Banyak makanan sehari-hari yang merupakan hasil dari proses fermentasi, seperti tempe, tape, oncom, dan yoghurt. Makanan fermentasi kaya akan probiotik yang baik untuk kesehatan. Namun, ada efek samping yang perlu Anda waspadai dari konsumsi makanan fermentasi.
Efek samping makanan fermentasi
Berikut beberapa risiko yang bisa muncul dari makanan fermentasi, terutama jika Anda mengonsumsinya terlalu banyak.
1. Kembung
Efek samping makanan fermentasi yang paling sering dijumpai adalah menumpuknya gas di perut hingga Anda merasa kembung.
Makanan fermentasi bisa menambah jumlah bakteri baik di dalam perut.
Untuk menjaga keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan, bakteri baik akan membunuh bakteri jahat, sambil melepaskan gas.
Artinya, jumlah bakteri baik yang terlalu banyak bisa menyebabkan penumpukan gas di perut. Jumlah gas di perut bisa makin cepat meningkat bila Anda mengonsumsi makanan fermentasi tinggi gula, seperti kombucha.
Di dalam usus besar, gula akan berinteraksi dengan mikrobiota dan menghasilkan gas karbondioksida dan menyebabkan kembung.
2. Sakit kepala
Risiko makanan fermentasi bisa menyebabkan sakit kepala dan migrain jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu.
Probiotik bisa memecah kandungan asam amino pada makanan dan menghasilkan senyawa bernama histamin dan tiramin.
Histamin dan tiramin bisa mengganggu sistem saraf pusat di otak.
Selain itu, kedua senyawa ini bisa mempersempit pembuluh darah sehingga tekanan darah yang mengalir ke kepala pun meningkat.
3. Intoleransi makanan
Tubuh umumnya bisa mencerna senyawa histamin pada makanan yang melalui proses fermentasi.
Namun, efek samping makanan fermentasi bila dikonsumsi terlalu banyak bisa meningkatkan kadar histamin di tubuh. Hal ini membuat histamin sulit dicerna dan menyebabkan intoleransi.
Histamin merupakan salah satu senyawa pemicu reaksi alergi. Nah, gejala intoleransi histamin yang muncul pun menyerupai reaksi alergi, seperti:
- sakit kepala,
- diare,
- sesak napas,
- kulit iritasi dan kering,
- sakit perut,
- ruam dan gatal,
- hidung tersumbat.
- cemas, dan
- hipertensi.
4. Keracunan makanan
Makanan fermentasi memang kaya probiotik, tetapi pengolahannya yang tidak higienis menyebabkan kontaminasi mikroba berbahaya.
Tempe yang Anda makan bisa saja terkontaminasi jamur berbahaya, seperti Fusarium spp. dan Aspergillus flavus.
Di dalam tubuh, kedua jamur ini bisa menghasilkan racun aflatoksin hingga memicu infeksi bernama aflatoksin. Gejala yang timbul, di antaranya:
- kulit gatal,
- sakit perut,
- mual dan muntah,
- sakit kuning, dan
- perdarahan.
Selain itu, tempe rentan terkontaminasi bakteri Salmonella yang menyebabkan keracunan makanan salmonellosis dengan gejala:
- diare,
- sakit perut,
- mual dan muntah,
- menggigil,
- sakit kepala,
- BAB berdarah, dan
- demam.
5. Infeksi dari probiotik
Efek samping makanan fermentasi bisa memicu infeksi berbahaya probiotik pada beberapa orang dengan gangguan sistem imun.
Studi terbitan BMJ Case Report (2017) menemukan bahwa ada seseorang pasien diabetes tipe 2 memiliki nanah di liver akibat mengonsumsi probiotik Lactobacillus paracasei.
Diabetes membuat kekebalan tubuh seseorang melemah sehingga lebih rentan terkena infeksi, bahkan dari bakteri baik sekalipun.
Makanan tinggi probiotik juga memungkinkan memicu infeksi serius, seperti pneumonia, sepsis, dan endokarditis.
6. Resistensi antibiotik
Probiotik memang menyehatkan saluran pencernaan. Namun, efek samping makanan fermentasi mengganggu fungsi obat antibiotik yang sedang dikonsumsi.
Bakteri baik ternyata memiliki gen yang sama dengan resistensi obat antibiotik.
Kondisi resistensi antibiotik muncul akibat bakteri penyebab penyakit justru berkembang lebih kuat. Akibatnya, obat antibiotik tak lagi mampu membunuh bakteri tersebut.
Gen resistensi antibiotik yang paling sering muncul dari makanan fermentasi adalah resistensi eritromisin dan tetrasiklin.
Beberapa strain Lactobacillus dari fermentasi asam laktat pada kefir bisa menyebabkan resistensi terhadap banyak jenis antibiotik, seperti ampisilin, penisilin, dan tetrasiklin.