backup og meta

3 Kebiasaan Buruk di Masa Muda yang Bisa Picu Sarkopenia Saat Tua Nanti

Sarkopenia adalah suatu kondisi degenerasi otot seiring bertambahnya usia. Sarkopenia terjadi karena adanya bentrok antara sinyal anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (penghancuran) sel otot. Akibatnya, ada lebih banyak sel otot yang dihancurkan daripada yang dibentuk baru. Efek atau gejala sarkopenia sulit dikenali orang lain. Tetapi penderita sarkopenia biasanya mengalami kelemahan tubuh yang meningkat sering berjalannya waktu, berkurang kekuatan genggaman tangan, berkurangnya stamina, bergerak lebih lambat, kehilangan motivasi untuk bergerak, serta hilangnya berat badan tanpa sebab jelas.

Sarkopenia adalah kondisi yang umum terjadi di usia senja. Anda dapat kehilangan 3% dari kekuatan otot tiap tahunnya setelah berusia 50 tahun. Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sarkopenia terjadi lebih dini.

Apa saja faktor pemicu sarkopenia?

Beberapa faktor pemicu sarkopenia, antara lain:

1. Malas gerak

Sarkopenia sering kali terjadi pada orang yang tidak aktif berolahraga, alias malas gerak. Akan tetapi sarkopenia juga bisa terjadi pada orang yang aktif. Berikut beberapa alasan mengapa pada beberapa orang dapat terjadi hilangnya masa otot:

  • Berkurangnya sel saraf sehat pada otak yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal pembentukan sel otot.
  • Berkurangnya konsentrasi dari beberapa hormon tubuh seperti hormon pertumbuhan, testosteron dan insulin-like growth factor (IGF).
  • Gangguan fungsi tubuh dalam mencerna protein menjadi energi.
  • Tubuh tidak menyerap kalori dan protein yang cukup untuk mempertahankan masa otot.

2. Gaya hidup sedentari

Otot yang tidak pernah digunakan untuk bekerja merupakan faktor yang kuat untuk memicu sarkopenia. Kontraksi otot saat bekerja dengan otot sangat diperlukan untuk mempertahankan masa otot dan memperkuat sel otot. Kondisi sarkopenia dapat muncul dengan sendirinya ketika seseorang tidak pernah berolahraga, atau sedang mengalami penyakit kronis maupun kecelakaan yang menyebabkan ia harus beristirahat di tempat tidur dalam waktu lama.

Jangka waktu dua hingga tiga minggu kurang beraktivitas sudah dapat memicu hilangnya masa otot dan kekuatan otot. Periode tertentu tidak beraktivitas berpotensi menyebabkan otot menjadi lebih lemah dan membuat tubuh mengalami kelelahan kronis. Akibatnya tingkat aktivitas seseorang akan cenderung berkurang dan akan semakin sulit untuk kembali pada tingkat aktivitas normal.

Kurang beraktivitas fisik merupakan penyebab utama yang harus ditangani karena kekuatan otot sangat bergantung dengan pola aktivitas seseorang. Lakukan beberapa jenis olahraga seperti latihan kekuatan otot, seperti angkat beban dan latihan aerobik. Jika Anda mengalami kesulitan memulai aktif beraktivitas cobalah jenis olahraga ringan seperti rutin jalan kaki.

3. Pola makan tidak seimbang

Penyakit kronis juga bisa menjadi faktor risiko sarkopenia

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Thorpe, M. 2017. How to Fight Sarcopenia (Muscle Loss Due to Aging) Online: https://authoritynutrition.com/sarcopenia/ (Accessed June 12, 2017)

DerSarkissian, C. 2016. Sarcopenia With Aging. Online: http://www.webmd.com/healthy-aging/guide/sarcopenia-with-aging?print=true (Accessed June 12, 2017)

Maffetone, P. 2015. Muscle Loss As We Age: Understanding Sarcopenia. Online: https://philmaffetone.com/sarcopenia/ (Accessed June 12, 2017)

Walston JD. Sarcopenia in older adults. Curr Opin Rheumatol. 2012; 24(6): 623-7.

Setiati S. Geriatric medicine, sarkopenia, frailty, dan kualitas hidup pasien usia lanjut: tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di Indonesia. eJKI. 2o13; 1(3): 234-42.

Versi Terbaru

19/02/2021

Ditulis oleh Kemal Al Fajar

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Ririn Sjafriani


Artikel Terkait

Sistem Gerak pada Manusia dan Gangguannya

Mengenal Otot Lurik, dari Fungsi hingga Gangguannya


Ditinjau oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic · Ditulis oleh Kemal Al Fajar · Diperbarui 19/02/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan