Usia dini pada anak ada di rentang 0-5 tahun. Rentang usia tersebut sangat berperan dalam tumbuh kembang anak. Mengapa demikian? Pada usia 0-5 tahun, atau yang sering kita dengar dengan istilah golden age, adalah waktu dimana pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami peningkatan yang pesat.
Jika terdapat gangguan pertumbuhan maupun gangguan perkembangan di usia tersebut, dapat dideteksi dan ditangani lebih awal. Maka itu, penting bagi orangtua untuk memahami dampak gadget pada anak di masa pandemi.
Apa saja fase perkembangan pada usia dini?
Usia dini adalah fase awal perkembangan anak yang akan menentukan perkembangan pada fase selanjutnya.
Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu:
- motorik (motorik kasar dan halus),
- penglihatan,
- berbicara dan bahasa, serta
- sosial emosi dan perilaku.
Jika terjadi kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut, dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada rentang usia ini.
Hal yang menunjang perkembangan anak ini tidak lepas dari adanya rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh orang tua atau orang di sekitar anak.
Perkembangan tersebut bisa berupa stimulus penglihatan, perkataan, pendengaran, maupun perabaan.
Namun, di era pandemi ini, stimulus yang diberikan kepada anak terkadang tidak bersifat alamiah dari interaksi sosial yang ada, melainkan dengan memberikan gawai (gadget) untuk anak.
Bolehkah memberikan gadget untuk stimulus anak?
Pemberian gawai pada usia dini sebenarnya dapat mempengaruhi stimulus yang diterima oleh anak.
Namun faktanya, 70% orangtua di Indonesia mengakui sudah memberikan gawai pada anak mereka mulai usia 6 bulan sampai 4 tahun.
Hal ini dilakukan agar orangtua dapat sambil melakukan pekerjaan rumah tangga. Sementara 65% orangtua melakukan hal yang sama agar anak tidak rewel saat berada ditempat umum.
Kondisi ini perlu diantisipasi oleh orangtua agar anak tidak sampai masuk dalam kondisi Screen Dependency Disorder (SDD), tentunya dengan pemberian arahan dan pendampingan yang tepat dari orang tua.
Apa itu Screen Dependency Disorder (SDD)?
Screen Dependency Disorder (SDD) adalah suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kecanduan gawai yang tidak terkendali dan dapat menimbulkan gangguan pada perilaku, kognisi, dan sosial.
SDD dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kondisi sebagai berikut.
- Kecanduan terhadap penggunaan internet dan game internet.
- Kecanduan terhadap penggunaan teknologi lainnya.
- Kecanduan terhadap telepon genggam.
- Kecanduan jejaring sosial atau bermain media sosial.
Kenapa orangtua perlu membatasi penggunaan gadget pada anak?
World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak dibawah usia 5 tahun tidak menghabiskan waktu menggunakan gawai lebih dari satu jam sehari.
Selain itu, tidak disarankan sama sekali untuk anak dibawah 1 tahun menggunakan gawai dalam kesehariannya.
Anak-anak sangat direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik dan waktu tidur yang cukup sesuai usianya.
Jika dibiarkan, anak-anak yang menggunakan gawai lebih dari porsinya berpotensi memiliki pola hidup sedenter, yaitu kondisi dimana anak cenderung menjadi lebih sering diam.
Pola hidup sedenter ini berisiko membuat anak mengalami obesitas dan berpotensi menimbulkan penyakit gangguan metabolisme dikemudian hari.
Kondisi-kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian pada akhirnya.
Direktur jendral WHO, Tedros Adhanoom, menyampaikan bahwa “Periode perkembangan anak di usia dini cukup pesat sehingga membutuhkan penyesuaian pola hidup dari keluarga untuk mengoptimalkan kesehatannya”.
Sementara menurut Profesor Glen Steele, seorang ahli kesehatan mata anak di Amerika, perkembangan kemampuan penglihatan anak dimulai saat seorang anak lahir.
“Ketika seorang bayi melihat orangtua sedang mengamati suatu objek dan mengikuti pandangan orangtuanya ke objek tersebut pada usia 12 bulan, mereka akan dapat mengidentifikasi 335 kata pada usia 18 bulan”, ujar Profesor Glen Steele.
Masih menurut Profesor Glen Steele, saat anak tidak mengikuti pandangan orang tua, mereka hanya akan dapat mengidentifikasi 197 kata pada usia 18 bulan.
Hal tersebut menggambarkan begitu pentingnya interaksi orangtua dengan anak.
Apa dampak jika anak sering bermain gadget di masa pandemi?
Dr. Steele menambahkan beberapa gangguan yang dapat timbul pada anak jika membiarkannya terlalu asik dengan gawai melebihi batas waktu yang direkomendasikan WHO.
Hal ini bisa membuat anak mengalami berbagai kondisi berikut.
- Kesulitan menulis karena kemampuan motoriknya tidak terasah.
- Kurang berkembangnya kosa kata dan komunikasi melalui kontak mata.
- Terjadi gangguan perkembangan akibat penggunaan gawai berlebihan yang berisiko menimbulkan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian.
- Berkurangnya kemampuan anak dalam keputusan.
- Anak mengalami gangguan mental.
- perkembangan otak anak terganggu (demyelinisasi) yang dibuktikan dari hasil pemeriksaan pemindai otak (brain scan).
Pada survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2020, sekitar 79% anak menggunakan gawai selama pandemi selain untuk belajar.
Hal ini dikarenakan anak-anak yang pada umumnya senang bermain akan memanfaatkan momen ini untuk menyalurkan kegemaran mereka.
Selain itu, KPAI menyoroti penggunaan gadget pada anak usia 5 tahun terus mengalami peningkatan dari 38% pada tahun 2011 menjadi 72% pada tahun 2013.
Kemudian meningkat menjadi 80% pada tahun 2015. Tren peningkatan penggunaan gawai yang tidak terkontrol ini tentunya akan menyebabkan berbagai gangguan yang fatal pada anak.
Gangguan tersebut meliputi masalah pada perkembangan psikologis dan gangguan kesehatan mata. Jadi, sangat penting bagi orang tua untuk lebih bijak dalam pemberian gawai ke anak-anaknya.
The Journal of the International Child Neurology Association merekomendasikan kegiatan berupa latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan otak anak.
Cara ini juga dapat membuat anak menghindari penggunaan gawai sehingga meminimalisir dampak gadget pada anak di masa pandemi
Bukan hanya itu, cara lain yang dapat membantu mengurangi penggunaan gawai pada anak diantaranya adalah edukasi terhadap orangtua mengenai kesehatan otak pada anak.
Orangtua yang mengerti tentang kesehatan otak pada anak akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukan berbagai upaya stimulasi. Hal ini bertujuan agar perkembangan otak anak menjadi lebih baik.
Stimulasi yang optimal sangat dibutuhkan pada anak terutama di rentang usia 0- 5 tahun dengan upaya berikut.
- Stimulasi visual (penglihatan) dengan mengenalkan bentuk, warna, dan sebagainya.
- Stimulasi verbal (bicara) dengan mengajari kosakata.
- Stimulasi auditif (pendengaran) dengan memberikan suara atau mengajak bicara.
- Taktil (sentuhan) dengan cara melakukan permainan yang sesuai dengan usia anak guna mengoptimalkan perkembangannya.
Stimulasi-stimulasi tersebut dapat diterapkan berdasarkan usia anak Anda.
Jadi, bagaimana solusinya untuk para orang tua?
Tumbuh kembang anak sejatinya menjadi tanggung jawab kita bersama guna memiliki pemimpin yang berkualitas demi terciptanya bangsa yang besar dan bermartabat. Seperti halnya waktu, usia anak juga tidak dapat diputar kembali.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui cara terbaik untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal terutama pada usia 0-5 tahun yang merupakan periode golden age.
Stimulus atau rangsangan yang tidak alamiah akan mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.
Pada era yang sangat dinamis ini, dimana teknologi semakin bertumbuh pesat, orang tua dihadapi oleh berbagai permasalahan anak yang sudah mulai mengenal gawai.
Pendampingan orang tua dirasa sangat perlu agar anak dapat menggunakan teknologi sesuai ‘dosis’-nya. Sebagai orang tua, tentu tidak ingin anak Anda mengalami gangguan fungsi sosial bahkan terganggu kecerdasannya, bukan?
Mengingat kemungkinan dampak gadget pada anak di masa pandemi, maka penggunaan gawai pada anak di usia golden age perlu ditinjau ulang.
Jika memang kondisinya tidak memungkinkan, pengaturan durasi (screen time) dibawah 1 jam sesuai rekomendasi WHO menjadi kunci utama agar anak-anak kita dapat tetap tumbuh dan berkembang dengan baik.
[embed-health-tool-vaccination-tool]