Hipotonia dapat menjadi salah satu penyebab gangguan dan keterlambatan motorik pada anak. Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk mengetahui dan waspada terkait kondisi ini. Pasalnya, gejala yang timbul bisa menyebabkan kesulitan tersendiri untuk anak, baik selama masa tumbuh kembang maupun hingga usia dewasa.
Apa itu hipotonia?
Hipotonia adalah istilah yang merujuk pada penurunan kemampuan otot tubuh. Salah satu yang cukup umum biasanya hipotonia dialami bayi baru lahir.
Kondisi ini umumnya terjadi sebagai gejala adanya gangguan kesehatan yang lebih serius.
Kemampuan otot diukur dari jumlah ketahanan otot saat sedang beristirahat terhadap tekanan. Ketahanan otot pada tubuh berperan sebagai berikut.
- Mempertahankan postur tegak saat duduk atau berdiri.
- Memiliki refleks untuk menggerakan tangan dan tungkai.
- Membantu mengatur fungsi organ di dalam tubuh.
Umumnya, otot memiliki sedikit ketegangan meski saat dalam posisi istirahat. Ini memberikan otot ketahanan agar tubuh tetap memiliki refleks saat sendi-sendi tubuh bergerak.
Ketahanan otot diatur oleh sinyal yang menjalar dari otak ke saraf untuk memerintahkan otot agar berkontraksi (tegang).
Namun, pada kasus penurunan kemampuan otot, otot kurang memiliki ketahanan sehingga perlu usaha lebih untuk bisa bergerak dengan baik.
Pada bayi, hipotonia juga dapat menyebabkan, kepala, lengan, dan tungkai terlihat lemas atau lunglai.
Meski dapat terjadi secara bersamaan, perlu diketahui bahwa hipotonia dan kelemahan otot bukanlah kondisi yang sama.
Seberapa umum penyakit ini?
Dilansir dari Cleveland Clinic, hipotonia juga menjadi kondisi yang paling sering memengaruhi kemampuan motorik bayi.
Tanda dan gejala hipotonia
Gejala hipotonia pada masing-masing penderita bisa berbeda-beda, tergantung penyebab yang mendasarinya.
Namun umumnya, penurunan kemampuan otot ini menimbulkan gejala berikut ini.
- Sulit bergerak dan mempertahankan postur tubuh.
- Sulit bernapas.
- Gangguan ligamen dan sendi.
- Refleks tubuh yang buruk.
- Otot terasa lembek.
- Terlihat ceroboh dan sering terjatuh.
- Sulit bangun dari posisi berbaring atau duduk.
- Tubuh sangat lentur pada bagian pinggul, sikut, dan dengkul.
Jika disertai kelemahan otot, tubuh mungkin akan sulit menggapai atau mengangkat benda.
Sementara pada bayi, gejala hipotonia adalah sebagai berikut.
- Lengan, tungkai, dan kepala terlihat terkulai.
- Tubuh bayi terasa lunglai saat digendong.
- Bayi sulit menelan atau mengisap.
- Tangisan bayi terdengar lemah.
- Tulang punggung terlihat terlalu melengkung ke depan.
- Perut terlalu menonjol.
- Mulut menganga dengan lidah menonjol keluar.
Gejala penurunan kemampuan otot umumnya mulai muncul saat bayi memasuki usia 6 bulan.
Anak dengan penurunan kemampuan otot ini juga cenderung lebih lambat dalam mencapai kemampuan motorik, seperti:
- mengangkat kepala,
- berguling,
- makan sendiri,
- duduk tanpa bantuan, dan
- berjalan.
Kapan harus periksa ke dokter?
- Pada beberapa kasus, hipotonia dapat langsung terdeteksi saat pemeriksaan bayi baru lahir, atau selama pemeriksaan janin di masa kehamilan.
- Namun, gangguan otot ini terkadang baru terlihat atau menimbulkan gejala saat anak sudah memasuki usia tumbuh kembang, yaitu berupa gangguan perkembangan motorik.
- Jika Anda khawatir terkait perkembangan kemampuan anak Anda, terutama kemampuan otot anak, sebaiknya lakukan konsultasi ke dokter anak anak.
Penyebab hipotonia
Hipotonia terjadi saat ada gangguan pada sistem saraf, termasuk yang dialami bayi. Gangguan tersebut dapat terjadi di salah satu dari 4 bagian berbeda, yang meliputi berikut ini.
- Sistem saraf pusat (sekitar 66—88% kasus).
- Saraf motorik dan sensorik perifer.
- Percabangan neuromuskular (titik hubung antara saraf dan otot untuk mengirimkan sinyal yang mengatur pergerakan dan ketegangan otot).
- Otot.
Berdasarkan penyebabnya, penurunan kemampuan otot bisa terbagi menjadi 2 jenis berikut ini.
1. Hipotonia bawaan
Hipotonia bawaan merupakan jenis yang terjadi sejak lahir. Jenis ini biasanya disebabkan oleh kondisi keturunan atau kelainan genetik yang memengaruhi saraf, otak, atau otot.
Beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab hipotonia bawaan, di antaranya sebagai berikut.
- Down’s syndrome.
- Sindrom Marfan.
- Dispraksia.
- Cerebral palsy.
- Atrofi otot tulang belakang.
- Sindrom Prader-Willi.
- Penyakit Tay Sachs.
- Trisomi 13.
2. Hipotonia karena kondisi teryentu
Hipotonia yang diperoleh atau karena kondisi tertentu adalah jenis yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi setelah lahir, seperti penyakit, cedera, atau trauma.
Berikut beberapa kondisi yang bisa memicu hipotonia akibat hal tertentu.
- Kerusakan otak, akibat kelainan pembentukan otak.
- Kekurangan oksigen sebelum atau segera setelah dilahirkan.
- Gangguan otot, seperti distrofi otot.
- Gangguan yang memengaruhi saraf ke otot.
- Infeksi, seperti meningitis atau ensefalitis.
- Miastenia gravis.