Pernahkah Anda mengetahui istilah stimming? Stimming sering kali dikaitkan dengan autisme pada anak. Kondisi ini terjadi secara alami sebagai bentuk dari stimulasi diri. Meski terkadang terlihat mengkhawatirkan, kondisi ini dapat membawa kenikmatan dan membantu mengatasi situasi yang tidak nyaman. Jadi, apa arti dari stimming? Berikut penjelasannya.
Apa arti stimming?
Stimming adalah singkatan dari self-stimulating behavior alias perilaku stimulasi diri yang dilakukan dengan sengaja memberikan rangsangan pada indra tertentu.
Perilaku stimming mengacu pada gerakan tubuh, menggerakkan benda, dan mengeluarkan kata-kata atau kalimat secara berulang.
Perilaku stimulasi diri ini biasa terjadi pada seseorang yang memiliki autisme. Banyak anak-anak dan remaja autis melakukan stimming, meskipun bentuknya dapat sangat bervariasi di antara anak-anak.
Beberapa anak mungkin akan lebih banyak bergerak atau mengeluarkan kalimat tertentu secara berulang saat mereka sedang stres atau cemas.
Meski demikian, stimming tidak selalu menjadi ciri seseorang mengalami autisme, ADHD, atau gangguan neurologis lainnya.
Namun, perilaku yang ekstrem lebih sering terjadi pada anak dengan gangguan tumbuh kembang dan neurologis.
Apa penyebab stimming?
Stimming sendiri bisa mencakup semua indra, termasuk penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan, pengecapan, serta keseimbangan dan gerakan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stimming bisa merangsang saraf dan memberikan respons kesenangan dari pelepasan senyawa kimia tertentu yang ada di otak. Senyawa ini disebut dengan beta-endorfin.
Beta-endorfin dalam sistem saraf pusat bertanggung jawab untuk memproduksi dopamin yang diketahui dapat meningkatkan sensasi kenikmatan.
Teori lain menyebutkan bahwa stimming bisa membantu merangsang sistem sensorik.
Ada pendapat juga yang mengatakan bahwa perilaku stimulasi diri pada autisme memiliki efek menenangkan dan memberikan kenyamanan.
Kondisi ini terjadi saat mereka merasakan suatu emosi seperti kegembiraan, kebahagiaan, kebosanan, stres, ketakutan, dan kegelisahan.
Jenis-jenis stimming
Perilaku stimulasi diri sering kali dikaitkan dengan bagaimana pancaindra merespons.
Mengutip Ambitious about Autism, terdapat sejumlah stimming yang perlu Anda ketahui, di antaranya sebagai berikut.
- Visual. Stimulasi visual mencakup tindakan berulang yang melibatkan mata atau penglihatan dengan memandang langsung pada cahaya atau membuat pandangan menjadi kabur.
- Pendengaran. Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan mendengarkan suara yang sama atau membuat suara yang sama berulang kali.
- Taktil. Stimulasi taktik bertujuan merangsang indra peraba atau taktil dengan sentuhan.
- Penciuman atau perasa. Jenis rangsangan ini mengacu pada mulut dan hidung, termasuk rasa dan bau yang kuat dapat memberikan banyak rangsangan sensorik.
- Propriosepsi. Propriosepsi mengacu pada rangsangan yang berhubungan dengan keseimbangan dan kesadaran tubuh untuk mengontrol anggota badan.
Seperti apa contoh perilaku stimming?
Berikut adalah beberapa contoh perilaku stimulasi diri pada anak autis yang sering dilakukan.
- Menggigit kuku.
- Memainkan rambut dengan cara membuat gerakan memutar menggunakan jari.
- Menggemeretakkan buku-buku jari atau persendian.
- Mengetuk-ngetukkan jari ke meja atau permukaan benda apa pun.
- Mengetukkan pensil.
- Menggoyangkan kaki.
- Bersiul.
- Menjentikkan jari.
- Melompat dan berputar-putar.
- Mondar-mandir atau berjalan jinjit.
- Menarik rambut.
- Mengulangi kata atau kalimat tertentu.
- Menggosok atau menggaruk kulit.
- Berkedip berulang-ulang.
- Suka menatap lampu atau benda yang berputar seperti kipas.
- Menjilat, menggosok, atau membelai benda tertentu.
- Mengendus orang atau benda.
- Mengatur ulang benda tertentu, misalnya sendok dan garpu di meja makan.
Anak-anak dengan autisme bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengatur mainan dibandingkan memainkan mainan mereka.
Misalnya mengurutkan mobil-mobilan dari ukuran paling besar ke kecil atau berdasarkan pola warna tertentu. Perilaku berulang juga melibatkan perasaan obsesi atau “keasyikan” dengan objek tertentu.
Meski begitu, Anda harus waspada karena stimming bisa mengarah pada hal-hal yang membahayakan dan justru dapat melukai diri, di antaranya sebagai berikut.
- Memukul kepala berulang-ulang.
- Meninju atau menggigit.
- Menggosok atau menggaruk kulit secara berlebihan.
- Mengorek atau mencungkil luka.
- Menelan barang berbahaya.
Bagaimana cara mengatasi perilaku stimming?
Meskipun stimming jarang yang berbahaya, tapi ada beberapa alasan mengapa orangtua harus mengendalikan perilaku pada anak autis ini.
Perilaku ini umumnya dilakukan anak sebagai bentuk komunikasi yang mereka lakukan. Untuk itu, cobalah memahami apa yang ingin mereka sampaikan.
Adapun beberapa cara lain yang bisa Anda lakukan untuk menghilangkan stimming pada anak autis, yang meliputi berikut ini.
1. Melakukan pemeriksaan medis
Jadwalkan pemeriksaan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab stimming pada anak yang didasarkan pada kondisi medis tertentu.
Misalnya, beberapa anak akan membenturkan kepala sebagai respons nonverbal terhadap migrain atau menggosok telinga untuk menunjukkan infeksi telinga.
Dokter anak juga dapat berkonsultasi dengan profesional lain seperti psikiater perkembangan untuk memberi Anda jawaban yang akurat.
2. Evaluasi lingkungan sensorik
Mengelola lingkungan dengan baik untuk memastikan kenyamanan sang buah hati adalah hal yang penting.
Hal itu perlu dilakukan jika anak Anda merasa lingkungan sekitarnya terlalu merangsang sehingga membutuhkan tempat yang tenang untuk beraktivitas atau fokus.
Namun, bila si Kecil butuh banyak stimulasi, maka Anda bisa memutarkan musik atau bermain di luar rumah bersamanya.
Beberapa sekolah memiliki ruang sensorik untuk anak autis yang membutuhkan stimulasi ekstra. Mungkin ada peralatan yang dapat dipantulkan, diayunkan, atau diputar-putar oleh anak-anak.
Bahkan, mungkin saja ada benda-benda yang dapat mereka gunakan untuk meremas tangan mereka dan mainan yang bisa merangsang secara visual.
3. Lanjutkan berinteraksi saat stimming terjadi
Dilansir dari situs Child Mind Institute, penulis James MacDonald melalui bukunya yang berjudul Communicating Parents mengungkapkan bila anak dengan autisme cenderung melihat dunia melalui sensasi dan tindakan.
Ini berbeda dengan orang biasa yang memandang dunia melalui pemikiran dan bahasa. Karena hal tersebut, perilaku stimulasi diri atau stimming menjadi masuk akal.
MacDonald pun merekomendasikan untuk tetap melakukan kegiatan bergantian dengan melibatkan sang anak tanpa menghentikan stimming selama kegiatan.
Hal ini dapat dilakukan bertahap hingga si Kecil merasa nyaman dan secara tidak langsung dapat mengurangi rangsangan.
Kesimpulan
- Stimming adalah istilah yang menggambarkan gerakan berulang yang sengaja dilakukan untuk memberikan rangsangan pada indra tertentu. Istilah ini sering dikaitkan dengan kondisi seperti autisme, tetapi juga dapat terjadi pada orang tanpa diagnosis tertentu.
- Beberapa contoh perilaku ini meliputi menggoyangkan tangan, mengulang kata atau kalimat, memutar rambut, menggigit kuku, atau mengetuk-ngetuk sesuatu.
- Stimming dapat berfungsi sebagai cara untuk menenangkan diri, merasakan emosi, atau mengatur rangsangan sensorik yang diterima pancaindra.
- Meskipun stimming mungkin tampak tidak biasa atau mengganggu bagi orang lain, tetapi cara ini penting bagi yang melakukannya untuk menjaga keseimbangan emosional dan sensoriknya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]