Udara nyatanya penuh dengan air, meski tidak dapat terlihat. Di lapisan bumi yang lebih tinggi, yaitu atmosfer, uap air yang tidak terlihat membentuk menjadi awan. Saat uap air di awan semakin banyak dan berat, hal ini bisa memicu terjadinya presipitasi.
Di usia sekolah yang biasanya penuh rasa ingin tahu, pernahkah si Kecil bertanya apa yang dimaksud presipitasi? Agar lebih mudah dalam memberikan pemahaman pada anak di masa tumbuh kembang, yuk, ketahui informasi selengkapnya di bawah ini.
Apa arti dari kata presipitasi?
Presipitasi adalah hasil yang terbentuk dari kondensasi uap air di atmosfer dalam siklus hidrologi.
Siklus hidrologi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perputaran air yang mengalami proses berikut ini.
1. Penguapan
Pada proses ini, panas matahari menyebabkan air di bumi (meliputi lautan, samudra, sungai, dan danau) menguap dan naik ke langit. Uap air tersebut akan berkumpul dan membentuk awan.
2. Kondensasi
Saat sudah mencapai suhu cukup dingin, uap air di langit akan menjadi tetesan air. Proses ini menyebabkan gas berubah menjadi cairan, atau disebut juga dengan kondensasi.
3. Presipitasi
Proses presipitasi terjadi saat tetesan air yang telah terbentuk jatuh kembali ke permukaan bumi. Tetesan air dapat berupa cairan atau membeku menjadi salju atau es yang bisa si Kecil lihat saat ia bermain di luar rumah.
4. Pengumpulan
Setelah jatuh kembali ke permukaan bumi saat proses presipitasi, air akan mengalir dan berkumpul di tempat tertentu, seperti laut, sungai, dan danau. Air akan menggenang di tempat tersebut hingga kembali menguap ke langit.
Siklus air ini menunjukkan pergerakan air yang terus-menerus terjadi di dalam bumi dan atmosfer.
Proses terjadinya presipitasi
Setelah anak memahami apa saja yang terjadi dalam siklus hidrologi, mungkin akan lebih mudah bagi Anda untuk menjelaskan atau mengajari anak salah satu bagiannya, yaitu presipitasi.
Presipitasi adalah proses dalam siklus hidrologi yang terjadi ketika uap air mengembun di langit dan menjadi tetesan air yang jatuh ke bumi.
Tetesan tersebut bisa berupa beberapa bentuk, yaitu hujan, es, atau salju. Itulah mengapa bentuk presipitasi yang dilihat saat si Kecil beraktivitas fisik di luar rumah bisa berbeda-beda.
Dalam meteorologi (ilmu yang mempelajari soal atmosfer), presipitasi termasuk kejadian hidrometeor yang merupakan fenomena atmosfer.
Hidrometeor sendiri berarti fenomena selain awan yang timbul karena keberadaan unsur air di lapisan atmosfer.
Proses ini terjadi di dalam awan saat uap air membentuk tetesan air yang lebih besar.
Saat tetesan air yang berkumpul sudah cukup banyak dan berat, tetesan air tersebut akan mengalami presipitasi dan kembali jatuh ke tanah.
Faktor pemicu terjadinya presipitasi
Proses presipitasi dapat dipicu oleh faktor berupa partikel debu dan asap di atmosfer.
Ini karena partikel tersebut, atau yang disebut sebagai “inti kondensasi”, menjadi permukaan bagi uap air di langit untuk berkumpul hingga berjumlah cukup berat dan jatuh ke bumi.
Meski terkumpul dari banyak jenis air di permukaan bumi, termasuk air laut yang merupakan air asin, tetesan air yang telah melalui proses presitipasi selalu berupa air tawar. Alasannya karena garam di laut tidak ikut menguap ke udara bersama air sehingga uap air tidak mengandung garam.
Pada kasus tertentu, polusi udara di atmosfer bisa menyebabkan tetesan air terkontaminasi sebelum jatuh ke bumi.
Ini dapat menyebabkan air yang jatuh menjadi bersifat asam sehingga terjadilah hujan asam.
Hujan asam memang tidak menimbulkan dampak langsung pada manusia. Akan tetapi, air hujan yang jatuh bisa menimbulkan pencemaran air dan membuat danau dan sungai juga menjadi lebih asam.
Hal ini bisa menimbulkan dampak bahaya pada ekosistem karena tumbuhan dan hewan umumnya tidak bisa beradaptasi dengan sifat asam tersebut.
Jenis proses presipitasi
Berdasarkan proses terbentuknya, proses presipitasi bisa terbagi menjadi beberapa jenis, dua di antaranya sebagai berikut.
1. Presipitasi dalam proses koalisi-koalesensi
Proses koalisi-koalesensi terjadi saat awan memiliki suhu yang hangat sehingga air di dalamnya mencair.
Proses ini umumnya terjadi di daerah dengan iklim tropis, yaitu yang memiliki musim kemarau dan hujan.
Saat terjadi presipitasi dalam proses ini, tetesan air yang terjatuh saling bertubrukan dan menempel menjadi satu.
Semakin sering bertubrukan, tetesan air yang semula kecil akan membentuk tetesan air yang lebih besar dan berat.
Berdasarkan University of Hawai‘i, dalam proses koalisi-koalesensi, ukuran tetes air juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, yang meliputi:
- ketebalan awan,
- kekuatan tekanan di dalam awan,
- ukuran tetesan air yang terbentuk di dalam awan, dan
- muatan listrik dari tetesan air dan awan.
Sebagai contoh, awan yang tipis dan rendah dari permukaan bumi akan menghasilkan presipitasi berupa tetes air yang berukuran kecil.
Sementara itu, jika awan cukup tebal dan tinggi serta memiliki tekanan yang juga tinggi, ukuran tetes air akan lebih besar.
Ukuran tetesan air yang lebih besar akan lebih cepat mencapai tanah saat terjatuh dari langit dibandingkan dengan tetesan air yang lebih kecil.
2. Presipitasi dalam proses Bergeron
Jika suhu di sekitar awan rendah hingga mencapai nol derajat Celsius atau lebih, tetesan air bisa membeku dan berubah menjadi es.
Dalam pembentukan presipitasi, hal ini disebut juga dengan proses bergeron.
Proses ini lebih umum terjadi di daerah dengan iklim sub-tropis atau yang memiliki 4 musim, yaitu musim semi, panas, gugur, dan dingin.
Umumnya, sebagai besar hujan berasal dari es yang terbentuk di awan yang tinggi dan kemudian berubah kembali menjadi air saat jatuh ke bumi melalui suhu yang lebih hangat.
Saat suhu di sekitar awan cukup dingin, air yang terkandung di dalam awan akan membentuk embrio es.
Jika terbentuk cukup tebal dan besar, embrio es tersebut dapat membuat uap air yang naik ke awan langsung ikut membeku.
Saat es yang terbentuk di awan sudah cukup berat, es tersebut akan jatuh ke bumi.
Es yang berukuran tidak terlalu besar bisa pecah dan menjadi kristal es yang lebih kecil saat proses presipitasi dan bertubrukan dengan es lainnya.
Kristal es tersebut kemudian dapat saling menyatu selama perjalanan jatuh ke bumi. Kumpulan kepingan es inilah yang dikenal sebagai salju.
Bentuk-bentuk presipitasi
Dari proses terbentuknya, diketahui bahwa hasil presipitasi bisa berupa beragam bentuk, yang meliputi berikut ini.
- Hujan: kristal es yang mencair sebelum mencapai tanah.
- Salju: kristal es yang hancur dan menyatu membentuk kristal es yang lebih besar atau salju.
- Kepingan es: kristal es yang hancur dan menyatu dengan kristal es lain membentuk kepingan es yang lebih besar.
- Sleet (hujan campur es dan salju): campuran antara hujan dan slaju yang terbentuk saat sebagian es sudah mencair saat jatuh.
- Hujan beku: air hujan yang langsung membeku saat bersentuhan dengan permukaan tnah dan objek lainnya.
- Hujan es: kristal es yang terbentuk saat melewati lapisan cairan dingin di dalam awan atau saat tetesan air melewati lapisan udara dingin.
Setelah mengetahui proses teradinya presipitasi dan bentuk-bentuknya, akan lebih mudah bagi anak memahami bagaimana hujan dan salju bisa terjadi, atau alasan kenapa terkadang bisa terjadi hujan es.
Ceritakan pada si Kecil agar menambah wawasan juga mendukung perkembangan anak Anda.
[embed-health-tool-vaccination-tool]