Beberapa anak mungkin memiliki sifat pendiam dan susah dalam bergaul dengan teman sebaya. Namun, anak yang pendiam tidak terjadi begitu saja. Pasti ada beberapa kondisi yang menyebabkan hal ini. Simak ulasan lengkapnya di sini.
Penyebab anak pendiam dan susah bergaul
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab kenapa anak pendiam dan susah bergaul. Berikut ini kemungkinan penyebabnya.
1. Kurang percaya diri
Anak yang kurang percaya diri cenderung pendiam dan sulit bergaul karena mereka merasa tidak yakin dengan kemampuan dan nilai diri mereka.
Rasa kurang percaya diri dapat membuat mereka merasa takut akan penilaian dari orang lain. Akibatnya, mereka cenderung menghindari interaksi sosial.
Anak mungkin merasa khawatir tentang bagaimana orang lain akan merespons mereka. Ini bisa membuat mereka merasa tidak nyaman atau sulit untuk terlibat dalam percakapan atau kegiatan bersama teman sebaya.
2. Takut gagal
Rasa takut akan kegagalan juga bisa menjadi penyebab anak susah bergaul. Pasalnya, anak merasa cemas dan takut melakukan kesalahan sehingga enggan terlibat dalam percakapan atau kegiatan bersama teman sebaya.
Anak juga khawatir bahwa tindakan atau kata-kata mereka dianggap salah atau tidak tepat.
Alhasil, mereka memilih untuk menjaga jarak dan menjadi pendiam. Rasa takut ini juga membuat mereka ragu untuk mengambil inisiatif dalam berinteraksi.
Wajarkah anak yang pendiam dan susah bergaul?
3, Kepribadian yang lebih pendiam
Anak dengan kepribadian introvert cenderung lebih suka beraktivitas sendiri. Mereka juga cenderung pemalu dalam berbicara dengan orang yang belum dikenal.
Hal ini mungkin membuat mereka butuh waktu lebih lama untuk merasa nyaman dalam situasi sosial baru.
Selain itu, anak dengan rasa sensitif yang tinggi lebih rentan terhadap perasaan cemas atau terlalu peka akan reaksi orang lain. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa anak susah bergaul.
4. Hubungan keluarga
Perlu diketahui juga bahwa lingkungan di keluarga berpengaruh besar terhadap penyebab anak pendiam dan susah bergaul.
Sebagai contoh, orangtua yang terlalu protektif atau otoriter bisa membuat anak merasa terlalu diawasi dan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya.
Akibatnya, anak menjadi kurang percaya diri berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung atau tidak mendorong ekspresi anak juga bisa membuat mereka cenderung menutup diri.
5. Kurang bersosialisasi
Jika sejak awal anak kurang bersosialisasi, mereka tentu akan susah untuk bergaul. Pasalnya, anak tidak punya banyak kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan sosial.
Alhasil, mereka cenderung canggung atau tidak percaya diri saat berhadapan dengan lingkungan sosial yang baru.
Sebagai contoh, anak yang jarang diajak bermain dengan teman-temannya mungkin merasa kesulitan ketika harus berinteraksi dengan orang lain di situasi baru.
Cara mengatasi anak yang pendiam dan susah bergaul
Faktanya, solusi dari anak yang pendiam dan susah bergaul tidak hanya dari mereka, melainkan juga peranan orangtua.
Orangtua sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak, bahkan lebih dari yang disadari.
Jika ingin mengatasi anak yang susah bergaul, ada beberapa cara atau tips di bawah ini yang bisa Anda coba.
1. Memberikan dukungan ke anak
Memberikan dukungan kepada anak yang sulit bergaul dapat sangat membantu mereka mengatasi tantangan sosial.
Dengan memberikan dorongan positif, pengertian, dan kesempatan untuk berlatih, anak akan merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Anda bisa mulai beberapa hal di bawah ini sebagai langkah awal untuk mendukung anak dari segi sosial.
- Mendengarkan dengan penuh perhatian.
- Memberikan dorongan untuk mencoba hal baru.
- Memberikan feedback yang positif saat anak menghadapi masalah.
2. Berbicara dengan anak
Mengajak anak berbicara menjadi salah satu cara bagi orangtua untuk mendukung situasi sosial yang dihadapi anak yang susah bergaul. Namun, mengajak anak berbicara ternyata tidak bisa asal-asalan.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa jadi tips ketika berkomunikasi dengan anak. Sebagai contoh, berikan pertanyaan terbuka kepada anak untuk mengundang diskusi dan hindari memberikan tekanan untuk berbicara jika belum siap.
Jika anak lebih suka berbicara empat mata, cari waktu dan tempat yang tepat serta tenang untuk berbicara dengan mereka.
Jaga suasana komunikasi tetap positif dan usahakan untuk tidak mengkritik maupun meledek pendapat mereka.