Berbagai kanker getah bening seringkali diobati dengan terapi pengobatan menggunakan chlorambucil. Bagaimana dosis penggunaannya dan apakah ada efek samping serius yang terjadi selama menerima pengobatan ini? Simak penjelasannya di bawah ini.
Golongan obat: kemoterapi sitotiksik
Merek dagang chlorambucil: Leukeran (belum tersedia/teregistrasi di Indonesia)
Apa itu chlorambucil?
Chlorambucil atau klorambusil adalah obat untuk mengobati leukemia limfositik kronis dan penyakit getah bening, seperti limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, serta jenis limfoma lainnya.
Klorambusil termasuk ke dalam kelompok obat sitotoksik yang disebut juga sebagai agen alkilasi. Kelompok obat ini bekerja dengan mengganggu pertumbuhan sel kanker.
Sel kanker lalu dihancurkan sehingga tidak dapat berkembang ataupun menyebar ke jaringan tubuh yang lain.
Dokter mungkin juga akan menggunakan klorambusil pada kondisi yang belum tercantum di atas. Maka dari itu, Anda harus tetap menggunakannya sesuai dengan rekomendasi dokter.
Dosis klorambusil
Dosis klorambusil berbeda pada tiap penyakit. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk patuhi dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Berikut ini dosis klorambusil pada masing-masing penyakit.
Limfoma Hodgkin
- Dewasa-oral: 200 mcg/kg setiap hari selama 4–8 minggu. Dosis harian tidak boleh melebihi 100 mcg/kg jika sumsum tulang menunjukkan infiltrasi limfosit atau hipoplastik. Setelah remisi tercapai, berikan dosis pemeliharaan sebanyak 30–10 mcg/kg setiap hari.
Limfoma non-Hodgkin
- Dewasa-oral: 100 mcg/kg setiap hari selama 4–8 minggu. Dosis harian tidak boleh melebihi 100 mcg/kg jika sumsum tulang menunjukkan infiltrasi limfosit atau hipoplastik. Dosis pemeliharaan diberikan jika remisi tercapai, sebesar 30–100 mcg/kg setiap hari.
Waldenstrom macroglobulinemia
- Dewasa-oral: awalnya, diberikan 6–12 mg setiap hari sampai terjadi penurunan jumlah sel darah putih. Kemudian, pasien diberikan dosis pemeliharaan sebanyak 2–8 mig setiap hari.
Leukemia limfositik kronis
- Dewasa-oral: 150 mcg/kg setiap hari hingga jumlah total leukositnya turun menjadi 10.000 sel/mm3. Dosis harian tidak boleh melebihi 100 mcg/kg jika sumsum tulang menunjukkan infiltrasi limfosit atau hipoplastik. Setelah remisi tercapai, pengobatan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 30–100 mcg/kg setiap hari.
- Dewasa-oral, alternatif: dosis tunggal, awalnya 400 mcg/kg. Dosis lalu ditingkatkan menjadi 100 mcg/kg pada setiap interval dosis 2 atau 4 minggu hingga jumlah sel darah putih meningkat (limfositosis).
Aturan pakai klorambusil
Karena klorambusil hanya tersedia dalam bentuk tablet, Anda dapat meminumnya melalui mulut dan ditelan dengan air (secara oral).
Anda harus meminum obat sesuai dengan yang direkomendasikan oleh dokter. Jangan mengambil lebih atau kurang dari dosis yang tertera pada etiket obat Anda.
Dokter kadang juga mengombinasikan klorambusil dengan obat-obatan tertentu. Untuk itu, pastikan Anda meminumnya pada waktu yang direkomendasikan dan jangan mencampurkan keduanya. Tanyakan pada dokter kapan waktu yang tepat untuk meminum masing-masing obat.
Apabila Anda melewatkan satu dosis obat, minumlah sesegera mungkin saat Anda ingat. Namun, jika ini terjadi mendekati waktu dosis berikutnya, abaikan dosis yang terlewat dan kembali ke dosis yang dianjurkan dokter.
Efek samping chlorambucil
Selama menjalani pengobatan dengan chlorambucil, akan ada efek samping yang diinginkan dan tidak diinginkan. Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami efek samping apa pun.
Efek samping umum
Terdapat efek samping umum yang mungkin akan ditemukan pada setiap pasien yang menerima pengobatan ini. Namun, sebagian kecil pasien bisa saja tidak merasakan efek samping tersebut.
Efek samping yang umum terjadi yaitu:
- demam,
- merasa tidak enak badan,
- menggigil dan gemetar,
- batuk dan sakit tenggorokan,
- sesak napas,
- diare,
- sering buang air kecil,
- mimisan,
- gusi berdarah,
- muncul bintik merah pada kulit,
- ruam kulit,
- pusing,
- wajah pucat, serta
- kelelahan dan tidak bersemangat.
Efek samping langka
Di samping efek samping umum, klorambusil juga dapat menimbulkan efek samping yang mungkin jarang terjadi. Sebagian kecil pasien mungkin dapat mengalami efek samping langka seperti:
- demam tinggi,
- kulit mengelupas atau melepuh,
- mulut atau mata terasa sakit,
- mengi,
- nyeri otot,
- lesi kulit merah,
- kejang,
- kaki atau tangan gemetar,
- gerakan tubuh yang tiba-tiba, serta
- mata merah karena iritasi.
Peringatan dan perhatian saat menggunakan klorambusil
Saat Anda memutuskan untuk mengonsumsi klorambusil, risiko selama terapi ini berlangsung juga perlu dipertimbangkan. Biasanya dokter juga akan memberi tahu Anda sebelum terapi dimulai.
Adanya masalah medis tertentu akan memengaruhi efek obat Anda. Untuk itu, pastikan Anda segera memberi tahu dokter saat mempunyai kondisi medis seperti:
- penyakit sumsum tulang,
- cedera kepala,
- riwayat kejang,
- asam urat,
- batu ginjal,
- infeksi,
- penyakit ginjal, misalnya sindrom nefrotik, dan
- penyakit hati.
Selama menerima terapi klorambusil, kemungkinan akan terjadi mual dan muntah. Maka dari itu, dokter juga meresepkan obat untuk mual dan muntah. Jangan menghentikan konsumsi obat tanpa sepengetahuan dokter.
Tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya reaksi kulit yang cukup serius dalam pengobatan ini. Segera periksakan ke dokter saat kulit Anda menunjukkan gejala berupa:
- kulit melepuh atau mengelupas,
- jerawat parah,
- ruam kulit,
- kulit tampak memerah,
- luka atau borok pada kulit, atau
- demam.
Anda tidak diperbolehkan untuk menerima vaksin tanpa persetujuan dari dokter. Ini karena klorambusil bisa menurunkan daya tahan tubuh dan terdapat kemungkinan Anda terkena infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Beri tahu juga orang-orang di rumah Anda untuk tidak menerima vaksin polio dulu, sebab virus polio dapat ditularkan ke orang yang sedang menerima terapi chlorambucil.
Anda pun harus menghindari orang yang sudah menerima vaksin polio dalam beberapa bulan terakhir. Agar lebih aman, gunakan masker untuk menutup hidung dan mulut.
Karena jumlah sel darah putih dalam darah dapat menurun dengan terapi chlorambucil, risiko Anda terinfeksi juga lebih besar. Rutin melakukan tes darah dapat mencegah terjadinya infeksi.
Kemungkinan Anda terinfeksi juga dapat diketahui dari gejala yang muncul. Gejalanya dapat berupa feses berwarna hitam dan lembek, adanya darah dalam urine atau feses, dan muncul bintik-bintik merah pada kulit Anda.
Jika dokter mendiagnosis Anda dengan penyakit infeksi, berhati-hatilah dan lakukan hal ini untuk mengurangi risiko infeksi yang lebih parah.
- Jangan menyentuh mata atau bagian dalam hidung kecuali Anda baru saja selesai mencuci tangan dan belum menyentuh apa pun.
- Harus lebih teliti saat menggunakan benda tajam, seperti pisau cukur, pisau dapur, dan pemotong kuku.
- Hindari olahraga yang dapat menyebabkan memar atau cedera.
- Berhati-hati saat menggunakan sikat gigi, tusuk gigi, atau benang gigi. Anda dapat menanyakan dokter gigi mengenai cara yang tepat untuk membersihkan gigi Anda.
Apakah chlorambucil aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Penggunaan chlorambucil selama masa kehamilan dapat membahayakan janin dalam kandungan, sebab menurut Food and Drug Administration (FDA), klorambusil termasuk kategori D.
Obat-obatan dalam kategori ini terbukti memiliki risiko terhadap janin. Jadi, sudah jelas kalau klorambusil berisiko menimbulkan dampak negatif pada janin Anda.
Untuk saat ini, memang belum diketahui pasti apakah chlorambucil dapat menembus plasenta atau tidak.
Namun, jika Anda sedang merencanakan kehamilan bersama pasangan, penting untuk bicarakan dulu dengan dokter sebelum menerima terapi.
Anda dan pasangan kemungkinan harus menunda kehamilan sampai terapi pengobatan betul-betul selesai.
Klorambusil juga dapat memasuki air susu ibu (ASI). Oleh karena itu, Anda harus mengonsultasikannya dengan dokter jika hendak menyusui sebelum terapi dilakukan.
Interaksi klorambusil dengan obat lain
Beberapa jenis obat memang tak boleh digunakan secara bersamaan karena dapat mengganggu efektivitas obat atau menimbulkan efek samping yang parah.
Namun, pada beberapa kasus, dokter dapat mengombinasikannya karena alasan tertentu.
Obat-obatan yang tidak dapat Anda gunakan bersamaan dengan chlorambucil yakni:
Selain itu, orang yang menjalani pengobatan dengan klorambusil sebaiknya juga tidak menerima vaksin:
- kolera,
- tetravalent dengue,
- polio,
- tifoid,
- demam kuning,
- influenza,
- adenovirus, dan
- BCG.
[embed-health-tool-bmi]