Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, anak rentan terkena berbagai infeksi, termasuk infeksi kulit seperti selulitis. Lantas, bagaimana selulitis terjadi pada anak dan bisakah mencegah kondisi ini?
Bagaimana selulitis terjadi pada anak?
Selulitis bisa terjadi karena adanya area kulit yang rusak, seperti luka, gigitan serangga atau hewan lainnya, goresan, eksim, atau kurap.
Pada area kulit yang terbuka ini, bakteri dapat mudah masuk ke bagian bawah permukaan kulit sehingga menyebabkan infeksi.
Adapun bakteri penyebab selulitis umumnya Streptococcus dan Staphylococcus aureus.
Namun, selulitis juga bisa terjadi meski tidak ada area kulit yang rusak. Misalnya, pada seseorang yang memiliki penyakit kronis, penderita HIV/AIDS, atau sedang meminum obat yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti obat-obatan untuk kanker.
Di bagian tubuh mana selulitis bisa muncul?
Umumnya, gejala selulitis pada anak mencakup kulit yang bengkak, terlihat merah, terasa lembut, dan hangat.
Ketika area kulit yang terinfeksi ini sudah mulai menyebar, anak akan mulai merasakan sakit pada area kulit tersebut, demam, menggigil, berkeringat, dan adanya pembengkakan pembuluh getah bening di dekatnya.
Bila sudah muncul gejala-gejala tersebut, segeralah bawa anak Anda ke dokter. Selulitis yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kondisi medis yang lebih serius.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Cara mencegah selulitis terjadi pada anak
1. Mencegah luka
- Gunakan pakaian yang melindungi tubuh secara optimal saat beraktivitas di luar.
- Gunakan bantalan siku atau lutut saat skating.
- Kenakan helm saat bersepeda.
- Pakai pelindung kaki saat bermain sepak bola.
- Kenakan sandal atau sepatu saat beraktivitas fisik apapun.