backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Memanfaatkan Plastisitas Otak agar Anak Jadi Cerdas

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Indah Fitrah Yani · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Memanfaatkan Plastisitas Otak agar Anak Jadi Cerdas

    Otak manusia lebih mudah berubah saat masih kanak-kanak. Kondisi ini disebut juga dengan plastisitas otak. Itulah mengapa anak kecil biasanya lebih cepat memahami pelajaran daripada orang yang sudah tua. Dengan memanfaatkan plastisitas otak, Anda bisa mendidik anak menjadi orang yang cerdas. Untuk lebih jelasnya, yuk, simak pembahasan berikut.

    Apa itu plastisitas otak?

    plastisitas otak

    Bukan berarti otak terbuat dari plastik, maksud dari plastisitas otak adalah kemampuan otak untuk berubah dan merespon stimulus yang diberikan.

    Plastisitas otak dikenal juga dengan istilah neuroplastisitas. Menurut definisi dari Sarrasin dan rekan-rekannya, neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk memodifikasi koneksi sarafnya melalui pembelajaran.

    Mengutip situs Apraxia Kids, otak dapat berubah strukturnya karena dipengaruhi oleh rangsangan atau stimulus dari luar. 

    Plastisitas otak tidak selalu berarti perubahan ke arah yang positif. Perubahan struktur otak ini dapat berarti peningkatan atau penurunan dalam hal-hal berikut:

    • koneksi antar neuron dan jenis utama sel otak,
    • jumlah dan ukuran sel yang mendukung neuron, dan
    • suplai darah ke sel-sel otak.

    Perubahan struktur otak dapat terjadi sejak dalam kandungan yang dipengaruhi oleh faktor susunan genetis dan zat-zat yang diserap oleh ibu saat hamil.

    Setelah bayi lahir, perkembangan otak dan sensori anak terus berlanjut dengan sangat pesat. Di masa ini, stimulus dari lingkungan juga sangat berpengaruh.

    Bagaimana memanfaatkan plastisitas otak agar anak menjadi cerdas?

    perkembangan otak anak usia dini

    Memberikan stimulus/rangsangan yang tepat sejak dini dapat mendukung perkembangan otak anak menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pengasuhan yang tepat.

    Pendidikan bukan berarti hanya diperoleh di sekolah. Pendidikan dari orangtua yang justru memegang peranan lebih penting, terutama pada anak usia 1 sampai 5 tahun.

    Mengutip situs Early Childhood Education, berikut ide-ide stimulus yang bisa Anda coba untuk mendukung plastisitas otak si kecil.

    1. Untuk usia bayi

    Stimulus yang bisa Anda lakukan pada bayi usia hingga 1 tahun berfokus pada perkembangan motorik, sensori, dan bahasanya.

    Cobalah melakukan kegiatan-kegiatan berikut.

    • Membacakan buku cerita, mendongeng, menyanyikan lagu untuk si kecil.
    • Membuat suara-suara yang lucu dan mengoceh bersama. Tujuannya untuk melatih anak berbicara.
    • Tummy time, yaitu meletakkan bayi dalam posisi tengkurap sambil diawasi. Tujuannya untuk memperkuat kepala dan otot bagian atas bayi.
    • Memberikan mainan dalam berbagai bentuk, tekstur, warna, dan ukuran. Tujuannya untuk membantu si kecil meraih dan menggenggam.
    • Mendengarkan musik, tujuannya untuk membantu perkembangan pendengaran bayi.
    • Mendudukkan bayi di dekat furnitur yang kokoh. Tujuannya untuk melatihnya berdiri sendiri.

    2. Untuk anak balita

    Anda dapat memanfaatkan plastisitas otak untuk mengembangkan kecerdasaan anak di usia balita. Berikut ide-ide kegiatan yang bisa dilakukan.

  • Membuat kolase dengan kertas, gunting, dan lem. Tujuannya untuk membantu mengembangkan keterampilan motorik halus dan menggunakan kreativitas anak.
  • Membangun benteng selimut atau rumah-rumahan. Tujuannya untuk mendorong si kecil berimajinasi dan memecahkan masalah.
  • Beraktivitas fisik seperti lempar tangkap bola, melompat, berlari, dan meregangkan tubuh. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar pada balita Anda.
  • Mendengarkan musik dan radio yang ramah anak. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan bahasa dan komunikasi dengan cara yang menyenangkan.
  • Berkemah di halaman belakang, duduk di sekitar api unggun dan bercerita atau melakukan permainan bayangan. Tujuannya agar anak-anak belajar hal-hal yang baru.
  • 3. Untuk anak usia prasekolah

    Kegiatan untuk anak usia prasekolah dapat dibuat untuk mempersiapkannya masuk ke sekolah formal. Dengan memanfaatkan plastisitas otak anak, cobalah aktivitas berikut.

    • Bermain game seperti berdandan, berpura-pura, petak umpet, atau menebak benda di sekitar. Tujuannya untuk melatih imajinasi dan kreativitas anak.
    • Bermain dengan bahan sensorik seperti playdough. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak dan melatih kreativitasnya.
    • Anda juga bisa menggunakan playdough dengan pemotong berbentuk alfabet dan angka. Sehingga anak bisa sambil belajar membaca dan menghitung.
    • Bermain teka-teki atau puzzle. Tujuannya untuk membantu anak berpikir kritis dan memecahkan masalah.
    • Meminta anak bercerita atau membacakan cerita buku cerita bila ia sudah pandai membaca.
    • Melakukan tugas-tugas rumah tangga sederhana bersama-sama seperti memasak, berkebun, dan menjemur pakaian. Tujuannya untuk mengajari anak-anak tentang kerja tim dan membangun kepercayaan dirinya.
    • Membuat permainan halang-rintang sederhana yang terbuat dari kardus dan tali. Tujuannya untuk melatih keterampilan motorik halus dan kasar anak.
    • Menghubungi keluarga dan teman melalui panggilan video atau telepon. Tujuannya untuk keterampilan sosial, komunikasi, dan bahasa anak.
    • Ajak anak untuk ikut di kegiatan di luar rumah seperti play group, perpustakaan, dan sebagainya. Tujuannya agar anak berada di lingkungan yang mendukung kecerdasannya.

    Hal-hal yang perlu diwaspadai terhadap plastisitas otak

    disgrafia, gangguan belajar anak susah menulis

    Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, neuroplastisitas tidak selalu berarti baik. Bila menerima stimulus atau rangsangan yang negatif, otak justru dapat berubah ke arah yang lebih buruk.

    Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk memerhatikan stimulus apa yang diterima oleh anak. Jangan sampai mereka memperoleh rangsangan negatif dari orangtua dan lingkungan.

    Mengutip jurnal Clinical and Translational Neuroscience, hal-hal negatif dari pihak orangtua atau keluarga yang perlu Anda hindari seperti:

    Di samping hal-hal di atas, Anda juga perlu memerhatikan faktor lingkungan dan pergaulan, terutama bila anak sudah memasuki usia sekolah hingga masa remaja.

    Faktor lingkungan yang dapat mengubah otak anak ke arah yang lebih buruk seperti melihat pornografi atau pornoaksi, serta melihat perkelahian atau hal-hal kekerasan lainnya.

    Hal ini sebaiknya tidak dianggap remeh. Menurut situs Child Welfare Information Gateway, plastisitas otak untuk mengikuti hal-hal yang buruk sama cepatnya dengan mengikuti hal-hal yang baik.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Indah Fitrah Yani · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan