Arsenik merupakan zat kimia berbahaya yang dapat ditemukan dalam minuman atau makanan sehari-hari. Lantas, apa saja bahaya konsumsi makanan dan minuman mengandung arsenik? Simak jawabannya dalam ulasan berikut.
Apa itu arsenik?
Arsenik (arsenic) adalah unsur alami yang dapat ditemukan pada batuan, tanah, air, udara, tumbuhan, dan hewan. Senyawa kimia umumnya digunakan oleh petani sebagai pestisida, pupuk, dan pengawet untuk jenis kayu tertentu.
Manusia dapat terpapar arsenic melalui udara, air minum, dan makanan sehari-hari. Arsenik dapat ditemukan dalam produk gandum, sayur, buah-buahan, makanan laut, dan khususnya beras.
Zat kimia ini bukanlah racun yang sengaja ditambahkan ke dalam sumber pangan, dan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Unsur ini bisa diserap oleh tanaman saat mereka tumbuh, terlepas dari apakah mereka tumbuh di pertanian tradisional atau organik.
Umumnya, ada dua jenis arsenik yang sering ditemukan, yaitu organik dan anorganik.
- Arsenik organik: senyawa yang tidak terlalu beracun dan bisa ditemukan dalam makanan, seperti beras, ikan, dan kerang.
- Arsenik anorganik: sifatnya beracun sering kali ditemukan pada tanah, sedimen, dan sumber air tanah.
Bahaya arsenik untuk kesehatan
Efek racun arsenik biasanya muncul bila tubuh terpapar racun ini dalam dosis tinggi. Dalam jangka pendek maupun panjang, paparan zat kimia ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan sebagai berikut.
1. Gangguan pada sistem pencernaan
Mengonsumsi makanan atau minuman tinggi arsenik dalam jumlah banyak dapat menyebabkan berbagai gangguan pencernaan, seperti muntah, sakit perut, hingga diare.
Selain itu, konsumsi zat kimia ini dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan mikroba di dalam usus dan meningkatkan peradangan.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan hepatocellular carcinoma, yakni salah satu jenis kanker hati.
2. Meningkatkan risiko kanker
Mengutip WHO, minum air yang memiliki kandungan arsenic dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru dan kanker kandung kemih.
Jenis air minum yang tinggi arsenik biasanya berasal dari sumber air tanah.
International Agency for Research on Cancer (IARC) juga telah mengelompokkan arsenic sebagai zat karsinogenik yang berpotensi menyebabkan kanker pada manusia.
3. Meningkatkan risiko diabetes melitus
Mengonsumsi air yang mengandung arsenic yang tinggi juga dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus.
Studi ulasan yang diterbitkan dalam jurnal All Life mengungkapkan bahwa paparan arsenik dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.
Hal ini mengakibatkan munculnya reaksi peradangan dan meningkatkan risiko perkembangan diabetes tipe 1 atau tipe 2.
4. Meningkatkan risiko penyakit jantung
Minum air atau mengonsumsi makanan yang mengandung arsenic diketahui merupakan risiko penyakit jantung.
Hal ini karena, dalam jangka panjang, zat arsenik yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dapat menebalkan dinding jantung. Kondisi ini memicu terjadinya gagal jantung.
Namun, menurut studi dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Imaging risiko penebalan dinding jantung akibat paparan zat kimia ini lebih tinggi terjadi pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.
5. Menurunkan fungsi otak
Sebuah studi dalam jurnal Environment International, menunjukkan bahwa orang dewasa yang terkena paparan arsenik berat dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif.
Tidak hanya pada orang dewasa, anak-anak dan bayi juga memiliki risiko yang tinggi terkena efek bahaya zat kimia ini karena tubuh mereka lebih sensitif.
Paparan zat arsenic, baik dalam minuman atau makanan dapat menyebabkan menurunnya kecerdasan, gangguan perkembangan otak, dan masalah pada pertumbuhan.
Batas kadar arsenik pada makanan dan minuman
Beberapa badan pemerintahan AS telah mengatur batas kadar arsenik pada makanan, air minum, dan lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan efek racun dalam tubuh.
The Environmental Protection Agency (EPA) AS menetapkan batas maksimum arsenic dalam air minum sebesar 10 mikrogram per liter atau 10 ppb (part per billion/bagian per semiliar). Batasan ini juga berlaku untuk air minum botolan.
Sementara itu, tidak ada batas maksimum yang ditetapkan untuk sebagian besar jenis makanan. Namun, Food and Drugs Administration (FDA) telah mengusulkan batas maksimum untuk bahan makanan yang berpotensi mengandung banyak arsenic.
FDA menganjurkan batas maksimum arsenik anorganik dalam sereal beras sebesar 100 ppb. Mereka juga mengajukan batas maksimum arsenik anorganik pada jus apel sebesar 10 ppb.
Cara mencegah keracunan arsenik
Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah keracunan arsenik saat makan atau minum.
- Jika Anda memiliki sumur pribadi, periksa kandungan arsenik di dalam air minum. Batas maksimum arsenik dalam air minum sebesar 10 mikrogram per liter atau 10 ppb (part per billion/bagian per semiliar).
- Jika sumber air tanah memiliki kandungan arsenic tinggi, ganti dengan sumber air lainnya, seperti air hujan atau air permukaan yang telah diolah.
- Pasang sistem pembuangan arsenic.
- Konsumsi air mineral yang telah lolos uji BPOM.
- Cuci beras sebelum dimasak untuk mengurangi kandungan zat kimia berbahaya di dalamnya.
- Kurangi konsumsi makanan yang memiliki kandungan arsenic, seperti seafood atau gandum.
- Hindari memberikan susu beras atau rice milk pada bayi dan anak-anak.
- Cuci buah dan sayuran yang Anda konsumsi.
- Pastikan untuk memotong bagian akar dari buah dan sayuran sebelum di makan.
Jika Anda mengalami gejala pusing, muntah, urine berwarna gelap setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penganan yang lebih tepat.
Ringkasan
- Arsenik merupakan senyawa kimia yang terdapat di air, udara, tanah dan sering digunakan dalam pembuatan pestisida atau pengawet kayu.
- Zat kimia ini juga dapat ditemukan di dalam makanan, seperti beras, sayuran, buah-buahan, gandum, makanan laut, hingga air minum.
- Mengonsumsi zat kimia ini dalam dosis tinggi dan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan kanker, hingga menurunkan fungsi otak.
[embed-health-tool-bmi]