backup og meta

7 Tanda Tangisan Bayi yang Tidak Normal, Ortu Perlu Tahu

Tangisan umumnya merupakan hal yang normal dan menjadi bagian dari perkembangan bayi yang sehat. Namun, ada kalanya tangisan bisa menjadi tanda bahwa bayi sedang mengalami kondisi tertentu. Untuk itu, penting bagi orangtua untuk memahami arti tangisan bayi dan waspada terhadap tanda tangisan bayi yang tidak normal. Ketahui tanda-tandanya di bawah ini.

7 Tanda Tangisan Bayi yang Tidak Normal, Ortu Perlu Tahu

Tanda tangisan bayi yang tidak normal 

Tangisan bayi yang tidak normal dapat menjadi tanda adanya kondisi medis serius atau gangguan perkembangan tertentu. Berikut adalah ciri-ciri tangisan bayi yang tidak normal.

1. Tangisan mendadak dan tidak terkendali

Menurut Royal Children’s Hospital Clinical Practice Guidelines, tangisan bayi yang tidak normal secara tiba-tiba dan berlangsung tanpa bisa ditenangkan harus diperiksa secara menyeluruh.

Kondisi ini dapat terkait dengan nyeri akut atau gangguan medis tertentu, misalnya infeksi saluran kemih, hernia inguinalis terjepit, atau peningkatan tekanan intrakranial.

Selain itu, studi dari National Institutes of Health (NIH) menyebutkan bahwa tangisan yang tak terkendali bisa menjadi tanda kolik, sehingga membuat mereka menangis berjam-jam.

Dalam beberapa kasus, tangisan ini juga bisa menandakan bahwa bayi mengalami cedera akibat kekerasan fisik, terutama pada bayi di bawah usia 1 tahun.

2. Tangisan bernada tinggi 

bayi kurang gizi

Tangisan bayi tidak normal dengan frekuensi dasar (pitch) yang lebih tinggi dibandingkan bayi sehat dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem saraf pusat atau kondisi medis lainnya.

Misalnya, bayi yang mengalami asfiksia, mikrosefali, atau gangguan pertumbuhan intrauterine (IUGR) menunjukkan segmen tangisan dengan frekuensi dasar melebihi 750 Hz, bahkan mencapai lebih dari 1.000 Hz pada kasus tertentu.

Selain itu, bayi prematur cenderung memiliki tangisan yang lebih melengking. Ini menandakan adanya aktivitas saraf vagus yang lebih rendah yang memengaruhi ketegangan pita suara serta menghasilkan nada yang lebih tinggi.

Tangisan bernada tinggi juga ditemukan pada bayi dengan sindrom genetik tertentu, seperti sindrom Cri-du-Chat, yang ditandai dengan tangisan mirip suara kucing akibat kelainan pada laring.

3. Disertai gejala lain

Tangisan bayi tidak normal yang disertai gejala lain seperti demam, muntah berwarna hijau (bilious), atau darah dalam tinja dapat menjadi penanda adanya kondisi medis serius yang memerlukan penanganan segera.

Misalnya, muntah yang mengandung darah atau berwarna seperti ampas kopi bisa menjadi tanda perdarahan saluran cerna bagian atas, yang mungkin disebabkan oleh ulkus atau infeksi tertentu.

Selain itu, adanya darah dalam tinja bayi dapat menandakan kondisi seperti kolitis infektif atau proktokolitis alergi, terutama pada bayi di bawah usia 6 bulan.

Gejala tambahan seperti lesu, penurunan nafsu makan, atau kesulitan bernapas yang menyertai tangisan juga dapat menandakan infeksi serius atau gangguan sistem saraf pusat.

4. Tidak merespons saat ditenangkan

Bayi yang tetap menangis meskipun telah digendong, diberi makan, atau ditenangkan dengan cara lain dapat menjadi ciri tangisan bayi yang tidak normal dan menunjukkan adanya rasa tidak nyaman atau rasa sakit. 

Salah satu penyebab umumnya adalah kolik. Akibatnya, bayi yang sehat dan cukup makan mungkin akan menangis terus selama lebih dari tiga jam sehari, setidaknya tiga hari dalam seminggu, selama lebih dari tiga minggu.

Tangisan ini sering kali terjadi pada sore atau malam hari dan sulit ditenangkan, meskipun tidak ada penyebab medis yang jelas.

Selain kolik, ada fase perkembangan normal yang dikenal sebagai purple crying, yang biasanya dimulai sekitar usia 2 minggu dan berakhir antara usia 3 hingga 5 bulan.

5. Perubahan pola tidur dan makan

bayi menangis saat maghrib

Perubahan pola tidur dan makan yang drastis pada bayi, terutama jika disertai tangisan berlebihan, dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

Studi dalam Frontiers in Child and Adolescent Psychiatry menemukan bahwa kesulitan tidur, makan, dan menangis berlebihan pada masa bayi dapat meningkatkan risiko perkembangan masalah perilaku di masa kanak-kanak, termasuk gangguan perhatian dan hiperaktivitas.

Sementara itu, perubahan drastis dalam pola tidur dan makan, seperti tidur berlebihan, kesulitan bangun untuk menyusu, atau penurunan nafsu makan, dapat menjadi tanda adanya kondisi medis serius seperti infeksi atau gangguan metabolik.

6. Tangisan berkepanjangan melebihi usia tertentu

Secara umum, pola tangisan bayi mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 minggu dan mulai berkurang secara signifikan setelah usia 12 minggu.

Jika tangisan berlebihan tetap terjadi setelah periode ini, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai persistent excessive crying dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tangisan yang berlanjut secara terus-menerus setelah usia 3—4 bulan diketahui dapat terkait dengan risiko gangguan perilaku di masa depan.

Bayi yang terus menangis setelah perkembangan bayi usia 6 bulan juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan tidur dan makan di kemudian hari.

7. Tangisan tidak bersuara atau sangat lemah

Tangisan bayi yang tidak bersuara atau sangat lemah, sering disebut sebagai silent cry, dapat menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pernapasan, neurologis, atau perkembangan pita suara.

Bayi yang tidak menangis saat lahir atau hanya menunjukkan ekspresi wajah seperti menangis tanpa suara dapat mengalami kesulitan pernapasan atau masalah neurologis yang memerlukan penanganan medis segera.

Tangisan yang lemah atau tidak bersuara juga dapat terkait dengan kondisi seperti asfiksia, gangguan neurologis, atau kelainan pada laring yang menjadi ciri-ciri bayi bisu.

Maka dari itu, kondisi ini juga bisa menjadi ciri-ciri tangisan bayi yang terlahir bisu. 

Itu adalah beberapa ciri tangisan bayi yang tidak normal yang sebaiknya diketahui.

Penting bagi orangtua untuk waspada dan segera mencari bantuan medis guna memastikan penyebab jika bayi mengalami ciri-ciri tersebut agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Kesimpulan

  • Tangisan bayi yang tidak normal biasanya ditandai dengan durasi yang berlebihan, muncul tiba-tiba, bernada tinggi, tidak bersuara, tidak merespons saat ditenangkan, disertai gejala fisik lain seperti demam atau muntah, atau diiringi perubahan pola tidur dan makan.
  • Jika tangisan ini terjadi pada bayi di atas usia 3 bulan atau menunjukkan ciri yang mencurigakan, hal tersebut bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan serius, baik fisik maupun neurologis.
  • Jangan ragu untuk memeriksakan si Kecil ke dokter jika muncul tanda-tanda tangisan bayi yang tidak normal.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Unsettled or crying babies. (N.d.). Retrieved 21 May 2025, from https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/crying_baby_infant_distress/

Banks, J. B. (2023). Infantile Colic. Retrieved 21 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518962/

Lawford, H. L. S., Sazon, H., Richard, C., Robb, M. P., & Bora, S. (2022). Acoustic Cry Characteristics of Infants as a Marker of Neurological Dysfunction: A Systematic Review and Meta-Analysis. Pediatric neurology129, 72–79. https://doi.org/10.1016/j.pediatrneurol.2021.10.017

Dhanasekaran, B., Srinivasan, R., Kanagamuthu, P., Somu, P., R B, N. N., Gowthame, K., Kumar, S., Shree, C. R., Karthika, S. R., & Gopan, G. U. (2023). Cri-Du-Chat Syndrome – A Rare Case Report. Indian journal of otolaryngology and head and neck surgery : official publication of the Association of Otolaryngologists of India75(4), 3993–3998. https://doi.org/10.1007/s12070-023-04039-y

Ajitkumar, A. (2022). Cri Du Chat Syndrome. Retrieved 21 May 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482460/

Premature baby’s shrill cry may be sign of something deeper. (N.d.). Retrieved 21 May 2025, from https://www.science.org/content/article/premature-babys-shrill-cry-may-be-sign-something-deeper

Bornstein, M. H., Costlow, K., Truzzi, A., & Esposito, G. (2016). Categorizing the cries of infants with ASD versus typically developing infants: A study of adult accuracy and reaction time. Research in autism spectrum disorders31, 66–72. https://doi.org/10.1016/j.rasd.2016.08.001

Goodhead, H., Wilkinson, H., & Craver, L. (2021). Crying babies. InnovAiT: Education and Inspiration for General Practice14(3), 185–192. https://doi.org/10.1177/1755738020978259

Wang, Z., Cai, Y., Wang, X., Wu, S., Cao, Y., Xu, F., & Huang, M. (2025). The significance of an infant’s cry: a narrative review of physiological, pathological, and analytical perspectives. Frontiers in Pediatrics13. https://doi.org/10.3389/fped.2025.1558951

‌Zeifman, D. M., & St James-Roberts, I. (2017). Parenting the Crying Infant. Current opinion in psychology15, 149–154. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2017.02.009

Bunt, V., Visser, J., AlRefaee, F., Seckel, S., Jiang, M., Chen, J., … Venter, C. (2025). European Journal of Pediatrics184(6). https://doi.org/10.1007/s00431-025-06174-w

Wolke, D., Bilgin, A., & Samara, M. (2017). Systematic Review and Meta-Analysis: Fussing and Crying Durations and Prevalence of Colic in Infants. The Journal of Pediatrics185, 55-61.e4. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2017.02.020

Halpern, R., & Coelho, R. (2016). Excessive crying in infants. Jornal de Pediatria92(3), S40–S45. https://doi.org/10.1016/j.jped.2016.01.004

Responding To Your Baby’s Cries. (2009). Retrieved 21 May 2025, from https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/crying-colic/Pages/Responding-to-Your-Babys-Cries.aspx

professional, C. C. medical. (2025). The Period of PURPLE Crying. Retrieved 21 May 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/purple-crying

Soothing a crying baby. (N.d.). Retrieved 21 May 2025, from https://www.nhs.uk/baby/caring-for-a-newborn/soothing-a-crying-baby/

Crying and unsettled babies – colic. (N.d.). Retrieved 21 May 2025, from https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Crying_and_unsettled_babies/

Galling, B., Brauer, H., Struck, P., Krogmann, A., Mirja Gross-Hemmi, Prehn-Kristensen, A., & Mudra, S. (2023). The impact of crying, sleeping, and eating problems in infants on childhood behavioral outcomes: A meta-analysis1. https://doi.org/10.3389/frcha.2022.1099406

‌Kim J. S. (2011). Excessive crying: behavioral and emotional regulation disorder in infancy. Korean journal of pediatrics54(6), 229–233. https://doi.org/10.3345/kjp.2011.54.6.229

Versi Terbaru

03/06/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

7 Penyebab Bayi Sering Ngulet, Apakah Normal?

Mengenal Babbling dalam Tahap Bicara Bayi serta Tipsnya


Ditinjau oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A · Kesehatan Anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 03/06/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan