Anda mungkin menyadari bahwa bayi Anda yang baru saja lahir lebih sering BAB dibandingkan dengan Anda atau anak yang lebih besar. Hal ini mungkin bisa dilihat dari seberapa sering Anda mengganti popok si Kecil. Lantas, apakah wajar bayi baru lahir sering BAB? Ketahui selengkapnya di bawah ini.
Apakah normal jika bayi baru lahir sering BAB?
Ya, bayi baru lahir memang sering buang air besar (BAB), dan ini biasanya normal. Namun, kenapa bayi baru lahir sering bab?
Jawabannya, frekuensi BAB bayi tergantung pada pola makan mereka. Bayi yang disusui ASI eksklusif biasanya BAB lebih sering dibandingkan bayi yang diberi susu formula.
Pada awalnya, kotoran bayi disebut mekonium, berwarna hitam atau hijau gelap, dan akan berubah menjadi kuning seperti mustard setelah beberapa hari menyusu.
Frekuensi BAB bisa terjadi beberapa kali sehari, terutama pada bayi ASI, karena ASI mudah dicerna dan menghasilkan sedikit sisa dalam tubuh bayi.
Untuk bayi yang minum susu formula, BAB mungkin lebih jarang tetapi tetap teratur.
Jika bayi baru lahir BAB terus, tetapi terlihat nyaman, makan baik, dan berat badannya naik dengan normal, maka kondisi ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.
Ciri-ciri BAB yang tidak normal pada bayi baru lahir
Seperti yang disebutkan sebelumnya, sering BAB pada bayi normal terjadi selama ia terlihat nyaman dan tetap menunjukkan pertumbuhan sebagaimana mestinya.
Ciri-ciri BAB yang tidak normal pada bayi baru lahir meliputi berikut ini.
1. Warna feses yang tidak biasa
Feses bayi berwarna abu-abu atau putih dapat mengindikasikan masalah pada hati atau saluran empedu.
Sementara itu, feses merah atau mengandung darah dapat disebabkan oleh alergi, infeksi, atau luka di saluran cerna.
Jika feses bayi berwarna hitam tetapi bukan mekonium, hal ini bisa menandakan adanya darah yang telah dicerna, yang sering terkait perdarahan di saluran cerna atas.
2. Perubahan frekuensi
Jika bayi tiba-tiba mengalami diare berat (sering BAB lebih dari biasanya dan sangat cair), bisa menjadi tanda infeksi atau intoleransi makanan.
Sementara itu, sembelit atau jarang BAB dengan tinja keras dapat menjadi tanda dehidrasi atau gangguan pencernaan.
Selain bentuk feses, tanda dehidrasi juga bisa disertai dengan bayi yang jarang buang air kecil.
3. Bau yang sangat menyengat
Tinja yang berbau busuk secara ekstrem bisa mengindikasikan infeksi atau malabsorpsi.
Bau feses yang sangat menyengat dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti Clostridium difficile atau infeksi gastrointestinal lainnya. Infeksi ini sering disertai diare atau darah dalam tinja.
Bau yang tajam juga dapat menandakan gangguan penyerapan nutrisi, seperti intoleransi laktosa atau masalah dalam memecah lemak.
4. Konsistensi feses cair atau keras
Jika bau sangat menyengat disertai feses yang berbusa atau cair, hal ini dapat menunjukkan diare kronis akibat alergi makanan atau sensitivitas terhadap protein susu sapi.
Feses dengan banyak lendir juga dapat menunjukkan iritasi usus akibat infeksi atau alergi makanan.
Sementara itu, melansir dari Mayo Clinic, feses yang keras atau berbentuk bola kecil dapat menunjukkan sembelit, yang biasanya terjadi akibat dehidrasi atau perubahan pola makan.
Kondisi ini lebih umum pada bayi yang diberi susu formula.
Apakah perlu melakukan pemeriksaan?
Pada umumnya, bayi baru lahir yang sering BAB tidak memerlukan pemeriksaan medis. Namun, Anda perlu mempertimbangkan pemeriksaan medis jika terjadi kondisi berikut ini.
- Terdapat perubahan yang tidak normal. Warna feses menjadi putih, merah, hitam, atau sangat berbeda dari biasanya.
- Diare atau sembelit berlanjut. Feses sangat cair atau keras terus-menerus, terutama jika disertai lendir atau darah.
- Gejala lain. Bayi tampak lemas, rewel terus-menerus, muntah, atau menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, mata cekung, dan berkurangnya jumlah popok basah.
Selain gejala di atas, waspadai juga jika Anda memiliki riwayat penyakit pencernaan, alergi, atau gangguan metabolik di dalam keluarga karena bisa meningkatkan risiko gangguan pencernaan pada bayi.
Bila bayi Anda menunjukkan salah satu tanda di atas, terlebih jika ada riwayat yang telah disebutkan, segera konsultasikan kepada dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kesimpulan
[embed-health-tool-vaccination-tool]