Menangis menjadi cara utama bayi berkomunikasi untuk menunjukkan rasa tidak nyaman, lapar, lelah, atau bahkan sakit. Salah satu momen yang sering membuat orangtua khawatir yaitu ketika bayi menangis saat BAB atau buang air besar. Pasalnya, hal ini bisa menandakan berbagai kondisi yang sedang dialami oleh bayi. Pahami penyebab dan cara mengatasinya di bawah ini.
Penyebab bayi menangis saat BAB
Bayi yang menangis saat BAB dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari yang ringan hingga serius. Berikut adalah beberapa penyebab umum yang diketahui.
1. Dischezia pada bayi (infant dyschezia)
Dischezia adalah kondisi umum pada bayi di bawah usia 6 bulan, di mana mereka menangis dan mengejan selama 10–30 menit sebelum akhirnya mengeluarkan tinja yang lunak dan normal.
Hal ini terjadi akibat bayi kesulitan mencegah peningkatan tekanan perut dengan relaksasi otot dasar panggul.
Meskipun bayi terlihat mengejan seperti kesakitan, kondisi ini tidak berbahaya dan biasanya sembuh sendiri seiring perkembangan bayi.
2. Konstipasi (sembelit)
Bayi yang mengalami konstipasi mungkin menunjukkan gejala seperti mengejan, menangis, dan tampak kesakitan saat BAB. Pasalnya, tinja yang keras dan kering dapat menyebabkan rasa tidak nyaman.
Konstipasi pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan pola makan atau dehidrasi.
Maka dari itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan bayi 6 bulan susah BAB saat mulai fase MPASI (makanan pendamping ASI).
3. Gas atau kolik
Melansir dari Mayo Clinic, kolik bisa menyebabkan bayi menangis tanpa alasan yang jelas, termasuk saat atau setelah BAB.
Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui, kolik diduga dipicu oleh tubuh bayi yang menghasilkan lebih banyak gas.
Penumpukan gas dalam perut bayi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, kembung, dan menangis. Bayi juga mungkin tampak meringis, menarik kaki ke dada, atau menggeliat.
4. Intususepsi
Intususepsi terjadi saat satu bagian usus masuk ke bagian usus lainnya, sehingga menyebabkan penyumbatan.
Gejalanya meliputi nyeri perut yang datang dan pergi, muntah, tinja berdarah, dan bayi menarik lutut ke dada sambil menangis.
Ini termasuk kondisi serius dan memerlukan penanganan medis dengan segera.
5. Fisura ani (robekan pada snus)
Fisura ani adalah robekan kecil pada kulit di sekitar anus yang dapat terjadi akibat konstipasi atau tinja yang keras.
Kondisi ini menyebabkan rasa sakit saat BAB hingga dapat membuat bayi menangis.
Selain sembelit, fisura ani merupakan penyebab umum nyeri saat BAB pada bayi.
6. Sensitivitas atau alergi makanan
Beberapa bayi mungkin sensitif atau bahkan alergi terhadap komponen tertentu dalam susu formula, ASI, atau makanan padat.
Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada sistem pencernaan dan memicu tangisan saat BAB.
Alergi ini juga dapat memicu peradangan di saluran cerna yang menyebabkan gejala seperti BAB berdarah, diare, kembung, kolik, dan nyeri saat BAB.
7. Infeksi saluran pencernaan (gastrointestinal infections)
Infeksi virus atau bakteri pada saluran pencernaan dapat menyebabkan nyeri perut, diare, muntah, demam, dan adanya darah pada feses bayi.
Gejala-gejala ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman saat BAB, sehingga bayi menangis.
[embed-health-tool-baby-poop-tool]
Cara mengatasi bayi menangis saat BAB
Secara umum, cara mengatasi bayi yang menangis saat BAB bergantung pada penyebab utamanya.
Namun, beberapa pengobatan umum dapat dilakukan, yang meliputi berikut ini.
- Pijat dan gerakan ringan. Pijat lembut perut bayi atau menggerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda dapat membantu merangsang pergerakan usus dan mengurangi rasa tidak nyaman.
- Mandi air hangat. Mandi air hangat membantu merilekskan otot-otot bayi, sehingga mempermudah proses BAB agar bayi tidak menangis.
- Perbaikan pola makan. Untuk bayi yang sudah makan makanan padat, tambahkan buah dan sayuran tinggi serat untuk melunakkan tinja. Pada bayi menyusu, ibu mungkin perlu membatasi konsumsi produk susu atau makanan lain yang diduga bisa menimbulkan reaksi alergi pada bayi.
- Pengamatan tinja dan frekuensi BAB. Perhatikan apakah bayi mengalami konstipasi (feses keras dan jarang BAB) atau dischezia (mengejan dengan keras tapi bentuk tinja lunak).
Jika bayi menunjukkan tanda-tanda lain seperti BAB bayi berdarah, demam, atau muntah, atau jika tangisan terus berlangsung, sebaiknya konsultasikan kepada dokter anak untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.