Setiap orang pasti pernah stres, entah itu karena permasalahan dengan pasangan, tekanan pekerjaan, atau penyebab lainnya. Meski penyebab stres berasal dari luar tubuh, kondisi ini bisa memicu respons biologis dengan terbentuknya berbagai hormon.
Lantas, hormon apa saja yang diproduksi tubuh saat stres? Lalu, apa fungsi hormon tersebut? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.
Hormon yang dilepaskan tubuh saat stres
Laman Harvard Health Publishing menyebutkan bahwa saat Anda stres, bagian otak yang bertugas untuk memproses emosional (amigdala) akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan mengaktifkan sistem saraf simpatik untuk memicu respons fight-or-flight (lawan atau kabur).
Selain sistem saraf simpatik, hipotalamus juga mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal. Dari sinilah tubuh akan menghasilkan hormon epinefrin atau adrenalin.
Ketika level adrenalin berkurang, hipotalamus akan kembali merangsang pelepasan hormon kortisol dan norepinefrin.
Proses pelepasan hormon yang rumit ini mungkin tidak Anda sadari karena berlangsung sangat cepat.
Namun, sebenarnya proses tersebut kerap menimbulkan efek pada tubuh. Supaya lebih jelas, simak penjelasan tentang masing-masing hormon berikut.
1. Hormon adrenalin
Banyak orang yang ketika stres akan mengalami peningkatan detak jantung, keringat berlebih, dan berupaya melarikan diri ke tempat yang lebih aman atau tenang.
Tanpa disadari, ini semua merupakan efek dari produksi hormon adrenalin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal.
Saat stres, jantung akan bekerja lebih keras sehingga Anda bisa lebih waspada. Kondisi ini biasanya juga disertai dengan pelebaran saluran pernapasan sehingga Anda bernapas lebih cepat.
Hormon adrenalin juga bisa meningkatkan kadar gula darah karena tubuh Anda membutuhkan energi ekstra untuk melawan stres.
Hormon yang juga dikenal dengan epinefrin ini juga akan mengurangi kemampuan tubuh dalam merasakan sakit. Inilah alasan mengapa Anda tetap bisa berlari di saat terdesak meski tubuh sudah terluka.
Meski dibutuhkan untuk melawan stres, produksi hormon adrenalin secara berlebihan bisa membahayakan tubuh.
Kelebihan adrenalin bisa membuat Anda pusing, gelisah, mudah tersinggung, hingga mengalami gangguan penglihatan.
Sementara itu, kelebihan hormon adrenalin dalam jangka panjang bahkan bisa meningkatkan risiko insomnia hingga gangguan jantung.
2. Hormon kortisol
Seperti adrenalin, hormon kortisol juga diproduksi oleh kelenjar adrenal. Mengutip laman Cleveland Clinic, pelepasan kortisol juga akan merangsang pelepasan cadangan glukosa dari hati.
Cadangan glukosa ini akan menghasilkan energi yang Anda butuhkan untuk menghadapi stres.
Selain itu, kortisol juga bisa meningkatkan sistem kekebalan sehingga mencegah peradangan pada tubuh.
Namun, jika tubuh Anda terus memproduksi kortisol, kondisi ini justru bisa menyebabkan peradangan dan melemahkan sistem imun.
Kelebihan kortisol kerap ditandai dengan peningkatan berat badan, jerawat, jadwal menstruasi yang kacau, dan berbagai masalah kulit.
Reseptor hormon yang produksinya dikendalikan oleh sumbu HPA (hipotalamus, pituitari, dan adrenalin) ini menyebar ke sebagian besar sel tubuh.
Oleh karena itu, wajar bila perubahan hormon kortisol bisa berpengaruh terhadap berbagai fungsi organ, termasuk pencernaan, peredaran darah, dan masih banyak lagi.
Tidak hanya pada orang dewasa, hormon stres ini bahkan juga berperan penting dalam mendukung perkembangan janin.
Bagaimana cara mengukur level hormon?
Pengukuran jumlah hormon dalam tubuh dilakukan melalui tes darah atau tes urine.
3. Norepinefrin
Noradrenalin atau norepinefrin juga termasuk salah satu hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenalin saat Anda stres.
Salah satu fungsi hormon norepinefrin adalah menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah saat stres tetap stabil.
Sama seperti adrenalin, peningkatan hormon norepinefrin juga membuat Anda lebih waspada dan bergairah.
Hormon ini juga membuat pupil mata melebar sehingga ada lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Dengan begitu, Anda bisa melihat ke sekeliling dengan lebih jelas.
Pelepasan hormon norepinefrin juga akan membantu meningkatkan tekanan darah, memecah lemak, dan meningkatkan kadar gula darah untuk memberi tubuh lebih banyak energi.
Meski memiliki berbagai manfaat, kelebihan norepinefrin erat kaitannya dengan risiko depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan stres pascatrauma.
Kelebihan noradrenalin saat stres juga menyebabkan perasaan euforia, serangan panik, hingga peningkatan risiko tekanan darah tinggi.
Pada dasarnya, fungsi hormon kortisol, adrenalin, dan norepinefrin memang sama karena ketiganya membantu tubuh Anda menghadapi stres.
Meskipun bermanfaat, produksi hormon ini tetap tidak boleh berlebihan. Artinya, stres seharusnya hanya bersifat sementara dan tidak bertahan lama.
Setiap orang tentu memiliki cara yang berbeda untuk menghilangkan stres. Namun, jika ini terjadi berulang kali hingga Anda kewalahan menghadapi dampak stres yang berkepanjangan, cobalah untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.