backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Pemanis Maltosa, Benarkah Lebih Sehat dari Gula Biasa?

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 08/04/2022

    Mengenal Pemanis Maltosa, Benarkah Lebih Sehat dari Gula Biasa?

    Selain glukosa, fruktosa, dan sukrosa yang lebih banyak dikenal, ada lagi jenis gula lain yang terkandung dalam makanan sehari-hari, contohnya maltosa. Jika Anda pernah mencoba makanan dengan keterangan “malt” pada labelnya, besar kemungkinan Anda telah mengonsumsi gula ini.

    Anda dapat menemukan gula ini dalam makanan alami seperti biji-bijian hingga sirup buatan pabrik.

    Apa saja keunggulan gula ini dan benarkah ia lebih baik dari gula biasa? Simak jawabannya dalam ulasan berikut.

    Apa itu maltosa?

    maltosa adalah

    Ada dua kelompok utama karbohidrat, yakni karbohidrat sederhana yang juga disebut gula dan karbohidrat kompleks.

    Gula lantas terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa.

    Maltosa adalah gula yang terbentuk dari dua molekul glukosa.

    Ada pula sukrosa (gula pasir) yang terbentuk dari satu unit glukosa dan satu unit fruktosa. Molekul gula yang lebih rumit lagi akan membentuk karbohidrat kompleks.

    Karbohidrat kompleks seperti serat atau pati bisa terurai menjadi gula yang lebih sederhana.

    Tubuh menggunakan enzim pencernaan untuk memecah karbohidrat kompleks dari buah atau sayuran menjadi maltosa atau glukosa.

    Gula sederhana ini akan diserap oleh usus dan diedarkan ke seluruh tubuh lewat aliran darah.

    Sel tubuh kemudian mengubahnya menjadi bahan bakar dan menyimpannya sebagai cadangan energi sebelum Anda bisa menggunakannya kembali.

    Produk yang mengandung maltosa

    manfaat kandungan gandum

    Sumber utama maltosa yaitu biji-bijian dan serealia, terutama gandum, gandum hitam (rye), jelai (barley), jagung, dan tepung yang terbuat dari bahan-bahan tersebut.

    Setiap jenis biji-bijian tesebut memiliki kandungan maltosa dengan jumlah yang bervariasi.

    Maltosa juga banyak terkandung dalam buah-buahan, seperti persik, pir, apel, dan pisang. Dari sinilah rasa manis buah-buahan tersebut berasal.

    Bahan alami lainnya yang juga kaya akan jenis gula ini yaitu ubi.

    Uniknya, penelitian dalam Journal of Food Science and Technology menemukan bahwa proses memasak dapat meningkatkan kandungan maltosa dalam bahan makanan tertentu.

    Ubi mentah tidak mengandung maltosa sama sekali. Namun, begitu Anda memasak bahan pangan ini, kandungan gula tersebut akan meningkat. 

    Sementara pada produk olahan, maltosa terkandung dalam gula tetes (molasses) dan sirup jagung.

    Produsen biasanya memanfaatkannya untuk membuat permen keras dan makanan penutup beku karena gula ini lebih tahan terhadap panas.

    Selain bahan-bahan tersebut, produk-produk lain yang mengandung maltosa yaitu:

    • roti,
    • sereal sarapan,
    • madu,
    • beragam kue,
    • energy bar,
    • bir,
    • biskuit, dan
    • produk-produk dengan keterangan “malt” atau “malted“.

    Apakah maltosa lebih baik dari gula biasa?

    Kebanyakan produk makanan dan minuman menggunakan fruktosa sebagai pemanis.

    Sayangnya, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pola makan tinggi fruktosa dapat meningkatkan risiko obesitas, resistensi insulin, dan diabetes.

    Inilah mengapa banyak produsen makanan dan minuman mengganti sirup jagung tinggi fruktosa dengan sirup jagung tinggi maltosa.

    Karena maltosa terbuat dari glukosa dan tidak mengandung fruktosa, gula ini mungkin sedikit lebih sehat dari sirup jagung. 

    Meski demikian, perlu diingat bahwa belum ada penelitian yang membahas manfaat penggantian fruktosa dengan maltosa.

    Hanya karena fruktosa sedikit lebih buruk, tidak berarti maltosa sepenuhnya menyehatkan.

    Tetap batasi asupannya, terutama bila Anda mempunyai kondisi medis yang membuat Anda harus mengurangi asupan gula sehari-hari.

    Seperti gula pada umumnya, pemanis ini bisa memberikan energi bila Anda mengonsumsinya dalam jumlah yang wajar.

    Begitu pun sebaliknya, konsumsi gula ini secara berlebihan dapat menimbulkan dampak buruk bagi berat badan, penyakit jantung, ginjal, dan kesehatan secara menyeluruh.

    Asupan harian yang dianjurkan

    sirup maltosa

    Pada dasarnya, tidak ada anjuran khusus terkait batas konsumsi maltosa.

    Meski begitu, Institute of Medicine AS merekomendasikan sekitar 45-65% dari total asupan kalori harian Anda sebaiknya berasal dari karbohidrat.

    Apabila asupan kalori harian Anda sebesar 2.000 kkal, artinya sekitar 900-1.300 kkal berasal dari karbohidrat.

    Namun, karbohidrat ini tentu tidak boleh hanya berasal gula sederhana, tapi juga karbohidrat kompleks seperti makanan kaya serat.

    Seperti gula pada umumnya, maltosa dapat memberikan tubuh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

    Konsumsilah dalam jumlah yang wajar agar Anda bisa mendapat manfaatnya tanpa mengalami dampak negatif bagi kesehatan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 08/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan