backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

3 Manfaat dan Jenis Permainan untuk Asah Imajinasi Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 03/08/2021

    3 Manfaat dan Jenis Permainan untuk Asah Imajinasi Anak

    Permainan imajinasi ternyata bermanfaat untuk mengoptimalkan perkembangan anak. Meski terkesan sepele, bermain bagi anak adalah kegiatan yang membuat otaknya bekerja lebih keras. Tentu saja, ini penting untuk tumbuh kembangnya, tak terkecuali di usia balita. Yuk, Bu, kulik lebih dalam beragam manfaat dan jenis permainan imajinasi untuk anak yang mudah dan murah!

    Manfaat permainan imajinasi untuk anak

    permainan imajinasi anak

    Anak-anak memiliki imajinasi yang lebih tidak terbatas ketimbang orang dewasa.

    Imajinasi ini tidak sekadar permainan, tetapi berhubungan erat dengan kemampuan bicara anak.

    Mengutip dari American Academy of Pediatrics (AAP), permainan imajinatif berbeda dengan aktif.

    Permainan yang bersifat aktif berhubungan dengan gerak tubuh, sedangkan imajinatif melibatkan khayalan dan imajinasi.

    Agar lebih jelas, berikut manfaat permainan imajinasi untuk perkembangan anak.

    1. Mengasah kreativitas

    Berdasarkan penelitian berjudul Pretend Play: Antecedent of Adult Creativity, permainan imajinasi anak berperan penting dalam mengasah kreativitas anak.

    Untuk menghayal atau berimajinasi, anak hanya membutuhkan waktu, ruang, dan media sederhana. Selanjutnya, anak bisa menjadi apa saja sesuai dengan bayangannya. 

    Ambil contoh, anak hanya memegang selembar kertas, ia bisa saja membayangkan itu adalah pesawat yang sedang terbang melintasi langit biru. 

    Ini adalah bentuk kreativitas yang tidak terbatas, bahkan orang dewasa tidak memilikinya.

    2. Meningkatkan kemampuan bahasa

    Anak-anak adalah peniru yang ulung. Si kecil bisa saja menirukan ibu atau ayah saat sedang menelepon teman lewat ponsel.

    Pada saat itulah anak mulai mengembangkan kemampuan komunikasi dan bahasanya. 

    Buah hati Anda mampu menyimpan dua boneka di sebelahnya, lalu memegang remote yang ia anggap ponsel. 

    Selanjutnya, si kecil berceloteh sesuai dengan ucapan yang pernah ia dengar dari ibu dan ayahnya. 

    “Halo, ada paket, ya? Tunggu sebentar, ya”. Kemudian ia berdiri dan mendekat ke pintu, seolah itu benar-benar terjadi.

    Tanpa ibu dan ayah sadari, permainan imajinasi bermanfaat untuk kemampuan bahasa dan menambah kosakata anak.

    3. Belajar memecahkan masalah ringan

    Tahukah ibu, kalau permainan yang mengasah imajinasi anak membuat si kecil belajar tentang sebab akibat? 

    Ambil contoh, anak bermain dokter-dokteran dan berperan sebagai dokter.

    Melalui permainan peran ini, anak akan belajar bahwa saat badan sakit harus berobat ke dokter agar sembuh. 

    Permainan imajinasi juga memacu kemampuan kognitif anak untuk berkembang. Otaknya akan bekerja untuk mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan tepat.

    Tidak perlu yang sulit-sulit, misalnya anak memecahkan masalah boneka yang menjadi pasien dan memilih sirup sebagai pengobatan.

    Anak akan berpikir bahwa obat sirup lebih familier daripada tablet karena pengalamannya pernah minum suplemen dalam bentuk cair.

    Jenis permainan yang mengasah imajinasi anak

    kisah anak autisme

    Setelah mengetahui manfaatnya, sekarang orangtua perlu mengetahui jenis-jenis permainan yang bisa mengasah fantasi anak.

    Tidak perlu khawatir, permainan ini sangat sederhana dan bisa ibu dan ayah lakukan dengan barang yang ada di rumah.

    1. Bermain peran

    “Ibu, sekarang jadi kasir, ya. Adik jadi yang pelanggan yang berbelanja,” mungkin ibu pernah mendengar ucapan itu dari si kecil.

    Biasanya, anak usia 2 tahun sudah mulai senang bermain peran yang melibatkan orang lain, entah itu adik, kakak, ibu, ayah, atau boneka yang ada di sebelahnya. 

    Kemampuan anak meniru peran-peran ini bisa dari kebiasaan atau sesuatu yang pernah ia lihat dan orangtua tidak menyadarinya.

    Saat anak bermain peran, ia sedang menyelami daya imajinasi dan ingatannya dengan sangat detail.

    Ini yang membuatnya mampu menirukan sesuatu yang pernah dilihat.

    Berdasarkan penelitian dari Child Psychiatry & Human Development, anak-anak yang orangtuanya ikut bermain peran cenderung lebih bahagia.

    Selain itu, kecil kemungkinan anak mengalami gangguan kecemasan atau depresi.

    2. Menyusun balok

    Permainan yang satu ini tidak hanya mengasah imajinasi anak, tetapi juga konsentrasinya. 

    Lewat mainan balok susun, anak bisa membentuk apa saja yang ia inginkan. 

    Ia bisa membuat gedung tinggi, sekolah, rumah, sampai kandang hewan peliharaannya.

    Saat menyusun balok, anak belajar fokus agar bangunan tidak goyang dan jatuh.

    Terlebih lagi, balok susun memiliki berbagai warna yang menarik perhatian anak.

    Warna-warna tersebut juga bisa menjadi sarana anak untuk lebih mengenal beragam jenis corak dan motif.

    3. Membaca buku cerita

    Lewat permainan kata-kata, ibu dan ayah bisa melatih imajinasi anak. Ambil contoh, mendongeng lewat buku cerita.

    Saat membacakan buku, ibu bisa menyesuaikan intonasi dengan perasaan atau alur cerita.

    Gunakan ekspresi wajah untuk mengenalkan berbagai jenis emosi yang ada dalam diri untuk mengasah perkembangan emosi anak.

    Emosi tersebut mulai dari sedih, senang, kecewa, kesal, sampai geli.

    Bahkan, akan lebih seru lagi bila ibu memakai selimut atau bantal di rumah sebagai sarana bercerita dengan si kecil.

    Selain lewat permainan di atas, imajinasi anak bisa bermain dengan media sederhana seperti selimut, bantal, atau bahkan mangkuk yang ada di rumah.

    Jadi, untuk melatih imajinasi anak, tidak perlu membeli media yang sulit-sulit. Ibu dan ayah bisa memanfaatkan barang yang ada.

    Saat anak sedang asyik bermain, ada baiknya ibu atau ayah ikut terlibat secara penuh tanpa memegang ponsel.

    Ini bisa membuat anak merasa nyaman dan mendapat perhatian penuh dari orangtuanya.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 03/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan