Jangan salah sangka, tidak semua anak yang terlalu aktif itu hiperaktif, lho! Banyak orangtua mengira bahwa anaknya masuk kategori ini padahal mungkin ia hanya aktif. Agar tidak keliru, yuk cari tahu ciri-ciri dan cara mengatasi anak hiperaktif!
Ciri-ciri anak hiperaktif
Hiperaktif atau hiperaktivitas adalah kondisi ketika anak terus aktif tidak melihat waktu, situasi, dan suasana sekitar.
Berikut beberapa ciri anak hiperaktif yang para orangtua harus ketahui.
- Berlari dan berteriak saat main meski berada di dalam ruangan.
- Berdiri di tengah kelas dan berjalan-jalan ketika guru sedang bicara.
- Bergerak dengan cepat sampai menabrak orang lain atau barang-barang.
- Bermain terlalu kasar sampai melukai anak lain bahkan diri sendiri.
- Bicara terus menerus.
- Sering mengganggu orang lain.
- Bergerak meski sedang duduk.
- Gelisah dan ingin mengambil mainan.
- Kesulitan untuk fokus dan duduk diam saat makan atau bermain.
Kondisi ini menyebabkan banyak masalah karena anak yang hiperaktif tidak dapat berkonsentrasi, baik di sekolah maupun tempat kerja.
Hiperaktivitas juga bisa menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang-orang sekitar seperti teman, keluarga, guru, dan rekan kerja.
Lambat laun, orang yang hiperaktif berisiko mengalami gangguan kecemasan atau depresi karena kondisi tersebut serta reaksi dari orang lain terhadap dirinya.
Hiperaktif sering dikaitkan dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) alias gangguan defisit atensi hiperaktivitas.
Keduanya adalah kondisi yang berbeda, tapi hiperaktif menjadi salah satu tanda dari gangguan tumbuh kembang anak jenis ADHD.
Apa penyebab anak hiperaktif?
Hiperaktif adalah gejala dari masalah lain, termasuk penyakit mental dan fisik. Jadi, hiperaktivitas itu sendiri merupakan kondisi, bukan suatu penyakit yang berdiri sendiri.
Penyebab paling umum anak hiperaktif adalah sebagai berikut.
- ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder).
- Hipertiroidisme.
- Gangguan otak dan gangguan saraf pusat.
- Gangguan psikologis.
Apabila hiperaktif disebabkan oleh kondisi gangguan tiroid, gangguan otak, atau gangguan saraf pusat, anak akan memerlukan pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Sementara itu, bila penyebab hiperaktif adalah gangguan emosional, anak akan memerlukan bantuan dari spesialis kesehatan mental bersamaan dengan pengobatan atau terapi perilaku kognitif.
Penanganan kondisi hiperaktif membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitar anak, terutama keluarga.
Cara mengatasi anak hiperaktif
Mengatasi anak hiperaktif membutuhkan kesabaran agar Anda bisa mengendalikannya dengan cara yang tepat.
Orangtua perlu memperhatikan perilaku yang tidak biasa atau tidak sopan pada anak. Kalau itu terjadi sesekali dalam situasi tertentu, hal ini bisa jadi masih terbilang normal.
Namun, jika anak kesulitan untuk fokus di sekolah dan di rumah secara konisten, orangtua perlu mengetahui cara menenangkan yang tepat.
Berikut adalah sejumlah cara mengatasi anak hiperaktif.
1. Jauhkan dari hal yang mengganggu konsentrasi
Anak hiperaktif sangat sulit berkonsentrasi. Maka, sangat penting bagi orangtua untuk mengatur suasana yang nyaman saat si Kecil mengerjakan PR atau tugas harian di rumah.
Hindari untuk memaksanya untuk duduk tenang, karena hal ini justru akan membuat ia semakin gelisah.
Untuk mengurangi distraksi yang bisa mengganggu konsentrasi, tempatkan anak jauh dari jendela, pintu, atau segala hal yang bisa menjadi sumber kebisingan.
2. Jadwalkan olahraga
Aktivitas fisik atau berolahraga bisa menjadi cara untuk menjaga keseimbangan konsentrasi anak hiperaktif. Olahraga yang bisa menjadi pilihan yaitu, bersepeda, berlari, atau karate.
Ini membantu anak untuk belajar mengatur energi, belajar disiplin, dan kontrol diri.
Orangtua juga bisa mengajaknya masuk ke tim sepak bola atau basket yang membuat anak belajar berinteraksi dengan anak lain. Kegiatan ini baik untuk mengasah keterampilan sosial si Kecil.
3. Buat jadwal yang terstruktur
Anak hiperaktif membutuhkan arahan yang jelas dan pola terstruktur untuk ia ikuti. Mengapa demikian?
Alasannya yaitu karena anak memiliki kecenderungan cepat cemas ketika tidak melakukan apa-apa.
Oleh karena itu, buatlah jadwal kegiatan yang sederhana dan terstruktur di rumah. Sebagai contoh, menentukan waktu untuk mandi, makan, bermain, belajar, sampai tidur dan sikat gigi.
Dengan adanya jadwal yang tersusun dan terencana dengan baik, otak si Kecil akan belajar menerima sesuatu yang lebih terstruktur.
Hal ini diharapkan dapat membuat anak lebih tenang dan fokus untuk melakukan sesuatu.
4. Membuat peraturan yang jelas dan konsisten
Beberapa orangtua memang memiliki caranya sendiri untuk mendisiplinkan anak. Ada yang mungkin menetapkan banyak peraturan, tapi ada pula yang lebih santai.
Namun sayangnya, anak hiperaktif tidak bisa dididik dengan cara yang santai. Mereka umumnya membutuhkan peraturan yang jelas dan konsisten.
Itu sebabnya, penting untuk menerapkan disiplin positif dan sederhana di rumah.
Berikan pujian ketika si Kecil memahami dan menuruti peraturan dan arahan yang diberikan.
Namun, ketika anak melanggar aturan tersebut, jangan lupa berikan konsekuensi dengan alasan yang jelas.
5. Bermain di luar rumah
Menghirup udara segar dan melakukan aktivitas fisik di luar ruangan membantu anak menggunakan energinya untuk kegiatan positif.
Kegiatan yang bisa dilakukan seperti berkemah, berjalan-jalan santai, atau hiking.
6. Redam amarah dan rasa kesal
Anak hiperaktif sering membuat orangtua kesal. Ia bisa menunjukkan perasaan dengan sangat jelas dan gamblang, entah itu kegembiraan atau ledakan kemarahan secara tiba-tiba saat suasana hatinya memburuk.
Meski begitu, orangtua disarankan untuk tetap tenang dan sabar. Hindari membentak anak dan memberikan hukuman fisik padanya.
Ingat, Anda ingin mengajarkan mereka untuk lebih tenang dan tidak agresif, bukan?
Jika Anda membentak atau memberikan hukuman fisik padanya, hal ini justru akan membuat kemarahan si Kecil semakin tidak terkendali.
Untuk membuat diri lebih rileks, coba ambil napas dalam-dalam lalu embuskan secara perlahan selama beberapa kali sampai merasa tenang.
8. Berikan makan makanan bergizi
Beberapa orang beranggapan bahwa konsumsi gula berlebih akan menyebabkan si Kecil menjadi hiperaktif. Padahal, tidak demikian.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang terbukti secara ilmiah bahwa gula bisa menyebabkan seseorang jadi hiperaktif. Meski begitu, konsumsi gula bisa memengaruhi perilaku seseorang.
Mengutip Medlineplus, gula halus mungkin memiliki beberapa efek pada aktivitas anak-anak.
Gula merupakan karbohidrat sederhana yang mudah diserap oleh tubuh tapi bisa membuat peningkatan dan penurunan kadar darah dalam tubuh dengan cepat.
Pada anak, penurunan kadar gula darah yang tiba-tiba ini dapat mengakibatkan ia menjadi rewel karena tubuh seolah-olah kekurangan energi dan sel-sel tubuh kelaparan.
Hal inilah yang justru membuat perilaku dan suasana hati si Kecil menjadi tidak stabil.
Itu sebabnya, penting bagi orangtua untuk memperhatikan makanan sesuai gizi anak sehari-sehari.
Penuhi asupan nutrisinya dengan gizi yang seimbang dari buah dan sayuran. Selain itu, hindari pula makanan olahan pada anak.
Kesimpulan
- Tidak semua anak yang terlalu aktif bisa dikategorikan sebagai hiperaktif. Anak yang aktif mungkin hanya memiliki energi yang tinggi, sedangkan anak hiperaktif menunjukkan perilaku yang tidak melihat situasi atau kondisi sekitar.
- Ini ditandai dengan perilaku yang tidak melihat situasi atau kondisi sekitar, seperti berlari dan berteriak di dalam ruangan, bergerak cepat hingga menabrak barang, dan kesulitan untuk fokus.
- Mengatasi anak hiperaktif membutuhkan pendekatan yang tepat. Beberapa cara efektif termasuk menciptakan lingkungan yang tenang, menjadwalkan aktivitas fisik, dan membuat jadwal yang terstruktur.
[embed-health-tool-vaccination-tool]