Sedot lemak (liposuction) yaitu cara instan menghilangkan timbunan lemak dalam tubuh. Metode ini juga sekaligus membantu memperbaiki bentuk tubuh. Meski terbilang aman, ada sejumlah efek samping dari sedot lemak. Simak selengkapnya di sini.
Efek samping sedot lemak
Sebagai salah satu operasi yang cukup serius, sedot lemak dapat memiliki sejumlah risiko dan efek samping. Metode menghilangkan lemak ini dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang pada kesehatan.
Itu sebabnya, Anda perlu bertanya kepada dokter untuk menjelaskan semua potensi dari bahaya sedot lemak. Di bawah ini beberapa risiko masalah kesehatan yang terjadi, baik pada saat maupun setelah prosedur sedot lemak dilakukan.
Risiko selama proses sedot lemak berlangsung
Pada saat sedot lemak dilakukan, ada berbagai kemungkinan masalah kesehatan yang dapat terjadi, di antaranya:
- cedera akibat organ dalam tertusuk alat penyedot,
- komplikasi anestesi,
- luka bakar dari alat operasi, seperti ultrasound probes,
- kerusakan saraf, hingga
- syok.
Bahkan, liposuction juga memiliki risiko kematian meski kasusnya cukup jarang. Kematian akibat sedot lemak berpotensi terjadi ketika jenis anestesi yang dilakukan yaitu lidocaine dan dicampur ke cairan infus.
Lidocaine dapat menurunkan denyut jantung sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Selain itu, suntikan cairan yang diberikan dalam jumlah banyak berisiko menyebabkan penumpukan cairan dalam paru (edema paru).
Akibatnya, Anda kesulitan bernapas hingga mengalami penurunan jumlah oksigen. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan hingga bisa mengakibatkan kematian.
Komplikasi setelah liposuction
Sebenarnya, komplikasi akibat sedot lemak dapat dihindari. Tidak hanya itu, berbagai masalah kesehatan di bawah ini juga cukup jarang terjadi setelah liposuction dilakukan. Namun, tidak ada salahnya untuk mengetahui agar Anda lebih waspada.
1. Edema
Edema atau pembengkakan termasuk salah satu efek samping yang paling sering diantisipasi usai menjalani sedot lemak. Kondisi ini merupakan reaksi normal jaringan tubuh terhadap trauma dari kanula (pipa kecil penyedot lemak).
Edema akibat liposuction bisa diatasi dengan penggunaan kompresi selama 4 – 6 minggu. Umumnya, gejala edema akan terlihat 24 – 48 jam setelah operasi dan akan terus berkembang selama 10 – 14 hari pertama.
Anda mungkin akan merasa benjolan tersebut agak lembut tanpa tanda-tanda peradangan. Setelah itu, sisa cairan, serum, dan lemak yang terurai akan diserap tubuh sehingga pembengkakan berubah menjadi lebih keras.
Bila edema disertai rasa sakit yang bertahan lebih dari 6 minggu, kondisi ini mungkin terjadi akibat adanya luka bakar internal. Jika hal ini terjadi, segera periksakan diri ke dokter.
2. Seroma
Seroma yaitu penumpukan cairan bening pada luka pada daerah yang disedot. Masalah ini mungkin disebabkan oleh trauma jaringan yang berlebihan dan dipicu oleh kerusakan jaringan fibrosa (jaringan ikat) yang luas.
Kerusakan jaringan tersebut mengarah ke pembentukan rongga tunggal yang mungkin terjadi akibat adanya masalah pada limfatik. Sistem limfatik tubuh terdiri atas kelenjar getah bening dan pembuluh darah yang membawa cairan limfatik.
Pembentukan seroma juga dapat terjadi karena pakaian kompresi pada pasien tidak pas. Selain itu, kebiasaan melepaskan pakaian tersebut dan memakainya kembali berulang kali juga berkontribusi terhadap efek samping dari sedot lemak ini.
3. Hematoma
Hematoma yaitu penumpukan darah abnormal di luar pembuluh darah atau biasa disebut memar. Kemunculan memar setelah operasi merupakan hal yang wajar, tetapi tidak boleh diabaikan.
Itu sebabnya, pemeriksaan kesehatan sebelum operasi perlu dilakukan, seperti tes darah dan tes fungsi hati untuk mencegah hematoma. Anda juga disarankan berhenti merokok dan mengonsumsi obat-obatan, seperti aspirin dan obat NSAID.
Kabar baiknya, bahaya dari sedot lemak ini bisa dihindari. Pasalnya, dokter menggunakan alat yang mengandung adrenalin dan mikro-kanula dengan ujung yang tumpul guna mencegah perdarahan.
4. Infeksi
Sebenarnya, kasus infeksi setelah menjalani liposuction cukup jarang terjadi, yaitu kurang dari 1%. Namun, masalah ini tetap dapat terjadi akibat adanya hematoma pada jaringan subkutan yang terinfeksi bakteri.
Infeksi juga berisiko terjadi pada pasien yang tidak mengontrol diabetesnya dengan baik saat liposuction. Oleh karena itu, pasien diabetes harus mengontrol kadar gula darah dan glikemik dengan baik sebelum operasi guna menghindari kondisi ini.