Lembaga kesehatan dunia, seperti WHO, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan agar setiap bayi diberi ASI eksklusif sampai 6 bulan pertama kehidupannya. Hal ini menjadi anjuran karena memang ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan mempunyai manfaat kesehatan yang sangat banyak untuk bayi. Lalu, bagaimana dengan bayi yang tidak diberikan ASI dan malah diberikan susu formula? Apa benar bayi susu formula lebih rentan sakit?
Bayi susu formula lebih rentan sakit pada setahun pertama
Sebuah penelitian menyatakan bahwa bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki kemungkinan sakit lebih tinggi dibandingkan bayi yang menyusu ASI. Bayi susu formula mempunyai risiko terkena penyakit infeksi yang lebih tinggi pada tahun pertama kehidupannya. Mengapa?
Hal ini bisa dikaitkan dengan faktor imunitas yang terkandung dalam ASI. Sel imun yang terdapat pada bagian tertentu tubuh ibu akan berpindah ke kelenjar payudara dan menghasilkan antibodi IgA spesifik yang bisa meningkatkan imunitas (kekebalan tubuh) bayi. Hal ini membuat bayi ASI dapat lebih terlindungi dari penyakit infeksi, seperti influenza, diare, infeksi pernapasan, dan lainnya. Tak hanya itu, pemberian ASI pada bayi juga dapat mencegah alergi dan melindungi bayi dari sejumlah penyakit kronis.
Sementara, susu formula tentu tidak mempunyai fungsi imunitas (kekebalan tubuh). Dalam susu formula tidak terkandung antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit. Hal ini membuat bayi susu formula mempunyai kekebalan tubuh yang mungkin lebih rendah dibandingkan bayi ASI, sehingga lebih rentan sakit.
Penyakit yang mungkin terjadi pada bayi susu formula
Karena tidak adanya antibodi pada susu formula, bayi yang tidak sama sekali diberikan ASI kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya. Hal ini tentu membuat bayi susu formula lebih rentan sakit. Beberapa penyakit yang mungkin sering terjadi pada bayi susu formula adalah:
1. Infeksi pada saluran pencernaan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi susu formula mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gastroenteritis dan diare. Penelitian yang dilakukan oleh Chien dan Howie menunjukkan bahwa bayi yang diberi susu formula mempunyai kemungkinan 2,8 kali lebih besar untuk mengembangkan penyakit infeksi gastrointestinal (menyerang lambung dan usus), dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
2. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah
Penelitian oleh Bachrach dan rekan menunjukkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI di usia awal kehidupannya mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar untuk mengalami infeksi saluran pernapasan bawah di awal tahun pertama kehidupannya. Hal ini berbeda dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif sampai lebih dari 4 bulan sejak kelahirannya.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kandungan lemak dalam ASI tampaknya bisa menghalangi aktivitas virus RSV (respiratory syncytial virus) yang bisa menyebabkan infeksi pada paru-paru dan saluran napas.
3. Otitis media
Otitis media adalah infeksi yang terjadi di bagian telinga tengah. Sekitar 44% bayi bisa mengalami otitis media di tahun pertama kehidupannya. Risiko bayi mengalami infeksi ini meningkat pada bayi yang diberi susu formula dengan botol susu dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif. Cairan pada tenggorokan bayi yang sering menyusu botol dapat mencapai telinga tengah dengan mudah sehingga bisa menimbulkan infeksi.
4. Obesitas dan penyakit metabolik
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak yang di masa kecilnya diberi susu formula (bukan ASI) cenderung lebih bisa menjadi gemuk di masa dewasanya. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa bayi yang diberi susu formula mempunyai risiko 1,6 kali lipat lebih besar untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan bayi yang diberi ASI. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan susu formula yang berbeda dengan ASI, asupan makan bayi, praktik pemberian makan, dan faktor gaya hidup lainnya.
[embed-health-tool-child-growth-chart]