Polio merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Pemberian vaksin adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit polio. Selain dalam bentuk suntik, anak perlu mendapat vaksin polio tetes pada usia tertentu. Jadi, kapan vaksin ini perlu diberikan dan apa bedanya dengan jenis yang suntik? Ketahui jawabannya di bawah ini.
Apa itu vaksin polio tetes?
Vaksin polio adalah salah satu vaksin penting yang digunakan untuk melindungi anak-anak dari infeksi virus polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen atau bahkan kematian.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pemberian imunisasi polio tetes adalah salah satu cara untuk mencegah kondisi ini.
Vaksin polio tetes atau yang dikenal dengan istilah oral polio vaccine (OPV) adalah vaksin yang diberikan melalui mulut dalam bentuk cairan tetes.
Vaksin ini mengandung virus polio yang telah dilemahkan (virus hidup yang dilemahkan) dan bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus polio sesungguhnya.
Imunisasi polio tetes ditujukan untuk kelompok orang atau kondisi berikut.
- Bayi dan balita. Pemberian vaksin ini dimulai sejak bayi baru lahir hingga usia 59 bulan (kurang dari 5 tahun).
- Anak-anak yang tinggal di daerah risiko tinggi. Anak-anak di wilayah dengan risiko penyebaran polio tinggi sangat dianjurkan mendapatkan OPV.
- Situasi KLB (kejadian luar biasa). Dalam kasus penyebaran virus polio liar, OPV sering digunakan sebagai vaksin utama dalam program imunisasi darurat.
Melansir dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pemberian imunisasi polio tetes dilakukan dalam beberapa tahap pada usia berikut.
- Baru lahir hingga usia 1 bulan (OPV 0 atau polio 0).
- 2 bulan (OPV 1).
- 3 bulan (OPV 2).
- 4 bulan (OPV 3).
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Apa perbedaan vaksin polio tetes dan suntik?
Di Indonesia, ada dua jenis vaksin polio yang umum digunakan, yaitu vaksin polio tetes (OPV) dan vaksin polio suntik (IPV).
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu melindungi dari virus polio, kedua imunisasi anak ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Berikut adalah perbedaan utama antara imunisasi polio tetes dan polio suntik.
1. Cara pemberian
Berikut adalah perbedaan keduanya berdasarkan cara pemberian vaksin.
- OPV. Diberikan dalam bentuk tetesan di mulut anak, tanpa menggunakan jarum suntik. Pemberian vaksin ini lebih mudah dan tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga sering digunakan dalam program imunisasi massal atau darurat.
- IPV. Vaksin ini diberikan melalui suntikan, biasanya di bagian paha atau lengan atas anak. Meskipun menggunakan jarum suntik, pemberian IPV tetap cepat dan aman dilakukan dalam imunisasi rutin.
2. Jenis virus yang digunakan
Jenis virus yang digunakan dalam vaksin polio tetes dan suntik tidak sama. Berikut perbedaannya.
- OPV. Mengandung virus polio hidup yang telah dilemahkan. Meskipun virus ini masih bisa berkembang di saluran pencernaan anak, ia tidak cukup kuat untuk menyebabkan penyakit.
- IPV. Mengandung virus polio yang sudah mati (inaktif), sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi atau perkembangan penyakit.
3. Respons imun tubuh
Mengingat adanya perbedaan dalam cara pemberian, cara kerja vaksin dan respons yang diterima tubuh setelah mendapat kedua vaksin ini pun berbeda. Berikut penjelasannya.
- OPV. Meningkatkan kekebalan tubuh terutama di saluran pencernaan (usus), tempat pertama virus polio berkembang. Dengan demikian, vaksin polio tetes sangat efektif dalam mencegah penyebaran virus di masyarakat.
- IPV. Menghasilkan kekebalan dalam darah dan melindungi anak dari gejala polio, tetapi tidak menciptakan kekebalan di saluran pencernaan.
4. Efektivitas dalam mencegah penularan
Terkait efektivitasnya dalam mencegah penularan, berikut adalah perbedaan kedua jenis vaksin polio ini.
- OPV. Vaksin polio tetes lebih efektif dalam mencegah penularan virus polio antarindividu, karena dapat mencegah virus berkembang di saluran pencernaan, sehingga mengurangi risiko penyebaran.
- IPV. Sangat efektif dalam mencegah penyakit polio yang berat, tetapi tidak cukup efektif dalam menghentikan penularan virus karena tidak membentuk kekebalan di usus.
5. Kemungkinan efek samping
Berikut adalah perbedaan efek samping imunisasi polio suntik dan tetes yang perlu Anda ketahui.
- OPV. Dalam kasus yang sangat jarang, vaksin polio tetes bisa menyebabkan VAPP (vaccine-associated paralytic poliomyelitis), yaitu kelumpuhan yang disebabkan oleh virus polio dari vaksin itu sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
- IPV. Karena virusnya sudah mati, IPV tidak menyebabkan VAPP, sehingga risiko efek samping jangka panjang sangat rendah.
6. Penggunaan dalam imunisasi darurat
Berikut adalah perbedaan keduanya dalam hal penggunaan untuk imunisasi darurat.
- OPV. Lebih sering digunakan dalam kampanye imunisasi massal dan situasi darurat. OPV dapat diberikan dengan cepat dalam jumlah besar dan tidak memerlukan fasilitas medis yang rumit.
- IPV. Biasanya digunakan dalam jadwal imunisasi rutin di negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih maju.
7. Stabilitas dan penyimpanan
Terkait stabilitas dan penyimpanannya, berikut yang perlu Anda ketahui soal vaksin polio tetes dan suntik.
- OPV. Lebih sensitif terhadap suhu dan harus disimpan dalam suhu dingin agar tetap efektif.
- IPV. Lebih stabil terhadap suhu dan lebih mudah disimpan dibandingkan dengan OPV, membuatnya lebih fleksibel untuk didistribusikan di berbagai kondisi.
Yang perlu diingat bahwa vaksin polio suntik atau tetes memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi anak dari risiko kelumpuhan akibat virus polio.
Jadi, sebaiknya jangan sampai anak tidak mendapatkan imunisasi ini demi kesehatan dan tumbuh kembangya.
Meski kasus polio kini jarang ditemukan, bukan berarti ancamannya telah hilang sepenuhnya.
Memberikan vaksin sesuai jadwal tidak hanya memberikan perlindungan optimal bagi anak, tetapi juga membantu mencegah penyebaran virus di masyarakat.
Kesimpulan
- Vaksin polio tetes (OPV) dan suntik (IPV) sama-sama penting untuk mencegah infeksi virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
- OPV lebih efektif dalam mencegah penularan virus karena bekerja di saluran pencernaan, sedangkan IPV lebih aman karena tidak mengandung virus hidup.
- Pemberian vaksin polio dilakukan sejak bayi baru lahir hingga usia 59 bulan sesuai jadwal imunisasi yang ditetapkan.
- Imunisasi polio membantu melindungi anak secara individu dan mencegah wabah dengan menciptakan kekebalan kelompok di masyarakat.