anak.
Penyebab BAB berdarah pada bayi
Agar tidak salah langkah dalam penanganannya, orangtua harus mengetahui penyebab BAB berdarah pada bayi. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi tersebut, antara lain:
1. Fisura ani
Fisura ani atau anal fissure merupakan sebuah kondisi ketika terdapat robekan kecil pada lapisan lubang anus. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak kecil dan bayi.
Seperti yang dilansir dari Kids Health, fisura ani terjadi saat BAB bayi terlalu besar dan keras. Feses tersebut kemudian berusaha untuk melewati anus bayi, sehingga tidak jarang membuat lapisan anus robek.
Akibatnya, pada daerah anus terasa sakit dan gatal, terutama ketika sedang buang air besar.
Kondisi ini sebenarnya cukup umum terjadi pada bayi dan akan sembuh jika Anda melakukan perawatan pada daerah tersebut.
Beberapa cara berikut bisa dilakukan agar BAB berdarah pada bayi Anda tidak terulang kembali.
- Memberi air putih yang banyak
- Berikan makanan yang cukup serat
- Mengoleskan salep untuk mempercepat penyembuhan
Akan tetapi, jika feses pada bayi masih tetap berdarah selama beberapa hari, konsultasikanlah kepada dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
2. Alergi makanan
Pada dasarnya, bayi bisa alergi terhadap makanan apa saja. Bahkan, ASI dari ibu yang memakan makanan pemicu alergi pada bayi juga menimbulkan reaksi alergi.
Respons alergi pada bayi dan peradangan tersebut biasanya berupa radang usus. Peradangan di usus dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya BAB berdarah pada bayi.
Oleh karena itu, memerhatikan sumber makanan yang sesuai dengan bayi juga penting agar tidak terjadi masalah di kemudian hari.
3. Puting yang berdarah
Salah satu alasan BAB berdarah pada bayi adalah menyusui dari puting ibu yang berdarah. Darah yang berasal dari puting tersebut akhirnya masuk ke sistem pencernaan mereka dan membuat BAB bayi berdarah.
Akan tetapi, para ibu tidak perlu khawatir. Kondisi ini tidak membahayakan kesehatan si kecil.
4. Gangguan dan infeksi pada usus
Jika BAB berdarah pada bayi juga disertai oleh gangguan pencernaan seperti diare, bisa jadi si kecil terkena infeksi bakteri usus. Berbagai bakteri penyebab infeksi pada usus bayi dan diare berdarah, antara lain:
- Shigella
- Salmonella
- E. Coli
- Campylobacter
Bila bayi mengalami kondisi ini, Anda harus memastikan mereka tetap minum ASI sebanyak-banyaknya agar tidak terjadi dehidrasi.
Selain itu, orangtua juga dapat memberikan cairan oral yang sudah disetujui oleh dokter anak Anda.
Gangguan dan infeksi pada usus sebenarnya dapat diatasi di rumah, tetapi jika bayi mengalami gejala di bawah ini, segera konsultasikan kepada dokter.
- Demam
- Tanda-tanda dehidrasi
- Menolak untuk minum dan makan
- Sering menangis
- Mengalami 8 kali diare selama 8 jam terakhir
- Diare masih terjadi selama 1 minggu walaupun telah diberikan antibiotik
Buang air besar (BAB) berdarah pada bayi tentu menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua. Namun, kondisi ini sebenarnya cukup umum dan tidak selalu menandakan bahaya.
Anda dapat mengatasi BAB berdarah pada si kecil dengan beberapa cara, baik yang dilakukan sendiri maupun secara medis.
Cara mengatasi buang air besar (BAB) berdarah pada bayi
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan BAB berdarah. Mulai dari infeksi saluran pencernaan, robekan pada anus akibat bayi sembelit, alergi makanan, hingga kondisi medis tertentu seperti pembentukan polip dan inflammatory bowel disease (IBD).
Penanganan terhadap BAB berdarah perlu dilakukan berdasarkan penyebabnya. Secara umum, berikut adalah sederet cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi BAB berdarah pada si kecil:
1. Menjaga area sekitar anus tetap bersih
Apabila BAB berdarah disebabkan oleh robekan pada anus, orangtua harus menjaga kebersihan tubuh bayi, terutama anus agar tetap bersih dan mencegah infeksi.
Infeksi dapat memperparah kondisi anus yang robek. Jika robekan anus bertambah parah, BAB bayi akan terus disertai darah.
Pastikan selalu membersihkan area anus dan pantat bayi setiap ia selesai BAB. Bersihkan menggunakan air dan sabun khusus bayi, lalu keringkan dengan handuk lembut.
Anda juga bisa menggunakan krim pelembap untuk mencegah ruam.
2. Mengoleskan krim atau petroleum jelly
Mengutip National Health Services, robekan pada anus bayi dapat sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu.
Selama periode ini, Anda bisa mengoleskan petroleum jelly atau krim mengandung zink oksida guna mempercepat penyembuhan.
Krim dan petroleum jelly memang tidak secara langsung mengatasi BAB berdarah pada bayi.
Akan tetapi, kedua produk ini membantu melindungi anus dari iritasi sehingga BAB tidak lagi terasa menyakitkan ataupun disertai keluarnya darah.
3. Memberikan obat antibiotik dan antiparasit
Jika BAB berdarah tidak disebabkan oleh robekan pada anus, pemicunya bisa jadi berasal dari infeksi bakteri, virus, atau parasit.
Orangtua bisa mengatasi BAB berdarah pada bayi terkait infeksi dengan obat antibiotik atau antiparasit sesuai anjuran dokter.
Obat antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi saluran cerna akibat bakteri seperti IBD dan radang usus. Sementara obat antiparasit ampuh mengatasi penyakit infeksi akibat mikroba lain, misalnya cacing.
4. Menyesuaikan pola makan bayi
Terkadang, BAB berdarah pada bayi merupakan reaksi alergi terhadap makanan tertentu. Beberapa bayi alergi terhadap protein dalam ASI atau susu sapi.
Jika saluran cernanya sangat sensitif, protein susu bisa memicu peradangan parah pada usus hingga menyebabkan BAB berdarah.
Peradangan pada usus kemudian memicu perdarahan. Darah akhirnya keluar bersama feses.
Untuk mengatasi BAB berdarah akibat alergi, orangtua perlu mengenali apa saja makanan bayi yang memicu alergi dan tidak memberikannya kepada si kecil.
5. Operasi untuk mengatasi BAB berdarah pada bayi
Operasi dipilih apabila BAB berdarah disebabkan oleh pembentukan polip, yaitu jaringan yang tumbuh secara tidak normal (bertangkai) pada bagian tubuh tertentu, termasuk usus.
Pembentukan polip pada usus memiliki beberapa gejala, salah satunya BAB berdarah. Tindakan operasi bertujuan untuk melepaskan polip dari usus.
Setelah polip terlepas, bayi mungkin masih akan mengalami BAB berdarah selama masa pemulihan. Namun, kondisinya akan segera membaik dalam beberapa hari.
BAB berdarah pada si kecil adalah kondisi yang cukup umum. Meski demikian, segera periksakan anak ke dokter apabila mengalami:
- Dehidrasi
- Fesesnya berwarna kehitaman
- Urine berwarna kemerahan
- Mengalami diare
- Muntah
- Demam pada anak
Pemeriksaan dokter juga berguna untuk mengetahui berbagai faktor penyebab BAB berdarah. Bila orangtua memahami penyebabnya, bisa mengatasi BAB berdarah pada bayi secara tepat.
[embed-health-tool-vaccination-tool]