backup og meta

Kandungan Vaksin dan Cara Kerjanya, Benarkah Ada Merkuri?

Kandungan Vaksin dan Cara Kerjanya, Benarkah Ada Merkuri?

Ada banyak informasi yang simpang siur mengenai kandungan vaksin, misalnya vaksin yang mengandung merkuri. Sebenarnya, apa saja kandungan utama dalam vaksin? Apakah benar ada merkurinya? Simak informasi berikut ini untuk mengetahui fakta selengkapnya.

Jenis vaksin berdasarkan kandungan bahan aktifnya

Vaksinasi bertujuan melindungi tubuh dari penyakit tertentu. Cara kerja vaksin adalah dengan merangsang sistem kekebalan untuk mengenali dan melawan agen penyebab penyakit.

Kandungan utama vaksin disebut sebagai bahan aktif. Zat ini terdiri dari virus atau bakteri yang tidak aktif (inactivated) dan hidup tetapi dilemahkan (live-attenuated).

Vaksin juga bisa mengandung bahan aktif lainnya berupa racun, protein, dan sebagian struktur dari virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi.

Berikut ini adalah beberapa jenis vaksin berdasarkan kandungan bahan aktif di dalamnya.

1. Vaksin tidak aktif

suntik vaksin

Vaksin tidak aktif (inactivated vaccine) atau juga disebut vaksin mati adalah vaksin yang terbuat virus atau bakteri yang sudah dimatikan.

Mikroorganisme ini dapat dinonaktifkan dengan menggunakan panas, bahan kimia, atau radiasi.

Proses ini membuat mikroorganisme tidak bisa berkembang dan menyebabkan penyakit, tetapi masih bisa merangsang sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadapnya.

Jenis vaksin ini biasanya tidak sekuat vaksin hidup. Alhasil, Anda mungkin membutuhkan dosis tambahan atau booster untuk terus memperoleh kekebalan terhadap penyakit.

Sejumlah contoh vaksin dengan kandungan virus atau bakteri yang tidak aktif yaitu vaksin flu, vaksin polio, vaksin rabies, dan vaksin hepatitis A.

2. Vaksin hidup yang dilemahkan

Vaksin hidup yang dilemahkan (live-attenuated vaccine) adalah vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang hidup, tetapi dilemahkan sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.

Ini berarti, proses replikasi virus atau perkembangbiakan bakteri dalam tubuh masih bisa terjadi, tetapi tidak sampai menyebabkan penyakit.

Jenis vaksin ini menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama. Anda hanya butuh 1–2 dosis untuk mendapatkan perlindungan seumur hidup.

Beberapa contoh vaksin hidup yang dilemahkan misalnya vaksin MMR (measles, mumps, rubella), vaksin cacar air, vaksin rotavirus, dan vaksin BCG untuk tuberkulosis.

Perhatian!

Pemberian vaksin hidup perlu diperhatikan pada beberapa kalangan, seperti:
  • orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah,
  • orang yang memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas, dan
  • orang yang pernah menjalani transplantasi organ.

3. Vaksin subunit

Vaksin subunit (subunit vaccine) hanya mengandung sebagian struktur dari virus atau bakteri.

Kandungan bahan aktif dalam jenis vaksin ini biasanya berupa protein atau polisakarida. Kedua bagian ini yang kemudian dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sebagai benda asing.

Jenis vaksin ini umumnya lebih aman dan lebih efektif daripada vaksin hidup yang dilemahkan.

Vaksinasi juga dapat diberikan pada hampir semua orang yang membutuhkan, termasuk orang dengan imunitas yang lemah atau mengidap penyakit kronis.

Beberapa contoh vaksin subunit, termasuk vaksin HiB (Haemophilus influenzae tipe B), vaksin HPV (human papillomavirus), vaksin pneumonia, dan vaksin meningitis.

4. Vaksin toksoid

Vaksin toksoid (toxoid vaccine) mengandung racun atau toksin dari patogen penyebab penyakit.

Kandungan toksin pada vaksin ini telah dimodifikasi sehingga tidak memicu penyakit, tetapi bisa merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi terhadap toksin tersebut.

Produk vaksin ini digunakan untuk melindungi tubuh dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghasilkan toksin.

Beberapa contoh vaksin toksoid yakni vaksin toksoid tetanus dan vaksin difteri.

5. Vaksin mRNA

vaksin moderna

Vaksin mRNA (mRNA vaccine) merupakan jenis vaksin yang menggunakan messenger RNA sebagai bahan utama untuk merangsang sistem kekebalan tubuh manusia. 

Jenis vaksin ini bekerja dengan menyampaikan perintah genetik tertentu ke dalam sel tubuh untuk memproduksi protein khusus dari virus penyebab penyakit. 

Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh akan mengenali protein sebagai benda asing dan mulai menghasilkan antibodi terhadap virus yang ditargetkan.

Kandungan mRNA telah digunakan dalam beberapa jenis vaksin COVID-19, misalnya vaksin Moderna dan vaksin Pfizer-BioNTech.

6. Vaksin vektor virus

Vaksin vektor virus (viral vector virus) memanfaatkan vektor atau virus yang telah dimodifikasi untuk mengirimkan materi genetik dari virus lain ke dalam tubuh. 

Meski teknologinya relatif baru, jenis vaksin ini telah terbukti aman dan efektif dalam melindungi tubuh terhadap penyakit, seperti infeksi virus ebola, zika, dan COVID-19.

Vaksin COVID-19 AstraZeneca bertipe vektor virus non-replikasi (non-replicated viral vector).

Jenis vaksin COVID-19 ini mengemas materi genetik SARS-CoV-2 dalam virus lain, biasanya adenovirus, untuk menghasilkan respons kekebalan tubuh.

Bahan-bahan lain yang terkandung dalam vaksin

Selain bahan aktif di atas, berikut beberapa kandungan bahan lain dalam vaksin dan fungsinya yang perlu Anda ketahui.

  • Ajuvan (adjuvant): meningkatkan respons kekebalan dan memaksimalkan keampuhan vaksin dalam melawan penyakit. Bahan yang umum digunakan ialah garam aluminium.
  • Stabilisator (stabilizer): menjaga vaksin tetap stabil dan mencegah kerusakan. Bahan ini umumnya terbuat dari gula (sukrosa dan laktosa) atau protein (albumin dan gelatin).
  • Pengawet (preservative): mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur di dalam vaksin. Beberapa bahan yang kerap digunakan yakni thimerosal dan formaldehida.

Apakah benar vaksin mengandung merkuri?

vaksin demam berdarah

Thimerosal merupakan salah satu bahan pengawet yang terkandung dalam vaksin. Kandungan vaksin ini diisuan bisa menyebabkan autisme dan ADHD karena terbuat dari merkuri.

Namun, beberapa penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention tidak menemukan kaitan antara vaksin dengan autisme atau ADHD.

Sebagian besar vaksin tidak mengandung thimerosal. Sejumlah jenis vaksin, seperti vaksin flu dan vaksin tetanus, memang masih mengandung thimerosal dalam kadar yang sangat kecil.

Penting diingat, manfaat vaksinasi untuk mencegah penyakit tentu masih lebih besar daripada risiko yang mungkin ditimbulkan oleh thimerosal.

Jika Anda merasa khawatir mengenai suatu jenis vaksin dan kandungan di dalamnya, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan jawaban terbaik.

Kesimpulan

  • Berdasarkan kandungan bahan dasar yang digunakan, vaksin dapat dibedakan menjadi vaksin mati, vaksin hidup, vaksin subunit, vaksin toksoid, vaksin mRNA, dan vaksin vektor virus.
  • Kandungan lain di dalam vaksin umumnya berupa ajuvan, stabilisator, dan pengawet.
  • Sebagian orang memiliki alergi terhadap bahan tertentu dalam vaksin. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum melakukan vaksinasi.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vaccines and immunization. (2019). World Health Organization. Retrieved July 31, 2023, from https://www.who.int/health-topics/vaccines-and-immunization

Vaccine Types. (2021). U.S. Department of Health and Human Services. Retrieved July 31, 2023, from https://www.hhs.gov/immunization/basics/types/index.html

Vaccine ingredients. (2022). Vaccine Knowledge Project – University of Oxford. Retrieved July 31, 2023, from https://vk.ovg.ox.ac.uk/vaccine-ingredients

What’s in Vaccines? Ingredients and Vaccine Safety. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved July 31, 2023, from https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/additives.htm

Autism and Vaccines. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved July 31, 2023, from https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/autism.html

Price, C. S., Thompson, W. W., Goodson, B., Weintraub, E. S., Croen, L. A., Hinrichsen, V. L., Marcy, M., Robertson, A., Eriksen, E., Lewis, E., Bernal, P., Shay, D., Davis, R. L., & DeStefano, F. (2010). Prenatal and infant exposure to thimerosal from vaccines and immunoglobulins and risk of autism. Pediatrics, 126(4), 656–664. https://doi.org/10.1542/peds.2010-0309

Versi Terbaru

07/08/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Mengenal Vaksin Jerawat, Cara Ampuh Menghilangkan Jerawat

Ketahui Akibat yang Terjadi bila Bayi Tidak Mendapat Imunisasi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/08/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan