Kini, hampir setiap orang dari berbagai kalangan umur setidaknya memiliki satu akun media sosial termasuk anak-anak. Di satu sisi, media sosial membantu untuk mendapatkan informasi terbaru. Namun, tidak dapat dipungkiri akan kekhawatiran jika anak menyalahgunakannya. Jadi, kapan anak boleh punya media sosial? Perhatikan pula aturannya dalam artikel ini.
Kapan anak mulai boleh punya media sosial?
Sebenarnya, sampai saat ini belum ada patokan umur yang pasti kapan dalam tahap perkembangan anak ia boleh mengakses akun medsosnya sendiri.
Apalagi, bukan menjadi hal yang aneh pula sejak masa perkembangan bayi, sebagian orangtua pun telah memperkenalkan penggunaan smartphone atau tablet.
Mengutip dari Internet Matters, setidaknya anak berusia 10 – 12 tahun telah mempunyai setidaknya satu akun media sosial (medsos).
Namun, kalau mengikuti peraturan dari sebagian media sosial, anak baru bisa mempunyai akun sejak usia 13 tahun.
Walaupun begitu, orangtua juga mempunyai peranan penting dalam membimbing dan menjaga anak saat ia membuat akun dari aplikasi tertentu.
Hal ini sesuai dengan Rancangan Undang-Undang Data Pribadi (RUU PDP) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, yaitu mengusulkan usulan batasan usia untuk mempunyai akun media sosial adalah 17 tahun.
Apabila anak di bawah usia tersebut sudah punya medsos, harus ada persetujuan dari orangtua. Ini dilakukan agar ada komunikasi antara anak dengan orangtua mengenai dunia digital.
Memang susah untuk membuat usia minimal anak mempunyai medsos. Bisa saja anak dengan usia lebih dari 13 tahun, tetapi ia belum mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan media sosial.
Anda sendirilah yang paling memahami karakter anak. Maka dari itu, memperbolehkan ia untuk punya akun medsos atau tidak, keputusan tetap ada pada orangtua.
Memilih media sosial untuk anak
Tak hanya Facebook atau Twitter saja, Anda juga bisa memberikan pilihan lainnya ketika anak ingin mempunyai akun media sosial.
Termasuk ketika orangtua merasa ia belum bisa bertanggung jawab untuk mempunyai akun Facebook atau Twitter. Sebaiknya, pilih medsos dengan kriteria tersendiri jika usia anak masih berada di bawah 13 tahun.
Akan lebih baik lagi jika Anda lebih dulu menelusuri serta menggunakan akun media sosial tersebut, untuk melihat apakah benar cocok untuk si kecil.
Ini perlu orangtua lakukan agar anak tidak mengalami risiko penggunaan media sosial, seperti:
- paparan konten yang belum pantas atau berbahaya,
- cyber bullying,
- tidak sengaja memberikan informasi pribadi,
- pencurian identitas, hingga
- mengalami gangguan tidur.
Sebagian besar anak usia 6 – 9 tahu belum memiliki pola pikir matang. Mereka hanya mengetahui bahwa punya akun medsos itu akan membuatnya tampak keren.
Mereka belum bisa memahami dengan benar bahwa setiap tindak-tanduk manusia pasti ada konsekuensinya tersendiri, termasuk di dunia maya.
Membuat aturan saat anak punya media sosial
Tenang, orangtua sebaiknya tidak perlu khawatir berlebihan karena media sosial tidak selalu buruk. Apabila penggunaannya tepat, ada berbagai manfaat yang bisa si kecil dapatkan.
Sebagai contoh, aplikasi media sosial seperti Instagram dan Youtube dapat membantu mengasah kreativitas anak dengan melihat ide-ide dari konten yang ada.
Bahkan, ketika ia hanya sekadar berinteraksi dengan orang-orang di luar sana karena mempunyai kegemaran yang sama.
Akan tetapi, jika orangtua tidak terlalu memperhatikan penggunaannya, tentu akan lebih banyak menimbulkan dampak buruk.
Maka dari itu, orangtua harus membuat pertimbangan serta aturan yang tegas ketika anak punya media sosial, contohnya seperti:
1. Gunakan pengaturan privat
Biasanya, pada beberapa aplikasi terdapat pengaturan khusus yang membuat akun media sosial secara otomatis tidak akan memunculkan konten dewasa atau kekerasan.
Buat akun media sosial si kecil aman dengan mengatur privasi pada akunnya. Berikan pula pemahaman mengenai hal yang bersifat pribadi atau publik
Berikut adalah apa saja yang perlu orangtua perhatikan sekaligus ajarkan agar anak yang punya medsos tetap aman.
- Memblokir dan melaporkan orang yang tidak dikenal.
- Tidak memilih pop-up yang mencurigakan dan aneh.
- Menerima permintaan pertemanan hanya dari orang yang anak kenal.
2. Batasi penggunaan media sosial
Terkadang, anak suka lupa waktu ketika sudah menggunakan aplikasi media sosialnya. Hal ini bisa mengganggu waktu belajar dan waktu tidurnya.
Bahkan, penggunaan medsos yang berlebihan memengaruhi perkembangan depresi, insomnia, dan antisosial sehingga Anda harus tegas menerapkan jadwal penggunaannya.
Pada anak usia 2 – 5 tahun, batasan waktu layar adalah 1 – 1,5 jam dalam sehari. Sedangkan pada anak usia sekolah, orangtua bisa menyesuaikan berapa lama ia boleh menggunakan media sosial.
Hal yang paling penting, penggunaan alat digital tidak boleh menggantikan waktu tidur, makan, belajar, berinteraksi dengan keluarga serta teman.
3. Mengetahui akun media sosialnya
Dengan mengikuti akun media sosialnya, Anda akan lebih mudah memantau kegiatan anak. Beritahu juga bahwa ia harus menghindari berteman dengan orang asing.
Sebaiknya, saat anak punya akun media sosial, ia hanya menerima pertemanan dari teman, keluarga, dan kerabat yang dikenalnya saja.
[embed-health-tool-vaccination-tool]