backup og meta

Manfaat dan Risiko Minuman Bersoda untuk Kesehatan

Manfaat dan Risiko Minuman Bersoda untuk Kesehatan

Salah satu pendamping makanan pada siang hari adalah minuman bersoda. Rasanya yang unik menyegarkan tubuh dan mengurangi haus. Lantas, apa saja manfaat dan risiko mengonsumsinya?

Apa itu minuman bersoda?

Minuman bersoda atau juga dikenal sebagai air karbonasi adalah air yang “disuntikkan” gas karbon dioksida. 

Tambahan karbon dioksida inilah yang membuat adanya gelembung-gelembung khas pada air soda. Gasi inilah yang memberikan sensasi menggelitik di lidah.

Air ini biasanya bisa disajikan tawar sebagai air berkarbonasi. Banyak pula produsen yang menyediakan minuman soda berperisa.

Manfaat minuman bersoda

manfaat minuman bersoda

Berikut beberapa potensi manfaatnya.

1. Meningkatkan kemampuan menelan

Temuan terbitan Chemical Senses (2012) mengamati bahwa manfaat minuman bersoda mempermudah proses menelan. 

Pasalnya, gas karbon dari ini mampu merangsang saraf yang berkaitan dengan kegiatan menelan.

Studi lain terdahulu yang dirilis pada jurnal The Journal of Laryngology & Otology (2007) menemukan bahwa gas karbon dan suhu dingin pada soda bisa memperkuat efek ini. 

Penelitian ini melihat 72 orang yang mengonsumsi minuman berkarbonasi dingin menurunkan keinginan untuk membersihkan tenggorokan sekaligus merasa lega.

2. Memicu sensasi kenyang

Minuman bersoda bisa membuat Anda merasa kenyang lebih lama daripada minum air biasa.

Air karbonasi membuat makanan bisa lebih lama di dalam lambung. Hal inilah yang membuat perut terasa penuh dan kenyang lebih lama.

Pada riset terbitan Journal of Nutritional Science and Vitaminology (2012), peneliti mengamati 19 wanita yang mengonsumsi 250 ml air soda merasa lebih kenyang daripada minum air biasa.

Namun, studi ini berskala kecil sehingga memerlukan pembuktian lebih lanjut.

3. Memperlancar BAB

Penelitian menemukan bahwa minuman bersoda membantu mengurangi konstipasi atau sembelit.

Laporan terbitan Journal of Korean Academy of Nursing (2011) mengamati 40 lansia dengan stroke yang minum air berkarbonasi selama 2 minggu lebih sering BAB daripada kelompok yang minum air biasa.

Penurunan gejala sembelit pun bisa berkurang hingga 58 persen.

Ada pula bukti bahwa minuman bersoda mengurangi masalah pencernaan lain, seperti sulit sendawa dan sakit perut. 

Perlu dicatat bahwa hal manfaat ini bisa Anda dapatkan bila mengonsumsi minuman berkarbonasi tanpa tambahan kalori dari gula.

Sayangnya, air berkarbonasi yang sering Anda temui adalah dalam bentuk minuman bersoda. Minuman ini sudah ditambahkan berbagai macam rasa dan gula dalam jumlah tinggi.

Bahaya minuman bersoda bagi kesehatan

Minuman bersoda dengan rasa dan gula yang tinggi bisa menimbulkan berbagai risiko berikut.

1. Gigi rusak

Asam dan gula yang terkandung pada minuman bersoda tampaknya memainkan peran penting pada kerusakan gigi. 

Asam dan gula menyebabkan lapisan email gigi menjadi terkikis, terlebih keduanya memberikan makanan bagi bakteri di mulut. Bakteri ini akan menghasilkan asam yang mengikis email gigi.

Tidak heran bila makanan manis menyebabkan gigi berlubang.

2. Tulang keropos

risiko minuman bersoda

Air berkarbonasi saja tidak berpengaruh pada kesehatan tulang. Namun, risiko tulang keropos bisa muncul dari minuman bersoda kola. 

Terdapat teori bahwa asam fosfat yang digunakan untuk meningkatkan rasa pada beberapa minuman bersoda dapat mengganggu penyerapan kalsium. Hal ini mengakibatkan hilangnya kalsium dari tulang.

Minuman seperti kola memang kerap dikaitkan dengan angka kepadatan mineral tulang yang lebih rendah. 

Hal ini mungkin terjadi sebab kola mengandung kafein yang tinggi. Kafein diketahui dapat menurunkan jumlah kalsium yang disimpan tubuh Anda.

3. Memicu obesitas

Minuman bersoda memiliki kalori yang tinggi. Kalori soda kola sebotol sebesar 500 ml bisa mencapai 220 kkal. Padahal, jumlah kalori ini setara dengan seporsi camilan.

Kalori minuman soda berasal dari gula. Dalam satu gram, gula menyumbang kalori sebesar 4 kkal. Terlalu banyak minum soda membuat asupan kalori meningkat. 

Bila Anda jarang bergerak, kalori berlebih akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Tumpukan lemak inilah yang membuat berat badan naik.

Bila dikonsumsi terus-menerus, risiko obesitas pun meningkat.

Asupan gula dalam sehari

Sebaiknya, asupan gula harian tidak melebihi 50 gram atau 4 sendok makan per hari. Jumlah ini berasal dari makanan dan minuman yang terkandung, bukan saat Anda menambahkan gula pasir dalam sehari.

4. Meningkatkan risiko diabetes 2

Gula pada minuman bersoda memiliki indeks glikemik tinggi. Hal ini berarti bahwa asupan ini bisa membuat gula darah melonjak drastis dengan cepat.

Memang, gula darah bisa terkontrol kembali dengan adanya hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, gula darah yang tinggi terus menerus bisa membuat pankreas bekerja terlalu keras. 

Hal ini memicu resistensi insulin, yaitu tubuh kesulitan merespons insulin sehingga gula darah tetap tinggi. Kondisi inilah yang membuat risiko diabetes 2 meningkat.

Selain itu, minuman gula yang tinggi kalori bisa membuat lemak di perut atau lemak viseral berkumpul. Jenis lemak ini menghasilkan protein yang memicu resistensi insulin.

5. Sulit mengontrol nafsu makan

Soda maupun asupan tinggi gula meningkatkan hormon dopamin. Efeknya, tubuh seolah-olah mendapatkan penghargaan. 

Dopamin ini membuat Anda ingin merasakan penghargaan terus-menerus. Akibatnya, Anda merasa seperti ketagihan minum soda lebih banyak.

Selain itu, asupan gula meningkatkan gula darah dengan cepat, tetapi membuatnya cepat anjlok pula. Penurunan gula darah secara cepat ini membuat Anda terasa lapar sehingga ingin makan lebih banyak. 

Minuman bersoda memberikan sensasi tersendiri bagi lidah. Sayangnya, berbagai jenis soda yang ada di pasaran sudah ditambahkan perisa dan gula yang sangat tinggi. Terlebih, zat gizi yang terkandung pun sangat sedikit. 

Asupan tinggi gula sudah dikenal menjadi pemicu berbagai macam masalah kesehatan, mulai dari gigi rusak hingga diabetes.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Sparks, D. (2017). How can I reduce belching, burping, bloating and intestinal gas at home? – Mayo Clinic News Network. Retrieved 31 May 2023, from https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/home-remedies-tips-for-reducing-belching-intestinal-gas-and-bloating/

Michou E, Mastan A, Ahmed S, Mistry S, Hamdy S. Examining the role of carbonation and temperature on water swallowing performance: a swallowing reaction-time study. Chem Senses. 2012 Nov;37(9):799-807. https://doi.org/10.1093/chemse/bjs061. Epub 2012 Jul 25. PMID: 22843761.

Elshukri, O., Michou, E., Mentz, H., & Hamdy, S. (2016). Brain and behavioral effects of swallowing carbonated water on the human pharyngeal motor system. Journal of Applied Physiology. https://doi.org/JAPPL-00653-2015

Mun, J. H., & Jun, S. S. (2011). Effects of carbonated water intake on constipation in elderly patients following a cerebrovascular accident. Journal of Korean Academy of Nursing41(2), 269–275. https://doi.org/10.4040/jkan.2011.41.2.269

Wakisaka, S., Nagai, H., Mura, E., Matsumoto, T., Moritani, T., & Nagai, N. (2012). The Effects of Carbonated Water upon Gastric and Cardiac Activities and Fullness in Healthy Young Women. Journal of Nutritional Science and Vitaminology, 58(5), 333-338. https://doi.org/10.3177/jnsv.58.333

Sugars and dental caries. (2017). Retrieved 2 June 2023, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/sugars-and-dental-caries

Tucker, K. L., Morita, K., Qiao, N., Hannan, M. T., Cupples, L. A., & Kiel, D. P. (2006). Colas, but not other carbonated beverages, are associated with low bone mineral density in older women: The Framingham Osteoporosis Study. The American Journal of Clinical Nutrition, 84(4), 936-942. https://doi.org/10.1093/ajcn/84.4.936

Fat and Calories: The Difference & Recommended Intake. (2023). Retrieved 2 June 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/4182-fat-and-calories

FoodData Central. (2023). Usda.gov. https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html#/food-details/2346111/nutrients

Watts, M. (2019). Visceral Fat. Retrieved 2 June 2023, from https://www.diabetes.co.uk/body/visceral-fat.html

CDC. (2022, June 20). Insulin Resistance and Diabetes. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/diabetes/basics/insulin-resistance.html

Greenberg, D., & St. Peter, J. V. (2021). Sugars and Sweet Taste: Addictive or Rewarding? International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(18). https://doi.org/10.3390/ijerph18189791

Sugar crash effects and how to fix them – Sanford Health News. (2022). Retrieved 2 June 2023, from https://news.sanfordhealth.org/healthy-living/sugar-crash-effects/

Berapa anjuran konsumsi Gula, Garam, dan Lemak per harinya? – Direktorat P2PTM. (2018). Retrieved 2 June 2023, from https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/31/berapa-anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya

Versi Terbaru

06/06/2023

Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Diet Soda, Apa Benar Bisa untuk Menurunkan Berat Badan?

Benarkah Minum Soda Dapat Melancarkan Darah Haid?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 06/06/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan