Diare ditandai dengan kondisi feses yang lembek dan berair. Diare biasa dapat sembuh dalam hitungan hari jika diobati. Namun, gejala bisa berkembang kronis jika diare dibiarkan begitu saja. Diare kronis yang terjadi pada bayi bisa berbahaya karena berlangsung lebih lama dibandingkan diare biasa.
Ada beberapa penyebab diare pada bayi dan mengapa kondisi bisa berkembang kronis, serta bagaimana cara mengatasinya. Yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Ini ciri-ciri diare kronis pada bayi
Salah satu cara untuk mengidentifikasi bayi mengalami diare adalah dari fesesnya. Feses bayi yang normal biasanya berwarna kekuningan, coklat, hingga kehijauan. Bentuknya juga lembut, tebal seperti pasta, dan ragam bentuk lainnya.
Sementara itu, pada bayi yang mengalami diare, feses akan memiliki ciri seperti di bawah ini.
- lembek, basah, berair
- berwarna lebih hijau atau gelap dari normalnya
- bau busuk
- ada darah atau berlendir
Adapun gejala umum diare kronis pada bayi.
- rewel menahan sakit pada perutnya
- mual
- muntah
- menggigil
- BAB berdarah
- demam
- pola makan berubah
- perut bengkak
- penurunan berat badan
Diare dapat berkembang menjadi kronis ketika berlangsung lebih dari 2 minggu. Mengapa diare bisa berlangsung lebih lama? Ada beberapa faktor penyebabnya, seperti infeksi, gangguan sistem pencernaan, alergi makanan, hingga Inflammatory Bowel Disease.
Penyebab diare kronis pada bayi bisa berdampak pada malabsorpsi. Malabsorpsi terjadi ketika usus tidak dapat menyerap nutrisi dari makanan. Ke depannya, bayi jadi tidak memperoleh nutrisi dari makanan yang masuk ke dalam pencernaannya, sehingga menyebabkan malnutrisi.
Malnutrisi dapat memicu kegagalan bayi untuk bertumbuh dan berkembang, sehingga beratnya pun tergolong rendah dari tolok ukur berat badan normal sesuai usianya. Secara keseluruhan, ini akan berdampak pada pertumbuhan otak dan tinggi badan anak.
Agar dampak negatif ini tidak terjadi pada bayi, tentu ada cara untuk mengatasi masalah diare kronis.
Cara mengatasi diare kronis pada bayi
Bayi yang mengalami diare kronis, penyerapan nutrisinya pun tidak optimal. Sistem pencernaan memegang peranan penting dalam meraup nutrisi dari makanan yang masuk ke dalam tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi ke depannya.
Untuk itu, berikut cara mengatasi diare kronis pada bayi.
1. Pemberian susu terhidrolisat parsial
Diare kronis merupakan salah satu gangguan pencernaan pada bayi. Bagi bayi yang mengonsumsi susu formula, tetaplah diberikan asupan susu. Untuk sementara waktu, Anda bisa memberikan susu terhidrolisat parsial.
Menurut sebuah penelitian, susu terhidrolisat parsial dapat menjadi pertolongan pertama pada gangguan pencernaan, seperti kolik, muntah, diare dengan atau tidak dengan kehilangan protein atau perdarahan.
Penelitian dalam jurnal Nutrients, menyebutkan susu terhidolsat parsial dapat menjadi sumber protein yang baik. Terutama ketika bayi mengalami diare dan penyerapan nutrisinya tidak berlangsung optimal.
Jika Anda ingin memberikan susu terhidrolisat parsial pada bayi kronis, tak ada salahnya berkonsultasi ke dokter anak untuk mengetahui aturan konsumsinya.
2. Konsultasi ke dokter
Ada baiknya ibu segera memeriksakan bayi ke dokter anak jika menemukan gejala diare kronis. Dokter akan mengidentifikasi apa penyebab dari diare kronis bayi.
Bila diare disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan antibiotik atau obat-obatan tertentu. Diare kronis kerap dapat mengakibatkan dehidrasi, sehingga dokter mungkin memberikan cairan tambahan melalui infus. Dengan begitu, gejala dapat teratasi dengan tepat.
3. Menjaga konsumsi makanan
Apabila bayi Anda telah menerima MPASI, cobalah untuk memberikannya seperti pisang yang dihaluskan dan disaring, apel yang dihaluskan, dan sereal berbahan dasar beras. Berikan makanan ini hingga gejala diare kronis pada bayi mereda, disertai dengan rekomendasi diet atau obat dari dokter.
Untuk anak yang masih minum ASI secara utuh, Ibu perlu memperhatikan menu makanan harian. Misalnya, hindari makanan berminyak, makanan tinggi serat, produk susu, maupun makanan atau minuman manis.
[embed-health-tool-vaccination-tool]