backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Disgrafia, Ketika Anak Memiliki Gangguan Kemampuan Menulis

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 13/09/2021

Disgrafia, Ketika Anak Memiliki Gangguan Kemampuan Menulis

Ada berbagai jenis gangguan belajar pada anak yang perlu orangtua ketahui. Sebut saja, gangguan membaca (disleksia), gangguan menghitung (diskalkulia), gangguan motorik (dispraksia), hingga gangguan menulis (disgrafia). Apa penyebab disgrafia pada anak? Bisakah orangtua mencegah kondisi ini? Berikut penjelasan lengkapnya.

Apa itu disgrafia?

Mengutip dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke, disgrafia adalah kelainan saraf anak yang membuatnya tidak bisa menulis.

Umumnya, gangguan belajar ini akan muncul saat anak pertama kali berkenalan dengan huruf dan tulisan. 

Kesulitan yang sering ia alami seperti:

  • menulis tangan, 
  • menyusun kalimat,
  • menggunakan tanda baca dan tata bahasa, 
  • mengeluarkan ide sederhana dalam bentuk tulisan, bahkan
  • menggenggam alat tulis.

Anak dengan kondisi disgrafia sering merasa stres dan mengalami gangguan kecemasan ketika seseorang memintanya menulis.

Mengutip dari Smart Kids Learning with Learning Disabilities, anak-anak dengan gangguan belajar lain, seperti disleksia dan ADHD, juga bisa menderita disgrafia.

Namun, anak dengan kondisi ini biasanya tidak memiliki masalah perkembangan sosial atau akademis. 

Gejala dan tanda disgrafia

Melansir dari laman Understood, tanda dan gejala utama dari kondisi ini adalah tulisan tangan yang sangat buruk dan susah Anda baca. 

Selain itu, ada tanda dan gejala disgrafia lainnya yang perlu orangtua pahami, seperti:

  • memegang alat tulis dengan canggung,
  • koordinasi motorik halus yang buruk,
  • bentuk huruf yang tidak konsisten, 
  • pengucapan baik tetapi sulit saat menulis, 
  • urutan dan susunan kata yang kurang tepat, dan
  • cepat lelah dan tangan sakit saat menulis.

Bila anak yang berusia lebih dari 6 tahun mengalami hal di atas, segera konsultasikan ke dokter anak atau psikolog.

Mengutip dari Pedoman Pelayanan Medis IDAI, orangtua bisa melakukan skrining saat anak berusia 6 tahun. 

Untuk anak kurang dari 6 tahun atau usia prasekolah, ahli baru bisa menilai secara kasar bahwa anak nantinya akan mengalami gangguan belajar, seperti disgrafia.

Walau penilaian anak usia kurang dari 6 tahun masih gambaran awal atau kasar, orangtua sudah perlu melatih anak dalam belajar menulis.

Penyebab disgrafia

Ada dua faktor yang menjadi penyebab dispraksia, berikut penjelasannya.

Kesulitan mengingat 

Melansir dari laman International Dyslexia Association, peneliti menemukan hubungan ortografi dalam memori dengan kemampuan menulis tangan sebagai penyebab disgrafia.

Ortografi adalah sistem penulisan pada bahasa yang diucapkan.

Artinya, penyebab disgrafia yaitu kesulitan anak menyimpan kata-kata yang tertulis dan ia baca ke dalam memori, untuk anak tulis kembali.

Ambil contoh kasus, anak lancar membaca tulisan “hati-hati di jalan” atau “dorong” pada pintu minimarket.

Namun, otak tidak mampu mengingat dan menyimpan memori kata ‘dorong’ atau huruf ‘d-o-r-o-n-g’. 

Masalah belajar lain

Penyebab disgrafia tidak bisa berdiri sendiri karena bisa terpengaruh oleh masalah belajar lain.

Sebagai contoh, anak sulit mengeja huruf dan kata karena disleksia atau tulisan tangan buruk karena gangguan motorik (dispraksia).

Umumnya anak dengan disgrafia tidak memiliki masalah dengan motorik kasar, tetapi kesulitan dalam motorik halus. 

Hal ini karena kemampuan anak menggenggam dan menjepit pensil dengan telunjuk dan jempol termasuk ke dalam motorik halus.

Apakah ada faktor yang meningkatkan risiko disgrafia?

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko anak mengalami kesulitan menulis, yaitu:

Umumnya, anak dengan kondisi di atas bisa mengalami disgrafia. Namun, gangguan kemampuan menulis ini bisa hadir sendiri, tanpa dipicu oleh masalah lain.

Bagaimana mendiagnosis disgrafia?

Mengutip dari Spled, ada beberapa tes untuk mendiagnosis gangguan belajar pada anak yang satu ini.

  • Tes menulis mencakup tata bahasa, ejaan, tanda baca.
  • Pemilihan kosakata dan penggunaan kata.
  • Keterampilan motorik halus ketika menggenggam alat tulis.

Ahli yang bisa melakukan pemeriksaan atau tes ini adalah psikolog pendidikan, dokter anak spesialis tumbuh kembang, sampai fisioterapis. 

Hal ini karena gangguan menulis tidak hanya tentang kemampuan bahasa dan kata, tetapi juga kemampuan otot pergelangan tangan.

Pengobatan disgrafia

Ada beberapa cara mengobati disgrafia, mulai dari belajar membentuk huruf sampai menguatkan otot tangan. Berikut beberapa yang bisa orangtua lakukan.

Terapi

Anda bisa melakukan terapi ke psikolog pendidikan anak atau fisioterapis untuk membantu si kecil yang mengidap disgrafia.

Terapis akan melakukan serangkaian latihan untuk melatih kemampuan motorik halus anak.

Biasanya, anak akan melakukan terapi fisik untuk membantu posisi lengan dan postur tubuh saat menulis. 

Beberapa sekolah menyediakan terapi jenis ini, tetapi bukan tidak mungkin Anda mendapatkan di luar sekolah dengan biaya sendiri.

Latihan di rumah

Biasanya setelah melakukan terapi bersama fisioterapis, mereka akan meminta anak untuk latihan rutin di rumah.

Mengutip dari International Dyslexia Association, ada beberapa kegiatan yang bisa orangtua lakukan untuk melatih anak dengan dispraksia.

Aktivitas membentuk huruf

  • Bermain dengan tanah liat untuk memperkuat otot tangan.
  • Menghubungkan titik menjadi huruf yang utuh untuk meningkatkan motorik halus.
  • Menyalin tulisan kata per kata.
  • Menulis huruf yang bisa anak baca.

Merangkai kata 

Setelah anak belajar membentuk huruf, anak mulai mengembangkan kemampuan penulisan dengan urutan huruf alfabet yang berbeda setiap harinya.

Untuk memudahkan anak dalam menulis dan merangkai cerita, berikut beberapa langkahnya.

  • Menuliskan apa yang anak ucapkan.
  • Orangtua membacakan cerita, lalu anak menuliskannya.
  • Bila anak memiliki masalah pada kemampuan tulis tangan dan mengeja, orangtua bisa menyebutkan kata tersebut dengan ejaan.

    Sebagai contoh, orangtua membacakan kalimat “ikan berenang di kolam” dengan penggalan kata, “i-kan be-re-nang di ko-lam”.

    Bila masih sulit, uraikan huruf per huruf seperti “i-k-a-n b-e-r-e-n-a-n-g d-i k-o-l-a-m”.

    Tidak perlu terlalu lama untuk melatih anak menulis, cukup 10-15 menit setiap hari agar si kecil tidak merasa bosan.

    Bila anak terlihat menikmati saat belajar, Anda bisa melakukan lebih sering, misalnya dua kali setiap hari.

    Apakah ada cara untuk mencegah disgrafia?

    Untuk mencegah gangguan kemampuan menulis pada anak, orangtua perlu melatih motorik halus dan mengenalkan huruf pada si kecil sedini mungkin.

    Bisa sejak bayi, atau usia satu tahun. Beberapa cara yang bisa orangtua lakukan seperti:

    • mengenalkan huruf memakai flash card,
    • memberikan alat tulis seperti buku dan pensil, dan
    • membacakan dongeng untuk menambah kosakata anak.

    Peran orangtua sangat penting untuk membangun mental anak agar ia tidak minder dan berkecil hati dengan kondisi ini. 

    Bila anak merasa terpuruk dan minder, tidak perlu memberi nasihat. Cukup orangtua hadir mendengarkan ceritanya. 

    Anda bisa mulai latihan lagi ketika anak sudah tenang.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 13/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan