backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

7 Alasan Psikologis yang Membuat Anak dan Remaja Kabur dari Rumah

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 28/11/2023

    7 Alasan Psikologis yang Membuat Anak dan Remaja Kabur dari Rumah

    Coba ingat waktu Anda masih kecil dulu, pernahkah muncul keinginan untuk kabur dari rumah? Jangan-jangan, Anda pernah benar-benar melakukannya? Kasus anak dan remaja yang kabur dari rumah sebenarnya cukup sering terjadi.

    Agar bisa mengantisipasinya, Anda harus tahu dulu sebenarnya mengapa anak dan remaja cenderung melarikan diri dari rumah ketika punya masalah. Berikut ulasan lengkapnya.  

    Berbagai alasan anak dan remaja kabur dari rumah

    ciri-ciri gangguan mental pada remaja

    Pertengkaran orangtua dengan anak bisa berujung pada anak kabur dari rumah karena ia sedang berada dalam fase pemberontakan.

    Namun jangan salah mengartikan bahwa anak yang minggat berarti tidak mencintai Anda atau tidak bersyukur. Hal itu belum tentu benar.

    Biasanya nekat lari dari rumah justru menjadi sebuah sinyal yang diberikan anak bahwa ia membutuhkan bantuan atau perhatian Anda sebagai orangtua.

    Dalam kasus lain, anak justru kabur dari rumah sebagai “senjata” untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dari orangtua. 

    Inilah berbagai alasan yang mungkin ada dalam pikiran anak dan remaja ketika mereka memutuskan untuk melarikan diri dari rumah.  

    1. Merasa tidak aman di rumah

    Dilansir dari Kids Health, anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan sehingga satu-satunya pilihan adalah melarikan diri.

    Misalnya kalau ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu verbal, fisik, psikologis, atau seksual.

    Bukan berarti ia kabur dari rumah karena ingin memberontak, ia justru sedang berusaha untuk menyelamatkan diri.

    Perlu Anda Ketahui

    Apa pun masalahnya, anak yang minggat dari rumah percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa dicapai selain melarikan diri.

    2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan

    Bila anak di-bully di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.

    Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua.

    Bisa juga karena anak terlibat masalah tertentu di sekolah atau dengan teman-temannya tapi ia tidak berani menanggung akibat atau hukumannya.

    Maka, ia pun memilih untuk lari dari rumah daripada harus menerima konsekuensi.

    3. Merasa tidak dihargai

    Salah satu kasus kabur dari rumah yang cukup sering ditemui adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.

    Dalam pikiran anak, ia merasa kurang dihargai. Ia pun berpikir bahwa orangtuanya lebih menyayangi kakak atau adiknya.

    Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtuanya memberikan hukuman yang sangat berat atas kesalahannya.

    Dalam kasus lain, anak kabur dari rumah karena merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua. Ia mungkin sedang ‘menguji’ kasih sayang orangtuanya dengan cara minggat.

    4. Ingin mendapatkan sesuatu dari orangtua

    Hati-hati kalau anak sering mengancam untuk kabur dari rumah. 

    Besar kemungkinan ia memanfaatkan kekhawatiran Anda sebagai senjata untuk memanipulasi orangtua dan mendapatkan apa yang ia inginkan.

    Misalnya kalau anak minta handphone baru tapi orangtua belum mengabulkannya.

    Anak pun berpikiran kalau lari dari rumah akan membuat orangtua cemas dan akhirnya bisa diajak bernegosiasi agar membelikan handphone untuk anak.

    5. Hamil di luar nikah

    Kehamilan usia remaja juga kerap menjadi alasan anak perempuan memilih untuk kabur dari rumah.

    Ia memutuskan untuk melarikan diri karena takut dihukum, dimarahi, atau bahkan diusir dari rumah.

    Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena kondisi kesehatan remaja putri yang hamil jadi lebih rentan.

    6. Kecanduan alkohol atau narkoba

    Kalau anak tetap di rumah, ia mungkin merasa tidak bebas untuk menyalahgunakan minuman beralkohol dan narkoba.

    Maka dari itu, entah karena tekanan dari lingkungan atau dorongan dari diri sendiri, anak pun memutuskan kabur dari rumah.

    Ia akan jadi lebih leluasa untuk memenuhi kehausan akan gaya hidup tak sehat itu kalau berada jauh dari rumah.

    7. Dijebak atau dipaksa orang lain

    Di era media sosial ini, sudah banyak kasus di mana anak dan remaja dijebak oleh orang jahat untuk minggat dari rumah.

    Anak yang terjebak tipu daya penjahat mungkin saja menjadi korban perdagangan anak. Bisa juga anak melarikan diri supaya bisa bersama pasangannya yang tidak direstui orangtua.

    Cara mengatasi anak kabur dari rumah

    gangguan bipolar pada remaja

    Situasi di mana seorang anak kabur dari rumah adalah keadaan darurat dan memerlukan tindakan segera. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi situasi ini.

    1. Hubungi pihak berwenang

    Pertama-tama, usahakan untuk tetap tenang. Panik dapat membuat Anda semakin sulit mengambil keputusan.

    Sebaliknya, segera hubungi polisi setempat untuk melaporkan anak Anda yang kabur.

    Berikan informasi yang jelas dan rinci tentang anak Anda, seperti gambar terbaru, ciri-ciri fisik, dan pakaian yang dikenakan.

    2. Hubungi keluarga dan teman

    Beri tahu juga keluarga dan teman-teman dekat anak Anda tentang situasi ini.

    Mereka mungkin memiliki informasi yang dapat membantu Anda untuk menemukan atau mencari anak Anda.

    3. Cek tempat yang sering dikunjungi

    Jika mungkin, periksa tempat-tempat yang sering dikunjungi anak Anda, seperti rumah teman atau tempat-tempat yang biasa dia kunjungi lainnya.

    Anak yang kabur dari rumah mungkin akan mencari perlindungan ke tempat yang sudah ia ketahui karena merasa lebih aman.

    4. Periksa komunikasi elektronik

    Periksa pesan teks, panggilan telepon, atau pesan media sosial anak Anda untuk mendapatkan petunjuk tentang ke mana ia mungkin pergi.

    Anak mungkin sudah pernah membicarakan rencana untuk kabur dari rumah dengan temannya atau bahkan menuliskannya sebagai pesan di media sosial.

    5. Libatkan pihak sekolah

    Beri tahu pihak sekolah tentang kejadian ini. Guru atau teman anak di sekolah mungkin memiliki informasi yang berguna untuk menemukan anak Anda.

    Pihak sekolah juga bisa ikut membantu mencari anak Anda dan menyebarkan informasi terkait anak Anda yang kabur ke lebih banyak orang.

    6. Bekerja sama dengan polisi

    Segera bekerja sama dengan pihak berwenang, yaitu polisi, dalam upaya pencarian.

    Polisi memiliki pengalaman dan sumber daya yang lebih banyak untuk membantu menemukan anak Anda.

    7. Buat pengumuman publik

    Jika diperlukan, pertimbangkan untuk membuat pengumuman publik melalui media massa atau media sosial untuk meminta bantuan dari masyarakat.

    Hal ini bisa membantu anak mengumpulkan informasi dari orang lain yang mungkin pernah melihat dan mengenali anak Anda.

    8. Minta bantuan profesional

    Jika anak Anda sering melarikan diri akibat ada masalah khusus yang mungkin memotivasinya kabur, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional, seperti konselor atau psikolog anak.

    Para ahli mungkin bisa membantu Anda dan anak dalam memahami masalah yang sedang dihadapi, untuk kemudian menemukan solusi yang paling tepat guna mengatasi masalah tersebut.

    9. Evaluasi kondisi keluarga

    Setelah anak Anda ditemukan, pertimbangkan untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap situasi dan kondisi keluarga Anda.

    Faktor-faktor tertentu mungkin menjadi penyebab kaburnya anak, dan solusi jangka panjang mungkin diperlukan.

    Misalnya, anak Anda mungkin tidak merasa cocok dengan cara Anda mendidiknya selama ini hingga ia merasa tertekan dan memutuskan untuk kabur dari rumah.

    Ingatlah bahwa keamanan anak adalah prioritas utama. Bekerja sama dengan pihak berwenang dan pihak terkait dapat membantu mengatasi situasi ini dengan lebih efektif.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 28/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan