backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Klortalidon

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 11/11/2022

Klortalidon

Klortalidon atau chlorthalidone merupakan obat untuk mengontrol hipertensi, edema, dan diabetes insipidus. Penggunaan obat ini harus sesuai pengawasan dokter.

Golongan obat: antihipertensi

Merek dagang klortalidon: – (belum tersedia di Indonesia)

Apa itu obat klortalidon?

Klortalidon adalah obat untuk mengatasi hipertensi dan retensi cairan, yang disebabkan oleh penyakit jantung. Klortalidon termasuk ke dalam golongan thiazide diuretics.

Cara kerjanya yaitu memengaruhi ginjal agar mengeluarkan cairan dan garam yang tidak diperlukan tubuh melalui urine. Berikut beberapa kegunaan dari obat ini.

  • Mengontrol tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Mencegah komplikasi hipertensi.
  • Mengatasi gagal jantung.
  • Mengurangi penumpukan cairan (edema) akibat penyakit ginjal atau hati.
  • Mengatasi diabetes insipidus, kondisi yang ditandai dengan volume urine terlalu banyak dan sering haus.

Dosis klortalidon

aturan pakai obat hipertensi klortalidon

Klortalidon merupakan obat diuretik yang dikonsumsi secara oral (diminum). Obat ini tersedia dalam bentuk tablet.

Berikut dosis penggunaan chlorthalidone menurut indikasinya.

Hipertensi

  • Dewasa: dosis awal 12,5–25 mg/hari, diberikan tanpa atau dengan obat antihipertensi lain. Dosis mungkin ditingkatkan menjadi 50 mg/hari jika diperlukan.
  • Anak: dosis menurut berat badan anak. Dosis awal 0,5–1 mg/kg, dikonsumsi setiap 48 jam. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 1,7 mg/kg dengan jarak waktu konsumsi 48 jam.
  • Lansia: dosis awal 6,25–12,5 mg/hari. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 25 mg/hari.

Diabetes insipidus

  • Dewasa: dosis awal 100 mg, dikonsumsi dua kali sehari. Dosis perawatan 50 mg/hari sesuai kondisi pasien.
  • Anak: dosis menurut berat badan anak. Dosis awal 0,5–1 mg/kg, dikonsumsi setiap 48 jam. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 1,7 mg/kg dengan jarak waktu konsumsi 48 jam.

Edema, termasuk yang berkaitan dengan gagal jantung

  • Dewasa: dosis awal 25–50 mg/hari, dapat diberikan dengan obat digitalis, ACE inhibitor, atau keduanya. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 100–200 mg dalam kasus yang parah. Dosis perawatan 25–50 mg/hari.
  • Anak: dosis menurut berat badan anak. Dosis awal 0,5–1 mg/kg, dikonsumsi setiap 48 jam. Dosis yang diberikan bisa lebih besar sesuai kondisi pasien, maksimal 1,7 mg/kg dengan jarak waktu konsumsi 48 jam.

Perlu diingat, dosis di atas tidak bisa dijadikan pedoman pasti dalam penggunaan obat. Untuk mendapatkan dosis yang sesuai dengan kondisi Anda, konsultasikan ke dokter.

Aturan pakai klortalidon

Chlorthalidone dikonsumsi dengan cara diminum. Obat ini dikonsumsi satu kali sehari setelah makan, lebih disarankan usai sarapan.

Gunakan obat sesuai dengan resep dokter. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis obat ini tanpa persetujuan dokter.

Pastikan Anda mengikuti petunjuk pada label resep. Dokter mungkin mengubah dosis untuk memastikan hasil yang terbaik dari pengobatan ini.

Perlu diingat, fungsi chlorthalidone yaitu mengontrol hipertensi, bukan mengobati. Jika kondisi Anda sudah membaik, tetap minum obat secara rutin.

Jangan menggandakan dosis obat jika Anda melewatkan dosis sebelumnya. Selalu minum obat pada waktu yang sama setiap hari.

Dalam menyimpan obat ini, ikuti petunjuk yang ada pada kemasan. Umumnya, obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauh dari cahaya langsung atau tempat lembap. 

Efek samping klortalidon

Seperti obat pada umumnya, konsumsi chlorthalidone dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Berikut beberapa efek samping yang umum terjadi.

  • Otot terasa lemah.
  • Kram.
  • Rasa haus.
  • Sakit pada perut.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Sakit kepala.
  • Rambut rontok.

Dalam beberapa kasus, penggunaan obat ini dapat memicu efek samping serius. Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami kondisi seperti:

  • sakit tenggorokan disertai demam,
  • perdarahan atau lebam tak biasa,
  • ruam parah disertai kulit yang mengelupas, dan 
  • sesak napas atau kesulitan menelan.

Efek samping pada setiap orang dapat berbeda. Jika Anda mengalami efek samping yang tidak disebutkan di atas, konsultasikan ke dokter.

Peringatan dan perhatian saat pakai klortalidon

Sebelum menggunakan obat, beberapa hal perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko yang mungkin ditimbulkan. Jika Anda hendak mengonsumsinya, sampaikan pada dokter soal hal-hal berikut.

  • Riwayat alergi terhadap klortalidon atau obat sejenis.
  • Obat resep atau nonresep yang sedang Anda konsumsi.
  • Pernah atau sedang mengidap diabetes, gout (asam urat), penyakit batu ginjal, penyakit liver, penyakit tiroid, dan gangguan paratiroid.
  • Sedang atau berencana untuk hamil atau menyusui.
  • Berencana menjalani operasi, termasuk operasi gigi.
  • Hendak melakukan aktivitas yang mengharuskan Anda terkena paparan cahaya matahari.

Nantinya, dokter akan mempertimbangkan apakah Anda boleh menggunakan obat ini atau tidak. Konsumsi obat tanpa izin dokter dapat berbahaya bagi Anda.

Apakah obat klortalidon aman untuk ibu hamil dan menyusui?

lapatinib untuk ibu hamil aman?

Berdasarkan data US Food and Drug Administration (FDA), obat ini masuk dalam kategori B. Ini berarti, belum ada temuan yang menunjukkan risiko penggunaannya pada ibu hamil.

Namun, penggunaan diuretik untuk mengatasi hipertensi dan edema pada ibu hamil sebaiknya dihindari.

Penggunaannya disebut meningkatkan risiko hipovolemia, yakni kondisi ketika volume darah dan cairan dalam tubuh berkurang secara drastis.

Selain itu, beberapa laporan juga menyebut bahwa penggunaan obat ini berkaitan dengan risiko:

  • masalah pada sumsum tulang janin,
  • trombositopenia (jumlah keping darah rendah), dan
  • jaundice pada janin atau bayi baru lahir.

Obat klortalidon juga dapat masuk ke dalam ASI. Kondisi tersebut bisa memengaruhi kesehatan bayi yang mendapatkan ASI.

Oleh sebab itu, saat sedang menyusui, Anda harus memilih antara meminum obat atau tetap memberikan ASI. Konsultasikan ke dokter untuk menentukan pilihan yang tepat.

Interaksi klortalidon dengan obat lain

Chlorthalidone dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain. Sampaikan pada dokter apabila Anda mengonsumsi obat-obatan seperti:

  • obat hipertensi lain seperti ACE inhibitor, ARBs, dan beta blocker,
  • obat diabetes,
  • digoksin, dan 
  • litium.

Daftar di atas mungkin tidak mencakup semua obat yang dapat berinteraksi dengan chlorthalidone. Maka dari itu, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum memakai obat ini.

Fakta seputar klortalidon

  • Merupakan obat untuk mengatasi hipertensi, edema, dan diabetes insipidus.
  • Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan dan garam yang tidak diperlukan tubuh lewat urine.
  • Dosis penggunaan berbeda pada setiap orang, tergantung penyakit dan usianya.
  • Tidak boleh digunakan dengan obat seperti obat diabetes, digoksin, dan lithium karena bisa memicu interaksi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 11/11/2022

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan