Otak manusia lebih mudah berubah saat masih kanak-kanak. Kondisi ini disebut juga dengan plastisitas otak. Itulah mengapa anak kecil biasanya lebih cepat memahami pelajaran daripada orang yang sudah tua. Dengan memanfaatkan plastisitas otak, Anda bisa mendidik anak menjadi orang yang cerdas. Untuk lebih jelasnya, yuk, simak pembahasan berikut.
Apa itu plastisitas otak?
Bukan berarti otak terbuat dari plastik, maksud dari plastisitas otak adalah kemampuan otak untuk berubah dan merespon stimulus yang diberikan.
Plastisitas otak dikenal juga dengan istilah neuroplastisitas. Menurut definisi dari Sarrasin dan rekan-rekannya, neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk memodifikasi koneksi sarafnya melalui pembelajaran.
Mengutip situs Apraxia Kids, otak dapat berubah strukturnya karena dipengaruhi oleh rangsangan atau stimulus dari luar.
Plastisitas otak tidak selalu berarti perubahan ke arah yang positif. Perubahan struktur otak ini dapat berarti peningkatan atau penurunan dalam hal-hal berikut:
- koneksi antar neuron dan jenis utama sel otak,
- jumlah dan ukuran sel yang mendukung neuron, dan
- suplai darah ke sel-sel otak.
Perubahan struktur otak dapat terjadi sejak dalam kandungan yang dipengaruhi oleh faktor susunan genetis dan zat-zat yang diserap oleh ibu saat hamil.
Setelah bayi lahir, perkembangan otak dan sensori anak terus berlanjut dengan sangat pesat. Di masa ini, stimulus dari lingkungan juga sangat berpengaruh.
Bagaimana memanfaatkan plastisitas otak agar anak menjadi cerdas?
Memberikan stimulus/rangsangan yang tepat sejak dini dapat mendukung perkembangan otak anak menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pengasuhan yang tepat.
Pendidikan bukan berarti hanya diperoleh di sekolah. Pendidikan dari orangtua yang justru memegang peranan lebih penting, terutama pada anak usia 1 sampai 5 tahun.
Mengutip situs Early Childhood Education, berikut ide-ide stimulus yang bisa Anda coba untuk mendukung plastisitas otak si kecil.
1. Untuk anak balita
Anda dapat memanfaatkan plastisitas otak untuk mengembangkan kecerdasaan anak di usia balita. Berikut ide-ide kegiatan yang bisa dilakukan.
- Membuat kolase dengan kertas, gunting, dan lem. Tujuannya untuk membantu mengembangkan keterampilan motorik halus dan menggunakan kreativitas anak.
- Membangun benteng selimut atau rumah-rumahan. Tujuannya untuk mendorong si kecil berimajinasi dan memecahkan masalah.
- Beraktivitas fisik seperti lempar tangkap bola, melompat, berlari, dan meregangkan tubuh. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar pada balita Anda.
- Mendengarkan musik dan radio yang ramah anak. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan bahasa dan komunikasi dengan cara yang menyenangkan.
2. Untuk anak usia prasekolah
Kegiatan untuk anak usia prasekolah dapat dibuat untuk mempersiapkannya masuk ke sekolah formal. Dengan memanfaatkan plastisitas otak anak, cobalah aktivitas berikut.
- Bermain game seperti berdandan, berpura-pura, petak umpet, atau menebak benda di sekitar. Tujuannya untuk melatih imajinasi dan kreativitas anak.
- Bermain dengan bahan sensorik seperti playdough. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak dan melatih kreativitasnya.
- Bermain teka-teki atau puzzle. Tujuannya untuk membantu anak berpikir kritis dan memecahkan masalah.
- Melakukan tugas-tugas rumah tangga sederhana bersama-sama seperti memasak, berkebun, dan menjemur pakaian. Tujuannya untuk mengajari anak-anak tentang kerja tim dan membangun kepercayaan dirinya.
- Ajak anak untuk ikut di kegiatan di luar rumah seperti play group, perpustakaan, dan sebagainya. Tujuannya agar anak berada di lingkungan yang mendukung kecerdasannya.
Hal-hal yang perlu diwaspadai terhadap plastisitas otak
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, neuroplastisitas tidak selalu berarti baik. Bila menerima stimulus atau rangsangan yang negatif, otak justru dapat berubah ke arah yang lebih buruk.
Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk memerhatikan stimulus apa yang diterima oleh anak. Jangan sampai mereka memperoleh rangsangan negatif dari orangtua dan lingkungan.
Memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil juga sangat penting untuk mendukung plastisitas otaknya. Salah satu hal yang perlu diwaspadai adalah potensi anemia defisiensi besi, yang bisa berdampak negatif pada perkembangan plastisitas otak anak.
Pastikan anak terhindar dari risiko anemia defisiensi zat besi yang terjadi akibat kekurangan asupan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
Hal ini penting mengingat bahwa anemia defisiensi zat besi dapat mengganggu perkembangan otak, sehingga menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan memori yang memengaruhi kemampuan belajar anak.
Oleh karena itu, optimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan memberikan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C.
Kombinasi zat besi dan vitamin C dapat memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh, sehingga dapat mencukupi kebutuhan zat besi harian anak dan mendukung perkembangan kognitifnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]