backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Malabsorbsi Makanan (Sindrom Malabsorbsi)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 08/03/2023

Malabsorbsi Makanan (Sindrom Malabsorbsi)

Apa itu malabsorbsi makanan?

Malabsorbsi adalah sekumpulan gangguan yang menyebabkan usus halus tidak dapat menyerap zat gizi tertentu dari makanan. Akibatnya, tubuh kekurangan zat gizi penting dan menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.

Sindrom malabsorbsi dapat mengganggu penyerapan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) ataupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Pada beberapa kasus, malabsorbsi bahkan bisa memengaruhi penyerapan keduanya sekaligus.

Malabsorbsi zat gizi berpengaruh besar terhadap pertumbuhan, kondisi kesehatan, dan risiko penyakit seseorang.

Oleh sebab itu, orang yang mengalami gejala kondisi ini sebaiknya berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Tanda dan gejala malabsorbsi makanan

penyebab utama sakit perut

Gangguan penyerapan zat gizi memiliki gejala yang bervariasi. Di bawah ini beberapa gejala umum berdasarkan jenis zat gizi yang terdampak.

  • Karbohidrat: perut kembung, perut begah, atau diare.
  • Lemak: feses berwarna terang, berbau menyengat, dan lembek. Saat buang air besar, feses mungkin sulit disiram karena lengket atau mudah mengapung.
  • Protein: rambut rontok, rambut kering, dan penumpukan cairan pada kaki.
  • Vitamin: anemia, tekanan darah tinggi, penurunan berat badan, kurang gizi, atau berkurangnya massa otot.

Anak yang mengalami kondisi ini biasanya tampak lebih pendek atau kurus bila dibandingkan anak-anak lain seusianya.

Khusus pada wanita, malabsorbsi dapat mengganggu atau bahkan menghentikan siklus menstruasi.

Penyebab malabsorbsi makanan

Ada beragam faktor yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi. Di bawah ini beberapa faktor yang paling umum.

1. Gangguan fungsi dan kerusakan usus

Malabsorbsi makanan sering kali berawal dari gangguan fungsi atau kerusakan pada organ usus halus. Kondisi medis yang menjadi penyebabnya antara lain:

  • penyakit celiac,
  • infeksi parasit seperti cacing pita,
  • dampak operasi pada usus halus, dan
  • penyakit Crohn,
  • radiasi pada bagian bawah tubuh,
  • sindrom usus pendek (short bowel syndrome).

2. Gangguan sekresi enzim pankreas

Pankreas menghasilkan enzim pencernaan yang berfungsi menguraikan zat gizi menjadi bentuk terkecil yang bisa diserap tubuh.

Maka dari itu, gangguan pengeluaran enzim pankreas tentu memengaruhi proses pencernaan dan penyerapan zat gizi.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, adanya kerusakan pankreas akibat infeksi, peradangan, trauma, atau tindakan operasi. Kedua, pankreas mungkin mengalami kerusakan akibat penyakit tertentu, contohnya fibrosis kistik.

3. Faktor lainnya

Sindrom malabsorbsi zat gizi kadang tidak berhubungan langsung dengan masalah pada organ pencernaan. Berikut beberapa kondisi medis yang mungkin menjadi penyebabnya.

  • Infeksi HIV & AIDS yang menyebabkan diare berkepanjangan.
  • Konsumsi obat yang dalam jangka panjang bisa memengaruhi kemampuan usus dalam menyerap zat gizi, seperti antibiotik, antasida, dan penurun berat badan.
  • Gangguan pola makan, kebiasaan makan yang ekstrem, dan pola makan yang tidak wajar.
  • Kolestasis, yakni gangguan pengeluaran cairan empedu ke usus dua belas jari sehingga terjadi malabsorbsi lemak beserta jenis vitamin larut lemak.
  • Intoleransi laktosa karena seseorang tidak mempunyai enzim yang cukup untuk memecah komponen gula pada susu.

Faktor risiko malabsorbsi makanan

Di bawah ini beberapa faktor yang membuat seseorang lebih rentan mengalami gangguan penyerapan zat gizi.

  • Pernah menjalani operasi usus.
  • Sering mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Memiliki riwayat malabsorbsi zat gizi dalam keluarga.
  • Mengonsumsi obat pencahar secara rutin.

Diagnosis malabsorbsi makanan

Dokter akan bertanya mengenai riwayat medis dan gejala yang Anda alami, termasuk apa saja yang membuat gejala bertambah parah.

Berdasarkan pemeriksaan awal ini, dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis.

Di bawah ini pemeriksaan lanjutan yang mungkin perlu Anda lakukan.

  • Tes darah lengkap untuk mengetahui kadar protein dan keseimbangan elektrolit.
  • Pemeriksaan feses untuk mendeteksi kelebihan lemak pada sampel feses.
  • Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan untuk memeriksa struktur dan fungsi organ-organ pencernaan.
  • Uji napas untuk mendeteksi keberadaan gas hidrogen pada orang-orang yang mengalami intoleransi laktosa.

Pengobatan malabsorbsi makanan

rekomendasi dokter spesialis penyakit dalam di makassar

Dokter pertama-tama akan berfokus untuk menangani gejala awal seperti diare, perut kembung, atau dehidrasi. Pada saat yang sama, Anda mungkin juga akan menjalani perawatan untuk memulihkan zat gizi dan cairan dalam tubuh.

Selanjutnya, barulah dokter memberikan penanganan malabsorbsi makanan menurut penyebabnya.

Orang dengan intoleransi laktosa akan diberikan tablet enzim laktase, penderita penyakit hati mengonsumsi obat-obatan, dan sebagainya.

Dokter kemungkinan juga bekerja sama dengan ahli gizi dalam membuat rancangan diet untuk Anda.

Perubahan pola makan ini bertujuan untuk meringankan gejala serta mengembalikan kemampuan usus dalam menyerap zat gizi.

Perawatan rumahan malabsorbsi makanan

Gangguan penyerapan zat gizi biasanya akan membaik bila penyebabnya telah diatasi dengan tepat. Maka dari itu, pastikan Anda menjalani pengobatan serta perubahan pola makan sesuai anjuran dokter dan ahli gizi.

Lakukan berbagai langkah yang diperlukan untuk mengontrol gejala intoleransi laktosa, fibrosis kistik, atau kondisi medis lain yang jadi penyebab malabsorbsi.

Jangan ragu untuk konsultasi kepada dokter bila Anda memiliki pertanyaan tertentu.

Tanpa perawatan yang tepat, malabsorbsi makanan bisa saja menyebabkan komplikasi yang lebih serius. Jadi, jangan abaikan gejala gangguan pencernaan yang Anda alami. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 08/03/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan