backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Efek Kokain Terhadap Otak dan Tubuh yang Harus Anda Ketahui

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 09/11/2020

    Efek Kokain Terhadap Otak dan Tubuh yang Harus Anda Ketahui

    Penyalahgunaan narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya) menjadi masalah besar bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi selain ganja adalah kokain. Kokain adalah obat stimulan kuat yang sangat adiktif. Seperti kebanyakan stimulan, zat satu ini dapat langsung memengaruhi fungsi otak penggunanya. Kecanduan jangka panjang dapat menyebabkan berbagai masalah fisik dan psikologis yang parah. Bahkan, zat satu ini juga bisa menyebabkan kematian. 

    Asal-usul kokain

    sakau narkoba heroin

    Kokain adalah stimulan kuat yang diekstraksi dari daun Erythroxylon coca atau yang lebih dikenal dengan daun koka. Daun ini banyak tumbuh di negara bagian Amerika Selatan, seperti Peru, Bolivia, dan Colombia. Selama berabad-abad lamanya, daun koka sering digunakan untuk mengatasi penyakit ketinggian dan meningkatkan energi di banyak suku asli Amerika Selatan. Di beberapa daerah terpencil Amerika Selatan, daun koka juga sering digunakan dalam upacara-upacara keagamaan.

    Tak hanya di negara-negara Amerika Selatan, Amerika Serikat juga menggunakan kokain sebagai tonik dan ramuan untuk mengobati berbagai macam penyakit pada awal 1900-an. Karena khasiatnya itulah, kokain menjadi senyawa yang sangat populer dan sering digunakan dalam obat-obatan, seperti pelega tenggorokan dan tonik. Bahkan, zat ini juga sempat menjadi bahan utama untuk salah satu merek minuman soda yang paling terkenal—meski kini akhirnya kandungan kokain sama sekali dihilangkan dari minuman tersebut.

    Sayangnya, khasiat kokain sering kali disalahgunakan. Beberapa orang menjual zat ini secara ilegal sebagai bubuk putih halus yang dimurnikan dan dicampur dengan zat lain seperti tepung maizena, bedak talek, atau gula. Beberapa orang juga ada yang mencampurnya dengan heroin atau amphetamine, dikenal sebagai speedball. Akibatnya, kasus kecanduan, perilaku psikotik, kejang, dan kematian pun meningkat. Akhirnya, pada tahun 1914, Harrison Narcotics Tax Act Amerika Serikat melarang penggunaan zat ini dalam produk yang dijual bebas dan membuatnya hanya tersedia dengan resep dokter.

    Sebagai obat yang dimurnikan, kokain masuk ke dalam salah satu zat yang paling sering disalahgunakan selama lebih dari 100 tahun.

    Jenis-jenis kokain

    gejala sakau narkoba sabu

    Ada dua jenis kokain, di antaranya:

    • Garam hidroklorida. Narkoba jenis ini ditambahkan asam untuk menetralisasi dan membentuk zat garam. Itulah sebabnya narkoba jenis ini berbentuk bubuk kristal putih, memiliki sifat larut dalam air, dan terasa agak pahit. Cara penggunaannya bisa dihirup atau disedot melalui hidung, disuntik ke pembuluh darah, diminum langsung, atau digosokkan ke gusi. Dibandingkan dengan  freebase, narkoba jenis ini membutuhkan waktu lebih lama agar pemakainya merasakan sensasi euforia, “nge-fly”, atau bahagia berlebihan. Nama jalanan untuk narkoba jenis ini adalah blow, coke, flake, C, dan snow.
    • Freebase. Ketika bubuk garam hidroklorida diproses menjadi zat yang bisa diisap, hal ini dinamakan freebase, atau dalam istilah jalanan disebut sebagai crack. Disebut crack karena ketika dipanaskan, kristal kokain membuat suara berderak seperti ‘crack’. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 detik agar pemakai merasakan merasakan sensasi “nge-fly” setelah menghirup freebase. Hal inilah yang menjadikan freebase sangat berbahaya.

    Efek kokain dapat langsung terasa meski hanya dikonsumsi sedikit

    Kokain adalah stimulan kuat yang memengaruhi fungsi otak. Inilah sebabnya kokain dapat mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran, dan perilaku pemakainya. Efek kokain biasanya akan muncul segera setelah seseorang menggunakannya. Bahkan, dosis kecil saja (kurang dari 100 miligram) dapat membuat pemakainya merasa merasa segar, gembira, bersemangat, banyak bicara, serta percaya diri dalam waktu singkat. Beberapa orang yang menggunakan zat ini juga mengaku merasa bahwa pancainderanya lebih sensitif terhadap rangsangan.

    Zat satu ini bisa digunakan dengan berbagai cara, mulai dari suntikan, dihirup, diisap, dan oral (diminum langsung). Seberapa intens efek yang akan dirasakan tubuh dan seberapa lama efek tersebut dirasakan sebenarnya bergantung pada metode yang digunakan penggunanya. Misalnya, kokain yang dihirup efeknya tidak se-intens yang diisap. Namun, kokain yang dihirup dapat bertahan lebih lama dibanding kokain yang diisap. Kokain yang dihirup dapat bertahan selama 15 sampai 30 menit, sementara kokain yang diisap hanya bertahan 5 sampai 10 menit.

    Semakin cepat obat diserap ke dalam aliran darah, maka semakin intens efeknya, dan semakin pendek pula efek tersebut bertahan lama. Nah, karena inilah, banyak orang yang ingin terus menggunakan zat ini agar bisa merasakan efeknya terus-terusan.

    Efek zat ini pada tubuh penggunanya

    efek narkoba pada otak

    Kokain adalah narkotika yang paling berbahaya karena daya adiktifnya sangat tinggi. Di Amerika Serikat, kokain atau kokaina digolongkan dalam obat Schedule II, artinya memiliki potensi tinggi untuk disalahgunakan, tetapi juga dapat diberikan untuk tujuan medis yang sah, seperti obat bius lokal.

    Sementara di Indonesia, zat ini masuk dalam senyawa NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) golongan I. Obat-obatan yang masuk dalam narkotika golongan I  hanya digunakan untuk tujuan penelitian dan ilmu pengetahuan.

    Sedikit saja penggunaan zat ini sudah bisa mengacaukan kadar zat kimia alami dalam otak yang disebut dopamin. Produksi dopamin secara berlebihan dapat menyebabkan rasa gembira berlebihan dan sensasi melayang-layang (high). Biasanya sensasi tersebut diikuti dengan gejala seperti di bawah ini.

  • Napas memburu atau terengah-engah
  • Insomnia, tidak bisa diam, dan gelisah
  • Nafsu makan hilang
  • Detak jantung jadi lebih cepat
  • Tekanan darah naik
  • Suhu tubuh meningkat (hipertermia)
  • Sensitivitas luar biasa terhadap sentuhan, suara, dan penglihatan
  • Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, hal tersebut dapat menyebabkan kecanduan. Semakin banyak Anda menggunakan zat ini, maka otak Anda juga akan semakin beradaptasi dengannya. Akibatnya, Anda perlu dosis yang lebih kuat untuk merasakan efek yang sama. Nah, inilah yang berbahaya karena dapat menyebabkan overdosis.

    Dosis yang lebih kuat dan lebih sering juga dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada senyawa kimia di dalam otak Anda. Tubuh dan pikiran Anda mulai bergantung pada zat ini. Lambat laun, zat ini dapat membuat Anda kesulitan untuk berpikir jernih, tidur, dan atau sekadar mengingat sesuatu. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh pecandu zat ini adalah:

    • Sakit kepala parah
    • Masalah mental seperti depresi, gangguan kecemasan, halusinasi, dan lain sebagainya
    • Kejang
    • Penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke
    • Suasana hati yang berubah-ubah tanpa sebab yang jelas
    • Masalah seksual
    • Kerusakan paru-paru
    • HIV atau hepatitis jika digunakan dengan cara suntik
    • Pembusukan usus jika dikonsumsi secara oral
    • Gangguan penciuman, mimisan, hidung berair, dan kesulitan menelan, jika digunakan dengan cara dihirup

    Dalam kasus yang parah, kematian mendadak juga  dapat terjadi akibat serangan jantung, kejang, dan henti napas. Risiko ini umumnya lebih rentan dialami jika seseorang menggunakan kokain bersamaan dengan alkohol.

    Jika Anda, keluarga, atau teman Anda mengalami kencanduan zat ini, jangan ragu untuk membawanya ke dokter. Jika perlu, Anda juga bisa mengunjungi rumah sakit khusus yang memiliki fasilitas rehabilitasi ketergantungan obat. Semakin cepat orang yang kecanduan zat ini diobati, maka peluang seseorang sembuh pun semakin tinggi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 09/11/2020

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan