Apakah Anda tipe orang yang tidak bisa lepas dari smartphone? Entah karena urusan pekerjaan atau sekadar mengecek media sosial, orangtua yang terus-menerus memeriksa HP saat mengasuh si Kecil dapat berdampak negatif pada perilaku anak. Jadi, jangan sibuk main HP saat di depan anak, begini kira-kira dampaknya.
Dampak negatif orangtua main HP saat mengasuh anak
Penggunaan HP oleh orangtua saat mengasuh anak dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain sebagai berikut.
1. Kurangnya interaksi antara orangtua dan anak
Jika orangtua lebih fokus pada HP daripada anak, interaksi langsung dan perhatiannya kepada anak menjadi berkurang.
Anda mungkin akan lebih sibuk berinteraksi dengan orang lain melalui HP, baik saat menelepon, mengirim pesan pendek (SMS), atau menggunakan media sosial.
Akibatnya, anak mungkin akan merasa diabaikan atau tidak dihargai, padahal ia sedang bersama dengan Anda.
2. Pemicu kecanduan gadget
Orangtua dapat mengalami ketergantungan pada teknologi jika sering menggunakan HP di depan anak.
Anak mungkin akan menganggap bahwa menggunakan HP terus-menerus merupakan hal yang wajar.
Pada akhirnya, anak pun lebih sering menggunakan HP hingga menyebabkan ketergantungan dan mengalami kecanduan gadget.
Ketergantungan HP pada anak bisa ditandai dengan anak yang sulit lepas dari HP dan terlihat lebih sering menggunakan HP dibandingkan dengan melakukan kegiatan lain.
Perlu Anda Ketahui
Common Sense melakukan survei dengan melibatkan lebih dari 1.700 orangtua yang memiliki anak-anak berusia 8 sampai dengan 18 tahun. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa orangtua menghabiskan waktu di depan layar kira-kira 9 jam per hari. Ini termasuk main HP saat mengasuh anak dengan sebagian besar waktu dihabiskan untuk menjelajahi media sosial pribadinya, sedangkan sekitar 90 menit dihabiskan untuk kepentingan pekerjaan.
3. Gangguan pola tidur
Main HP sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur anak jika Anda melakukannya saat akan tidur bersama atau dekat dari anak Anda.
Anak mungkin akan ikut melihat layar HP, sehingga terpapar cahaya biru yang keluar dari layar.
Paparan cahaya biru dari layar HP terhadap tubuh anak bisa menghambat produksi melatonin, yaitu hormon yang mengatur tidur.
Terlebih, struktur mata anak diketahui lebih sensitif terhadap cahaya biru karena ukuran pupil yang lebih besar.
Penelitian menunjukan bahwa paparan terhadap cahaya biru di sore hari bisa menurunkan kadar melatonin dua kali lebih banyak pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.
Penurunan melatonin bahkan bisa terjadi lebih buruk pada anak-anak yang belum melewati masa pubertas.
4. Contoh perilaku buruk
Anak-anak belajar dari contoh yang diberikan oleh orang terdekatnya, terutama orangtua.
Jika orangtua terlalu sering main HP di depan anak saat sedang mengasuh, anak dapat meniru perilaku yang sama.
Ia akan menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Ini tentunya dapat memberikan contoh perilaku yang buruk kepada anak. Padahal sebagai orangtua, Anda seharusnya bisa menjadi panutan yang baik untuk anak.
Anak pun akan lebih rentan memiliki perilaku yang buruk, sama seperti yang dilakukan oleh orangtuanya.
5. Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak
Orangtua yang terlalu terpaku main HP saat mengasuh anak mungkin melewatkan tanda-tanda kebutuhan atau masalah anak.
Hal ini dapat memengaruhi kemampuan orangtua untuk merespons dengan cepat dan efektif terhadap kebutuhan anak.
Akibatnya, anak lebih berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang, seperti gangguan belajar atau gangguan makan.
6. Potensi bahaya konten online
Jika orangtua tidak memantau dengan cermat apa yang diakses oleh anak di HP, ada risiko bahwa anak dapat terpapar konten yang tidak sesuai atau bahkan berbahaya.
Apalagi, bila anak menggunakan aplikasi atau mengakses website yang sama-sama berisi konten untuk dewasa dan anak-anak, maka risikonya bisa lebih besar.
Anak mungkin tidak sengaja mengakses konten yang seharusnya belum ia ketahui. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan pada pengguna YouTube.
Dari penelitian ini, 46% anak usia 11 tahun ke bawah yang menonton YouTube diketahui pernah melihat konten yang tidak sesuai dengan usianya.
7. Hubungan yang tidak harmonis
Brandon T. McDaniel dalam penelitian di jurnal Child Development menyatakan bahwa perilaku anak yang buruk berhubungan dengan waktu yang dihabiskan orangtua dalam bermain gadget, termasuk main HP saat di dekat anak.
McDaniel, yang merupakan seorang peneliti dari Illinois State University di Amerika Serikat ini, menyebut gangguan tersebut sebagai technoference.
Penelitian melibatkan 170 keluarga dengan dua orangtua. Peneliti meminta ibu dan ayah untuk melengkapi kuesioner secara terpisah.
Hasilnya, hampir setengah dari orangtua yang disurvei (48%) mengatakan bahwa teknologi mengalihkan perhatian mereka dari anak-anak mereka setidaknya sampai tiga kali sehari.
Sementara itu, 24% orangtua menganggap HP mengganggu interaksi mereka dengan anak-anak hingga dua kali sehari. Adapun sekitar 17% orangtua menilai gadget mengganggu waktu keluarga.
Namun, ternyata hanya 11% orangtua yang berkenan menjauhkan diri dari ponsel, tablet, laptop, dan komputer saat menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka.
8. Gangguan perilaku dan emosional
Dampak main HP sambil mengasuh anak terhadap perilaku anak juga dijelaskan dalam penelitian Laura Birks dari Barcelona Institute for Global Health, Spanyol, dalam jurnal Environmental International.
Laura melakukan penelitian pada 83.884 pasangan ibu dan anak di Spanyol, Denmark, Norwegia, Belanda, dan Korea.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa anak yang ibunya sering menghabiskan waktu dengan ponsel atau sibuk main HP saat mengasuh anak akan memiliki risiko gangguan perilaku dan emosional.
Laura dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa anak yang lahir dari seorang ibu yang suka menelepon lebih dari empat kali sehari punya peluang sebesar 28% untuk tumbuh menjadi anak yang hiperaktif.
Selain itu, terlalu sering menggunakan HP diketahui bisa memengaruhi kemampuan anak untuk bermain secara mandiri atau bersosialisasi dengan teman sebaya.
Anak bisa menjadi individu yang terlalu menarik diri dari lingkungannya hingga akhirnya sulit mendapat teman.
[embed-health-tool-vaccination-tool]