Dalam masa pertumbuhan, wajar jika anak mengalami perasaan sedih sesekali. Namun, ketika kesedihan berlangsung lama dan mulai memengaruhi perilaku, hubungan sosial, atau prestasi belajar, kondisi ini tidak boleh diabaikan. Maka dari itu, memahami tanda-tanda anak sedih sangat penting agar orangtua dapat memberikan dukungan yang tepat.
Berbagai tanda anak sedih
Emosi, termasuk kesedihan, merupakan proses psikologis normal yang mendukung tujuan kelangsungan hidup dan kesejahteraan setiap orang, termasuk anak-anak.
Ada beberapa sikap yang bisa menjadi tanda anak kecil sedih, di antaranya sebagai berikut.
1. Tampak murung tanpa alasan yang jelas
Anak yang mengalami kesedihan sering kali tampak murung, cenderung diam, atau mudah menangis tanpa alasan yang jelas.
Dalam beberapa kasus, mereka juga bisa menjadi mudah marah atau tersinggung secara berlebihan terhadap hal-hal kecil.
Bila kondisi ini berlangsung selama dua minggu atau lebih, ini dapat menjadi tanda gangguan suasana hati yang memerlukan perhatian lebih.
2. Menghindari bersosialisasi dengan orang lain
Anak yang mengalami depresi sering menunjukkan gangguan perilaku, seperti menarik diri dari lingkungan sosial.
Perilaku ini bukan sekadar sifat pemalu, melainkan respons terhadap perasaan sedih, tidak berharga, atau kehilangan minat terhadap aktivitas sosial.
Mereka mungkin enggan bermain dengan teman, menolak mengikuti kegiatan kelompok, atau lebih memilih untuk menyendiri.
3. Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa disukai
Anak yang biasanya antusias bermain, menggambar, atau berinteraksi dengan teman-temannya tiba-tiba menjadi enggan atau tidak tertarik lagi, bisa menjadi indikator adanya kesedihan mendalam.
Ketika kesenangan terhadap aktivitas favorit mereka hilang, ini bisa mencerminkan adanya rasa hampa atau gangguan pada emosi positif yang biasa mereka rasakan.
4. Perasaan tidak berharga atau bersalah berlebihan
Seorang anak mungkin mulai mengucapkan hal-hal negatif tentang dirinya, seperti “Aku bodoh,” “Semua salahku,” atau merasa bahwa dirinya selalu menjadi penyebab masalah.
Perasaan bersalah atau tidak berharga yang berlebihan dan tidak sesuai konteks usia anak perlu menjadi perhatian serius karena dapat mengarah pada masalah mental yang lebih dalam.
5. Pikiran tentang kematian atau keinginan untuk menghilang
Walau terdengar ekstrem, beberapa anak yang merasa sangat sedih dapat berbicara tentang kematian atau menginginkan agar mereka “tidak ada”.
Ungkapan seperti ingin tidur dan tidak bangun lagi atau menggambar hal-hal yang berhubungan dengan kematian harus ditanggapi dengan sangat serius.
Ini adalah tanda bahwa anak mungkin mengalami rasa putus asa.
6. Perubahan pola tidur
Kesulitan tidur, mimpi buruk, atau bahkan tidur terlalu banyak bisa muncul pada anak yang sedang mengalami kesedihan mendalam.
Mereka mungkin mengalami susah tidur di malam hari, sering terbangun, atau justru tidur berjam-jam tanpa merasa segar.
Perubahan pola tidur ini bisa berdampak pada perilaku dan konsentrasi anak di siang hari.
7. Perubahan nafsu makan
Anak yang sedih sering kali menunjukkan perubahan drastis dalam nafsu makan, baik itu makan sangat sedikit atau berlebihan.
Hal ini bisa memengaruhi berat badan dan energi harian mereka. Orangtua perlu memperhatikan perubahan pola makan yang tidak biasa dan tidak terkait dengan faktor fisik lain.
8. Keluhan fisik tanpa penyebab medis
Beberapa anak tidak mampu mengekspresikan perasaan sedih mereka secara verbal dan justru menunjukkannya dalam bentuk keluhan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau mual.
Jika keluhan-keluhan ini terjadi berulang tanpa penyebab medis yang jelas, bisa jadi itu merupakan tanda kesedihan atau kecemasan.
9. Kelelahan atau kehilangan energi
Anak yang sedih sering tampak lesu, tidak bersemangat, atau cepat lelah meskipun tidak melakukan aktivitas berat.
Mereka mungkin tampak “melambat” dalam melakukan tugas sehari-hari, menunjukkan kurangnya minat dan energi dalam beraktivitas, serta sulit bangkit dari tempat tidur.
10. Kesulitan berkonsentrasi
Kesedihan juga dapat memengaruhi daya konsentrasi anak. Mereka menjadi sulit fokus, mudah lupa, kesulitan memahami instruksi, dan prestasi akademik dapat menurun.
Anak mungkin terlihat sering melamun, kehilangan fokus saat belajar, atau tidak bisa menyelesaikan tugas yang biasa dikerjakannya dengan mudah.
Dengan mengenali tanda-tanda ini, orangtua bisa memberikan penanganan yang mungkin dibutuhkan oleh anak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Cara mengatasi anak sedih
Dalam mengatasi rasa sedih pada anak kecil, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan suasana hatinya. Berikut cara membuat anak tidak sedih lagi.
1. Mendengarkan dengan empati dan tanpa menghakimi
Mendengarkan anak secara terbuka dan tanpa menghakimi sangat penting.
UNICEF menyarankan untuk berbicara kepada anak secara terbuka tentang perasaan mereka, menunjukkan empati, dan tidak mengabaikan atau meremehkan emosi mereka.
2. Membangun rutinitas yang konsisten
Memiliki rutinitas harian yang teratur dapat memberikan rasa aman dan stabil bagi anak.
Cleveland Clinic menyarankan untuk menetapkan jadwal harian yang konsisten, termasuk waktu tidur, makan, dan aktivitas lainnya, agar anak merasa lebih terkendali dan aman.
3. Mendorong aktivitas fisik dan sosial
Aktivitas fisik dan interaksi sosial dapat membantu meningkatkan suasana hati anak.
Dorong anak terlibat dalam kegiatan yang mereka nikmati, seperti bermain di luar, berolahraga, atau berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, untuk membantu mengurangi perasaan sedih atau cemas.
4. Mengajarkan cara mengelola emosi
Membantu anak mengenali dan mengelola emosi mereka dapat meningkatkan ketahanan emosional.
Oleh karena itu, ajarkan anak cara mengenali perasaan mereka dan menggunakan strategi seperti teknik pernapasan dalam, menulis jurnal, atau berbicara kepada seseorang yang dipercaya untuk mengatasi emosi negatif.
Kapan perlu ke psikolog saat anak sedih?
Meski tidak selalu menandakan suatu kondisi tertentu, emosi negatif yang meningkat juga dapat dikaitkan dengan masalah psikologis pada anak.
Jika sulit diatasi dan berkepanjangan hingga mengganggu fungsi lainnya, kesedihan dapat menjadi gejala gangguan suasana hati, seperti depresi pada anak.
Terlebih jika rasa sedih berlangsung lebih dari dua minggu dan disertai gejala lain, ini termasuk kondisi yang perlu ditangani oleh psikolog anak.
Menurut PubMed Central, gejala depresi pada anak dapat berbeda-beda tergantung pada usia, seperti berikut ini.
- Balita (0–3 tahun). Menunjukkan gejala seperti menangis berlebihan, mudah marah, gangguan tidur, dan keterlambatan perkembangan.
- Anak prasekolah (3–6 tahun). Mengalami perubahan perilaku seperti menjadi agresif, menarik diri, dan penurunan perilaku (misalnya, kembali mengompol).
- Anak usia sekolah (6–12 tahun). Mengalami kesedihan yang terus-menerus, penurunan minat dalam aktivitas, dan kesulitan dalam hubungan sosial.
- Remaja (13–18 tahun). Menunjukkan gejala seperti apati, penurunan motivasi, merasa dirinya nakal, tidak dicintai, atau menyalahkan diri terus-menerus, dan pikiran tentang bunuh diri.
Oleh karena itu, bila kesedihan anak berlangsung lama atau mengganggu kehidupan sehari-hari mereka, penting untuk mencari bantuan psikolog anak.
Kesimpulan
- Anak sedih adalah kondisi emosional yang ditandai oleh perasaan murung, menarik diri, dan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.
- Jika berlangsung lama dan mengganggu fungsi sosial maupun akademik, kondisi ini bisa menjadi tanda awal gangguan psikologis seperti depresi.
- Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mendengarkan anak secara empatik, menjaga rutinitas yang stabil, mendorong aktivitas positif, serta mencari bantuan tenaga medis bila diperlukan.