Terkadang, udara dingin di dalam kamar membuat bayi tidak bisa tidur. Bahkan, timbul gatal dan kemerahan pada kulitnya sehingga si Kecil jadi rewel. Bila Anda menemukan gejala yang sama, kemungkinan ini gejala alergi dingin pada bayi. Cari tahu lebih lanjut mengenai alergi dingin pada si Kecil, penyebab, serta cara meredakannya di bawah ini.
Apa itu alergi dingin pada bayi?
Alergi dingin adalah suatu kondisi kulit ketika timbul ruam merah atau gatal pada kulit akibat terpapar suhu atau udara yang dingin. Kondisi kulit ini bisa disebut juga dengan urtikaria dingin.
Alergi dingin bisa dialami oleh siapa saja di semua golongan usia, tidak terkecuali bayi dan anak-anak.
Sama seperti pada orang dewasa, gejala alergi dingin pada bayi dan anak-anak biasanya timbul dalam beberapa menit setelah kulit terpapar suhu dingin.
Gejala yang timbul juga dapat berbeda-beda pada tiap bayi, tergantung tingkat keparahan kondisi yang dialami.
Apa penyebab alergi dingin pada bayi?
Alergi dingin pada anak terjadi ketika kulit terpapar udara atau suhu dingin. Kondisi ini biasanya timbul pada kulit yang tidak tertutup pakaian dan langsung terkena suhu dingin.
Pada beberapa kasus, pemicu reaksi alergi bisa berupa air yang terlalu dingin. Sementara untuk bayi yang sangat sensitif, udara dingin misalnya dari pendingin ruangan (AC) atau kulkas, juga bisa menimbulkan reaksi alergi.
Belum diketahui secara pasti kenapa suhu dingin bisa memicu reaksi sel sistem imun di kulit untuk melepaskan zat kimia histamin dan menimbulkan peradangan.
Namun, dilansir dari DermNet NZ, alergi dingin bisa dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan penyebabnya.
1. Alergi dingin primer
Ini merupakan jenis yang terjadi sendiri dan biasanya sulit diketahui penyebabnya. Dari sebagian besar penderita, termasuk bayi dan anak, alergi dingin primer lebih sering terjadi.
2. Alergi dingin sekunder
Jenis ini terjadi akibat kondisi lain yang sedang dialami oleh tubuh, seperti berikut ini.
- Biduran.
- Kelainan darah.
- Infeksi saluran pernapasan.
- Gigitan serangga.
- Penggunaan obat-obatan.
- Krioglobulinemia atau penggumpalan protein darah abnormal (krioglobulin)
- Leukemia limfositik kronis.
- Cacar air (varisela).
- Limfosarkoma atau tumor sel darah putih.
- Sipilis.
- Hepatitis virus.
Di samping itu, penelitian dari American Academy Pediatrics mengatakan, risiko alergi dingin pada anak juga diwariskan secara genetik atau ada riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
Tanda dan gejala alergi dingin pada bayi
Gejala alergi dingin pada bayi umumnya berupa biduran atau ruam merah dan gatal pada kulit. Namun, pada kondisi yang lebih serius, gejala lain juga bisa terjadi, seperti berikut ini.
- Pembengkakan (edema) di bagian bawah kulit yang terpapar suhu dingin.
- Sesak napas atau napas berbunyi “ngik” (mengi).
- Nyeri perut atau tukak lambung.
- Jantung berdebar dan tidak beraturan.
- Sakit kepala.
- Pembengkakan pada bibir atau tenggorokan.
- Sensasi terbakar pada kulit.
Gejala-gejala alergi dingin biasanya akan semakin terlihat dalam 2—5 menit setelah kulit terpapar suhu dingin, dan terjadi selama 1—2 jam.
Kapan harus ke dokter?
Bagaimana cara mendiagnosis alergi dingin pada bayi?
Jika bayi Anda diduga mengalami alergi dingin, Anda bisa membawa si Kecil ke dokter kulit untuk memastikan kondisinya.
Dokter kulit akan mengawali pemeriksaan dengan melihat gejala apa saja yang dialami oleh bayi ketika terpapar suhu dingin. Penting untuk memberi tahu dokter secara rinci terkait gejala tersebut.
Untuk memastikan gejalanya, dokter juga akan melihat kondisi kulit secara langsung. Bila diperlukan, dokter mungkin akan melakukan tes langsung pada kulit.
Salah satu cara memeriksanya yaitu dengan meletakkan kantung plastik berisi es batu pada kulit, biasanya pada lengan bagian bawah. Kebanyakan bayi yang menderita alergi dingin akan mengalami reaksi pada kulitnya.