Diare merupakan gangguan saluran pencernaan yang bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak dan bayi. Pada orang dewasa, diare mungkin bisa membaik dengan cepat. Namun pada anak, diare membutuhkan perhatian khusus, apalagi jika diare sering terjadi atau dialami berulang. Ketahui penyebab kenapa anak sering mengalami diare dan cara mengatasinya di sini.
Penyebab anak sering diare berulang
Diare pada bayi dan anak yang tidak diwaspadai dengan baik dapat terjadi berulang.
Bahkan, kondisi ini bisa menyebabkan bayi kehilangan cairan dan nutrisi penting, sehingga meningkatkan risiko dehidrasi, gangguan pertumbuhan (stunting), hingga komplikasi berat seperti kematian jika tidak segera ditangani.
Oleh karena itu, Ayah dan Bunda perlu menyelidiki penyebab diare pada anak dan bayi sehingga kondisi diare tidak terjadi berulang kali.
Berikut adalah beberapa penyebab kenapa anak dan bayi sering diare berulang.
1. Intoleransi laktosa
Terdapat beberapa anak dan bayi yang mungkin tidak dapat menyerap kandungan gula, khususnya laktosa dalam susu formula. Kondisi ini disebut juga dengan intoleransi laktosa.
Hal ini menyebabkan bakteri dalam saluran pencernaan mengubah laktosa menjadi gas.
Akibatnya, si Kecil mengalami beberapa gejala, seperti sering buang gas, tinja encer, dan perut kembung.
2. Alergi susu sapi
Selain tidak dapat menyerap laktosa, beberapa anak dan bayi lain mungkin alergi terhadap protein dalam susu sapi.
Hal ini biasanya terjadi ketika anak pertama kali mengonsumsi susu formula atau makanan yang mengandung protein susu sapi.
Gejala dari alergi susu sapi umumnya lebih parah dibandingkan intoleransi laktosa, seperti adanya reaksi pada kulit, diare, muntah, dan gejala seperti flu.
3. Infeksi virus, bakteri, atau parasit
Infeksi virus merupakan penyebab tersering kenapa anak sering diare berulang. Salah satu jenis infeksi penyebab utama diare berat pada bayi, yaitu infeksi rotavirus.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, 41–58% dari total kasus diare pada balita yang dirawat inap disebabkan oleh rotavirus.
Selain virus, infeksi bakteri dan parasit bisa menyebabkan diare berulang pada bayi dan anak.
Infeksi virus, bakteri, atau parasit ini umumnya bermula pada tangan yang tidak bersih kemudian masuk ke mulut atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Infeksi virus, bakteri, atau parasit ini biasanya menimbulkan gejala diare, muntah, dan demam.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Penanganan di rumah untuk anak yang sering diare
Penanganan di rumah untuk anak yang sering diare dapat dilakukan dengan langkah sederhana tetapi penting. Berikut langkah-langkahnya.
1. Berikan cairan rehidrasi (oralit atau ORS) sesegera mungkin
Saat anak mengalami diare, hal paling penting adalah mencegah dehidrasi pada bayi. Untuk mencegahnya, segera berikan cairan rehidrasi seperti oralit (ORS).
Jika tidak tersedia, bisa gunakan cairan rumahan seperti air matang yang diberi sedikit garam dan gula, air kelapa, atau sup bening.
Jangan berikan minuman manis seperti soda atau jus karena bisa memperburuk diare. Jika anak muntah, tunggu sekitar 5–10 menit lalu coba beri cairan sedikit demi sedikit, misalnya satu sendok teh cairan tiap beberapa menit.
2. Tetap beri ASI dan makanan bergizi
Melansir dari National Institute of Health, pemberian ASI tetap harus dilanjutkan meskipun anak sedang diare, karena ASI membantu pemulihan dan mencegah kekurangan cairan.
Jika anak sudah mulai makan (MPASI), berikan makanan seperti biasa setelah 4 jam sejak rehidrasi dimulai.
Pilih makanan yang mudah dicerna dan bergizi seperti nasi, kentang, pisang, ayam tanpa lemak, dan yoghurt.
Hindari makanan yang berminyak, pedas, atau terlalu manis. Beri makan dalam porsi kecil tapi sering, sekitar 5–6 kali sehari.
3. Tambahkan suplemen zink setiap hari selama 10–14 hari
Zink sangat dianjurkan oleh WHO dan badan kesehatan internasional karena dapat mempercepat penyembuhan diare dan mencegah kambuh.
Bayi usia di bawah 6 bulan diberi zink 10 mg per hari, dan bayi diare usia 6 bulan ke atas diberi 20 mg per hari. Zink diberikan selama 10 sampai 14 hari, meskipun diare sudah berhenti.
4. Gunakan probiotik tertentu jika perlu
Beberapa jenis probiotik, seperti Lactobacillus rhamnosus GG atau Saccharomyces boulardii, terbukti dapat membantu memperpendek durasi diare.
Probiotik bisa diberikan dalam bentuk serbuk atau kapsul yang dicampur ke makanan atau minuman anak. Namun, tidak semua probiotik efektif, jadi sebaiknya pilih yang sudah teruji klinis untuk anak-anak.
5. Jangan beri obat antidiare dewasa
Obat seperti loperamid (misalnya Imodium) tidak aman untuk anak-anak dan tidak boleh digunakan tanpa pengawasan dokter.
Obat antimuntah seperti ondansetron hanya boleh diberikan atas resep dokter dan biasanya untuk anak usia di atas 4 tahun. Penggunaan obat yang salah bisa memperparah kondisi anak.
Kapan harus ke dokter?
Jika anak menunjukkan tanda-tanda bahaya, segera bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Gejala yang perlu diwaspadai meliputi berikut ini.
- Tidak mau minum.
- Muntah terus-menerus.
- Tampak sangat lemas.
- Mengantuk terus.
- BAB berdarah atau berlendir.
- Demam tinggi.
- Diare berlangsung lebih dari dua minggu.
Dokter akan mengatasi diare pada anak serta mencegah komplikasinya dengan pemberian obat yang tepat.