Tunagrahita (disabilitas intelektual) adalah kondisi di mana anak memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Bahkan, bagi kebanyakan anak tidak diketahui apa penyebabnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon
Tunagrahita (disabilitas intelektual) adalah kondisi di mana anak memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Bahkan, bagi kebanyakan anak tidak diketahui apa penyebabnya.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan ketika anak mengalami keterbatasan intelektual maupun adaptif.
Tunagrahita berasal dari kata intellectual disability. Itu sebabnya, saat ini tunagrahita diartikan sebagai disabilitas intelektual, tidak lagi disebut keterbelakangan mental.
Menurut American Academy of Pediatrics, ungkapan keterbelakangan mental dinilai kurang pas, menyinggung, dan tidak mewakili maksud tunagrahita.
Penyebutan ini justru bisa memengaruhi perkembangan anak serta kehidupan sehari-harinya.
Anak yang mengalami tungarahita umumnya punya kesulitan fungsi intelektual. Sebagai contoh, sulit berkomunikasi, belajar, hingga memecahkan masalah.
Sementara pada fungsi adaptif, anak bisa mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari, baik dalam komunikasi hingga sulit melakukan sesuatu secara mandiri.
Kondisi ini bisa terjadi dalam tingkat yang ringan atau lebih parah.
Kondisi anak berkebutuhan khusus ini mempunyai beberapa ciri-ciri atau tanda yang bisa diamati.
Ciri-ciri umum anak memiliki disabilitas intelektual atau tunagrahita adalah cara belajar dan kemampuan berkembangnya lebih lambat daripada anak-anak lain.
Anak dengan disabilitas intelektual biasanya akan kesulitan belajar dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Semakin parah kondisinya, orangtua diharapkan bisa mengetahui dengan cepat tanda-tandanya.
Beberapa ciri-ciri yang bisa tampak dari anak dengan kondisi tuna grahita antara lain sebagai berikut.
Sebagai contoh, anak usia 10 tahun dengan kondisi tunagrahita biasanya belum dapat berbicara atau menulis.
Padahal, pada usia tersebut seharusnya anak sudah mampu menulis dan berbicara dengan lancar.
Anak dengan kondisi ini umumnya juga lebih lambat untuk belajar keterampilan lainnya.
Misalya, ia sulit untuk berpakaian sendiri atau belum memahami bagaimana sebaiknya bereaksi ketika melakukan interaksi dengan orang lain.
Meskipun sering ditandai dengan kondisi perkembangan belajar yang lambat, bukan berarti anak dengan tunagrahita tidak bisa belajar.
Ciri-ciri anak dengan tunagrahita adalah tetap bisa belajar, tetapi dengan kecepatan dan cara yang berbeda.
Beberapa orang dengan autisme, Down syndrome, ataupun celebral palsy juga banyak yang berpestasi layaknya anak-anak lain.
Disabilitas intelektual atau tunagrahita ini umumnya disebabkan adanya cedera, penyakit, atau masalah lainnya di otak anak.
Meskipun begitu, kebanyakan anak dengan kondisi ini juga tidak diketahui apa penyebabnya.
Berikut beberapa penyebab yang paling umum terjadinya tunagrahita pada anak.
Cedera kepala yang serius pada bayi atau anak dapat menyebabkan disabilitas intelektual. Hal ini menyebabkan otak tidak dapat berkembang secara normal.
Kondisi ini dapat terjadi sejak di dalam kandungan, selama kelahiran, atau bahkan setelah bayi lahir. Beberapa kerusakan bersifat sementara, tetapi bisa juga permanen.
Itulah sebabnya sangat penting untuk memakaikan helm, sabuk pengaman, dan menjaga bagian lain pada anak untuk mengindari cedera kepala.
Terkadang, disabilitas intelektual bisa disebabkan oleh gen abnormal yang diturunkan orangtua atau terjadi kesalahan ketika gen bergabung.
Jadi, bayi mungkin menerima gen abnormal atau gen mungkin berubah saat bayi berkembang di dalam kandungan.
Beberapa kondisi genetik yang mungkin dialami adalah berikut.
Tunagrahita juga bisa terjadi pada bayi karena ibu hamil mengalami komplikasi saat kehamilan.
Hal ini bisa diakibatkan ketika Anda mengonsumsi alkohol atau terkena infeksi penyakit seperti rubella selama kehamilan.
Sementara saat Anda mengalami komplikasi saat persalinan, anak bisa mengalami tunagrahita karena lahir secara prematur atau tidak mendapatkan cukup oksigen.
Ada beberapa penyakit yang bisa meningkatkan peluang anak mengalami tunagrahita, seperti batuk rejan, campak, hingga meningitis.
Anak mengalami kekurangan gizi parah dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat juga berisiko mengalami kondisi ini.
Hal lainnya yang perlu diketahui orangtua bahwa tunagrahita atau disabilitas intelektual bukanlah penyakit menular. Maka dari itu, anak tidak bisa tertular dari anak lainnya.
Lalu, kondisi ini juga bukan jenis penyakit mental seperti depresi pada anak.
Jika memang tampak suatu keanehan, dokter dan tenaga medis lainnya dapat memberikan rekomendasi pada keluarga Anda perihal jenis bantuan yang dibutuhkan anak.
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi tunagrahita pada anak.
Dokter nantinya akan mendiagnosis masalah disabilitas intelektual pada anak ini dengan mengukur seberapa jauh kemampuan orang tersebut dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Seorang anak dikatakan mengalami tunagrahita apabila ia memiliki IQ (Intelligence Quotient) yang sangat rendah.
Itu sebabnya, tes IQ digunakan sebagai salah satu cara mendiagnosis penyakit ini.
Tes IQ ini nantinya bertujuan untuk mengukur kemampuan belajar dan memecahkan masalah seorang anak. Umumnya, nilai IQ normal adalah sekitar 100.
Anak-anak dengan kondisi disabilitas intelektual umumnya memiliki skor IQ rendah, yaitu di bawah 50 dan memiliki nilai tertingginya di angka 75.
Biasanya, anak-anak tidak dapat menjalankan tes kecerdasan (Intelligence Quotient Test atau tes IQ) sampai mereka berusia 4 hingga 6 tahun.
Oleh karena itu, orangtua mungkin harus menunggu hingga anak mencapai usia tersebut sebelum mengetahui dengan pasti apakah anak mengalami tunagrahita atau tidak.
Setelah melakukan tes IQ, dokter dan evaluator juga akan melihat bagaimana perkembangan serta apa saja yang sudah bisa dilakukan anak sesuai dengan usianya.
Ada tiga bidang yang akan dinilai dalam fungsi adaptif anak, seperti berikut.
Dikutip dari Healthy Children, hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan kondisi tunagrahita atau disabilitas intelektual pada anak.
Namun, kebanyakan anak dapat melewatinya dengan terus melatih diri juga belajar. Tentunya, hal ini perlu dukungan dari orangtua agar ia bisa melakukan banyak hal.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk menangani anak dengan tunagrahita.
Anak dengan kondisi ini, butuh bantuan selama di sekolah khusus. Beberapa anak dengan disabilitas intelektual mungkin akan membutuhkan orang lain untuk menemaninya di sekolah.
Selain itu, ada juga sekolah atau sarana pendidikan anak tunagrahita yang menerapkan proses belajar seperti di asrama.
Orangtua bisa memberikan anak program pendidikan khusus atau mendapatkan layanan lain untuk membantu mereka belajar dan berkembang.
Anak dengan kondisi disabilitas intelektual perlu mempelajari cara untuk hidup mandiri.
Kemandirian dan keterampilan hidup ini mereka butuhkan untuk menjaga diri saat beranjak dewasa, seperti cara memasak atau naik bus umum untuk berangkat kerja.
Beberapa hal yang wajib diajarkan oleh anak tunagrahita atau disabilitas intelektual adalah berikut.
Sebagian besar anak dengan kondisi ini umumnya dapat belajar banyak sebagai langkah mempersiapkan diri untuk hidup bersama masyarakat lain.
Tak jarang, orang dewasa penyandang disabilitas intelektual kini sudah banyak yang memiliki pekerjaan dan hidup mandiri.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A
Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar