Bertengkar dengan pasangan memang wajar, tetapi jangan sampai melakukannya di depan anak. Pasalnya, hal ini dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan mental, bahkan menimbulkan trauma pada buah hati. Trauma apa yang bisa muncul dari pertengkaran orangtua dan bagaimana cara mengatasinya?
Tanda anak trauma setelah melihat pertengkaran orangtua
Setiap anak memiliki reaksi berbeda, tapi umumnya Anda bisa melihat perbedaan perilaku anak setelah ia melihat pertengkaran kedua orangtua.
Terlebih pada masa perkembangan anak 6-9 tahun, ia dapat dengan mudah belajar dan merekam semua hal yang ia lihat, termasuk karena melihat pertengkaran orangtua.
Atas dasar itulah, sebisa mungkin orangtua bertengkar di depan anak harus dihindari.
Berbagai tanda anak trauma setelah melihat pertengkaran orangtua, yaitu sebagai berikut.
- Bersikap seolah ia takut pada orangtuanya.
- Menghindari kedua orangtuanya dalam berbagai kesempatan.
- Sering murung, banyak menyendiri, atau suka menangis.
- Muncul gejala depresi, kecemasan, masalah perilaku, maupun stres pada anak.
Faktanya, ternyata bukan jumlah pertengkaran orangtua yang paling berdampak bagi diri anak.
Faktor yang paling berpengaruh pada anak yakni apakah pertengkaran kedua orangtua bertambah parah atau justru semakin baik dengan saling berdamai.
Pertengkaran orangtua bukanlah masalah bila Anda dan pasangan berusaha menyelesaikan masalah.
Sayangnya, tidak semua orangtua menyadari bahwa anak-anak sangat sensitif terhadap konflik atau pertengkaran ayah dan ibunya.
Padahal, usia anak-anak merupakan masa di mana tumbuh kembangnya sedang berjalan dengan pesat.
Anda perlu menumbuhkan rasa empati, menerapkan cara mendisiplinkan anak, hingga membiasakan anak jujur.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Cara menjelaskan arti bertengkar di depan anak
Jika pertengkaran tidak bisa dihindarkan hingga terlihat oleh si Kecil, sebaiknya Anda dan pasangan segera memberikan ia pengertian.
Jelaskan pada anak apa yang baru saja terjadi agar ia tidak merasa tertekan bahkan sedih.
Penjelasan tentang apa itu bertengkar perlu disesuaikan dengan usia anak.
Ketika ia masih kecil, Anda bisa menjelaskan dengan kalimat seperti, “Adik, tadi Ibu dan Ayah cuma marahan sebentar kayak kamu dan teman di sekolah, tapi kita udah baikan, kok.”
Jelaskan juga bahwa dengan bertengkar ibu dan ayah jadi paham apa yang disukai dan tidak disukai, seperti si Kecil dan temannya di sekolah.
Setelahnya, sampaikan bahwa ibu dan ayah akan belajar agar bersikap lebih baik lagi nantinya.
Sementara bila berantem di depan anak yang usianya sudah semakin dewasa, orangtua bisa menjelaskan dengan lebih jujur.
Jelaskan bahwa setiap orang punya perbedaan pendapat, termasuk ibu dan ayah.
Tak lupa, jelaskan juga bahwa meskipun bertengkar, Anda dan pasangan sedang berusaha atau sudah menyelesaikan masalah beda pendapat tersebut.
Arti bertengkar di depan anak remaja bisa dijelaskan sebagai proses belajar mengenal antara ayah dan ibu sembari memperbaiki diri.
Penjelasan yang jujur pada anak usia remaja ke atas penting dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan agar anak paham kondisi orangtua dan merasa dipercaya dan dilibatkan dalam keluarga.
Cara mengatasi trauma setelah bertengkar di depan anak
Pada usia 6—9 tahun, ada juga perkembangan kognitif anak, perkembangan sosial, dan perkembangan fisik anak di samping perkembangan emosinya.
Apabila pertengkaran di depan anak betul-betul tidak dapat dihindari, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua.
Berikut cara untuk mengatasi trauma usia orangtua bertengkar di depan anak.
1. Tanyakan apa yang anak rasakan
Pertama, tanyakan apa yang dipikirkan dan apa perasaan anak setelah melihat ibu dan ayahnya bertengkar.
Dengarkan penjelasan anak baik-baik, kemudian pahami persepsi dan perasaan mereka.
Bila anak terlihat sedih dan kecewa, beri ia waktu untuk menenangkan diri sembari tetap menemaninya.
Ini bertujuan agar anak merasa bahwa ia masih mendapatkan perhatian dari orangtuanya.
Hindari melakukan kekerasan pada anak sebagai bentuk pelampiasan dari pertengkaran Anda dengan pasangan.